ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pemancing Biasa Mencari Ikan, Pemancing Sejati Mencari Kesabaran

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
12 Desember 2018
0
A A
pemancing
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa kawan saya iseng menelusuri jalan pedesaan di sekitar kantor. Yah, mengikuti istilah Shaggy Dog: Jalan-jalan di akhir pekan lihat ke kiri dan ke kanan.

Menelusuri pedesaan Sleman yang agak jauh dari jalan raya besar ternyata membawa pengalaman tersendiri. Kami menemukan banyak sekali sungai dengan air yang masih sangat jernih. Beda jauh dengan sungai-sungai di sekitaran Sleman yang agak kota yang biasanya butek dan penuh dengan sampah: dari mulai plastik sampai pembalut bekas.

Di beberapa titik sungai yang lewati, kami bertemu dengan pemancing-pemancing yang dengan asyiknya menghabiskan waktu pagi dengan menunggui joran. Rasanya begitu ayem, tenang, santai, selow, jauh dari segala keruwetan media sosial yang serba politak-politik.

“Wah, enak ya orang-orang di sini, bisa mancing di sungai yang jernih kayak gini,” kata saya. “Kelihatannya sedap betul…”

“Eeee, ya belum tentu. Kata siapa enak?” Balas kawan saya.

“Ya mancing di sungai yang bening gitu kan enak tho? Sudahlah airnya bersih, kita juga jadi tahu, titik-titik mana yang banyak ikannya.”

Kawan saya kemudian bercerita tentang konsep memancing dari sudut pandang yang sangat falsafi.

Kata dia, pemancing itu ada dua jenis. Jenis pertama adalah pemancing biasa, sedangkan jenis yang kedua adalah pemancing sejati.

Pemancing biasa dan pemancing sejati secara kasat mata tak bisa dibedakan. Keduanya sama-sama memancing di sungai. Jenis jorannya sama, bekalnya sama, bahkan jenis umpannya mungkin juga sama.

Yang membedakan pemancing biasa dengan pemancing sejati, kata kawan saya, adalah soal tujuan mereka memancing.

“Pemancing biasa itu memancing untuk mendapatkan ikan,” kata kawan saya.

“Lho, bukannya memancing itu dari dulu ya memang untuk mencari ikan?” bantah saya.

“Ya, tapi beda pemaknaannya.”

Kawan saya kembali menjelaskan, bahwa bagi pemancing biasa, ikan adalah tujuan utama, sedangkan bagi pemancing sejati, ikan hanyalah bonus. Yang ia cari sejatinya adalah sensasi menunggu, pelajaran kesabaran, dan rasa puas saat umpannya disambar ikan.

Pemancing sejati tak akan pernah mencari ikan. Kalau memang dia ingin ikan, dia tidak akan memancing, dia akan bekerja, kemudian uangnya ia belikan ikan.

Pemancing sejati itu, terang kawan saya, tidak menggunakan konsep untung rugi. Sebab jika dia menggunakan konsep itu, maka ia Sudah rugi sejak awal. Lha gimana, saat hujan deras, pemancing sejati itu tak akan beranjak untuk berteduh, ia justru bakal menggunakan mantolnya dan kemudian melanjutkan aktivitas mancingnya.

Kalau dipikir-pikir, ia bisa kena risiko demam atau masuk angin saat ia nekat memancing dalam kondisi hujan deras, biaya berobatnya di puskesmas minimal seratus ribu, sedangkan ikan yang dia dapat kalau dijual tidak bakal laku segitu. Tidak akan bisa menutup biaya berobat.

Tapi karena yang dicari memang kepuasan, sensasi menunggu, dan pelajaran kesabaran, maka ya hal itu tetap dilakoni. Sebab bagi dia, hal itu mahal harganya. Ia jauh lebih mahal ketimbang sekadar satu jaring penuh ikan.

“Terus apa hubungannya sama memancing di sungai yang jernih tadi?” Tanya saya.

“Oalah, kamu itu kok ya masih nggak mudeng saja lho.”

“Di sungai yang jernih airnya, kita bisa melihat ikan-ikan dengan begitu jelas, juga bisa tahu dimana mereka bersembunyi, sehingga jika mau memancing, kita bisa melempar kail ke arah yang dirasa menguntungkan.”

“Iya, trus?”

“Nah, pemancing sejati tak pernah suka itu. Lha kalau sedari awal ia Sudah tahu di mana ikan-ikan bersembunyi, lalu di mana tantangan dan letak kesabarannya?”

“Walah, iya juga, ya…”

“Ingat, pemancing sejati tidak pernah mencari ikan. Ia mencari kepuasaan atas kesabarannya.”

Saya hanya bisa mantuk-mantuk. Sepanjang jalan, saya tak habis pikir, betapa memancing ternyata bisa sangat sefalsafah itu.

Terakhir diperbarui pada 12 Desember 2018 oleh

Tags: ikanpemancing
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Iwak Kali Bu Jasman, Hidden Gems Langganan Emha yang Ramainya Pernah Kalahkan Soto Kadipiro MOJOK.CO
Kuliner

Iwak Kali Bu Jasman, Warung Langganan Emha Ainun Najib yang Ramainya Pernah Kalahkan Soto Kadipiro

31 Januari 2024
Pasar Ikan Higienis, Proyek Nasional yang Gagal Hidupkan Ekonomi Jogja Selatan  MOJOK.CO
Ragam

Pasar Ikan Higienis, Proyek Nasional yang Gagal Total Hidupkan Ekonomi Jogja Selatan 

31 Januari 2024
pasar ikan giwangan atau jogja fish market mojok.co
Ekonomi

Mengenang Pasar Ikan Giwangan yang Mati Total sebelum Jadi Besar

12 Agustus 2023
ikan wader major.co
Sosial

Guru Besar UGM: Ikan Wader Rentan Punah, Kok Bisa? 

10 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Orang Kebumen pertama kali ke Jepang, bingung perkara toilet MOJOK.CO

Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air

14 Juni 2025
Yamaha Xeon sebagai motor terbaik. MOJOK.CO

14 Tahun Pakai Yamaha Xeon, Motor Butut yang Kuat Menerjang Jalanan Terjal Tasikmalaya ke Pantai Pangandaran

13 Juni 2025
Menyaksikan Kegilaan dari Dalam Bus Bagong dan Harapan Jaya MOJOK.CO

Menyaksikan Kegilaan Sopir Harapan Jaya dan Bus Bagong dari Dalam Bus, Menjadi Saksi Kehidupan Bus yang Selalu Dianggap Biang Masalah Jalanan

13 Juni 2025
Temani pacar dari gagal CASN dan nganggur, setelah jadi ASN malah ditinggal bahagia dengan orang lain MOJOK.CO

Setia Temani Pacar dari Gagal CASN hingga Nganggur Lama, Setelah Jadi ASN Malah Ditinggal Bahagia sama Orang Lain

17 Juni 2025
naik pesawat, pengalaman pertama naik pesawat.co

Pengalaman Pertama Naik Pesawat: Sok Berani padahal Takut Ketinggian, Berujung Malu dan Jadi Aib Tongkrongan

16 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.