ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Menabok Anak Sendiri dan Pertentangannya dengan Teori Parenting Kontemporer

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
21 Mei 2021
0
A A
nama bayi 9 Larangan Nama Anak yang Harusnya Semua Orang Sudah Tahu mojok.co

nama bayi 9 Larangan Nama Anak yang Harusnya Semua Orang Sudah Tahu mojok.co

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Di masa kecil, kita akrab dengan cubitan, jeweran, sampai tabokan orangtua. Dan kini, teori parenting kontemporer datang dengan membawa kebaruan: melarang orangtua menabok anak. 

Saya sedang nongkrong di salah satu kedai kopi bersama kawan-kawan saya. Kami sedang asyik ngobrol hingga kemudian seorang kawan kami yang lain datang dan ikut bergabung. Ia datang bersama anaknya yang masih kecil.

“Kelas berapa sekarang dia?” tanya saya kepada kawan saya itu.

“TK besar,” jawab dia.

Selayaknya lelaki dewasa, saya dan beberapa kawan saya yang lain mencoba mengakrabkan diri dengan anak kawan saya itu. Kami mencoba menarik perhatian dia. Dari seluruh upaya yang kami lakukan, tampaknya hanya saya yang berhasil.

Saya perlihatkan kepada dia trik menyembunyikan bagian berwarna hitam pada mata saya sehingga yang tampak kemudian hanya yang berwarna putih saja. Trik ini adalah salah satu kelebihan yang saya punya. Kelebihan yang, sialnya, hanya mungkin saya perlihatkan kepada anak kecil. Saya tak mungkin memperlihatkan kelebihan saya itu kepada HRD saat saya wawancara kerja atau kepada calon mertua saat saya melamar anaknya.

Baca Juga:

Uneg-uneg dari Seorang Ibu yang Stres Anaknya Tidak Mempan dengan Ilmu Parenting MOJOK.CO

Uneg-uneg dari Seorang Ibu yang Stres Anaknya Tidak Mempan dengan Ilmu Parenting

2 Oktober 2023
Sepatu sekolah.MOJOK.CO

7 Merek Sepatu Sekolah Terbaik, Tetap Trendi untuk Perempuan dan Laki-laki

21 September 2023

Terhadap trik menyembunyikan bagian hitam pada mata itu, anak kawan saya ternyata menyukainya. Ia bahkan meminta saya melakukannya lagi untuknya.

Saya tentu agak girang. Usaha saya untuk mencoba mengakrabkan diri ternyata berhasil. Keberhasilan kecil yang rasanya layak untuk saya rayakan. Dari sekian banyak trik yang dipakai oleh sekelompok laki-laki, hanya trik saya yang berhasil menarik perhatian lelaki kecil itu.

Keberhasilan itu sempat membuat saya merasa jumawa sekaligus bahagia, hingga kemudian, saya harus menerima kenyataan, bahwa saya menyesali keberhasilan itu.

Si anak, sebut saja Fulan, terus menerus meminta saya melakukan trik itu. Sekali dua kali, mungkin tak apa. Tapi berkali-kali, menyebalkan juga rasanya.

Hingga kemudian, ada satu momen yang membuat saya amat geram. Ketika saya menolak untuk melakukan trik itu, karena saya sudah melakukannya berkali-kali, si Fulan kecil ini mendadak memukul perut saya. Pukulan anak TK besar tentu tak sekeras itu, namun tentu saja, setidak keras apa pun pukulan itu, tetap bikin mangkel.

Jauh lebih mangkel lagi saat saya tahu, bapak si anak ini ternyata tidak memberikan “hukuman” yang sepadan atas sikap kurang ajar yang dilakukan oleh anaknya yang masih kecil itu.

“Hei, jangan mukul begitu, nanti Mas Agus sakit, lho,” kata kawan saya.

Si anak tidak menurut, ia masih tetap berusaha memukul perut saya saat saya berusaha berpaling dan menghiraukan permintaannya untuk melakukan trik mata itu.

Pukulan kedua melayang. Dan kawan saya masih tetap tak bertindak lebih jauh.

“Jangan gitu, Fulaaaaaan. Mas Agus sakit itu.”

Padahal dalam hati, saya amat berharap kawan saya itu memarahi anaknya dengan keras, kalau perlu sambil disertai dengan cubitan, sekadar sebagai pengobat hati saya yang mangkel karena anaknya bersikap tidak sopan. Dan pada kenyataannya, itu tak terjadi.

Apa yang saya rasakan itu kemudian mengingatkan saya pada kawan saya yang lain, Rusli. Ia pernah mengalami hal hampir sama dengan saya, namun dengan kadar mangkel yang tentu saja jauh lebih besar.

Sebagai seorang sopir profesional, ia senantiasa berusaha memanjakan pelanggannya. Ia selalu berusaha menjaga sikap. Kalau pelanggannya galak dan menyebalkan, ia akan menyabar-nyabarkan diri. Kalau pelanggannya banyak tingkah dan banyak maunya, ia berusaha untuk tetap bersikap baik. Kalau pelanggannya kentut di sebelah dia dan bau kentutnya serupa bau tahi busuk, ia akan berusaha untuk menahan napas dan bersikap seolah tak ada apa-apa, semata agar pelanggannya itu tak merasa nggak enak hati karena silitnya tak bisa diajak kompromi.

Namun kejadian yang satu itu amat berbeda. Ia sedang menyopiri pelanggan lengkap dengan keluarganya. Ketika istirahat di minimarket, Rusli duduk di kursi depan minimarket sambil menunggu pelanggannya belanja. Saat keluarga pelanggannya selesai berbelanja itulah adegan yang kelak akan terus diingat oleh Rusli terjadi.

Anak si pelanggan itu mendadak mendekati Rusli dan tiba-tiba meludahi Rusli.

Rusli tentu saja emosi. Namun ia berusaha menahannya semata sikap profesionalnya sebagai sopir yang mencoba untuk menjaga perasaan pelanggannya.

Dalam hati, ia pun berharap orangtuanya akan langsung memberikan hukuman kepada anaknya yang bersikap tidak sopan dengan meludahi orang lain.

Namun yang terjadi ternyata tak seperti yang Rusli harapkan. Ketika melihat festival pelecehan dan ketidaksopanan itu terjadi, orangtua si anak ternyata hanya menegur ringan.

“Eh, nggak boleh gitu. Nggak baik.”

Tidak ada bentakan yang singgah, tak ada jeweran yang mampir, pun tak ada cubitan yang mendarat pada kulit si anak tak tahu diuntung itu. Hati Rusli mencelos.

Aksi kurang ajar level 10 itu ternyata hanya diganjar dengan imbauan “Nggak boleh gitu.”

“Kalau itu anakku, sudah aku jewer dia, kalau perlu, aku suruh anakku berlutut dan meminta maaf,” kata Rusli saat menceritakan kejadian itu kepada saya.

Apa yang saya alami, dan pengalaman buruk Rusli itu kemudian membuat saya menjadi agak gamang dengan konsep pengasuhan anak masa kini.

Saya tak paham banyak tentang apa saja dampak buruk yang bisa timbul kalau memberikan hukuman fisik kepada anak kecil yang nakalnya keterlaluan menurut teori parenting kontemporer yang banyak sekali genrenya itu. Namun yang jelas, diam-diam, dalam hati, saya kagum juga dengan orang tua yang cukup tega melakukannya.

Saya sendiri tak tahu apakah saya bakal tega kalau harus “menyakiti” anak sendiri karena kenakalannya, sebab saya sendiri belum punya anak. Namun yang jelas, saya pasti tega kalau disuruh menggampar orangtua yang saat anaknya meludahi orang lain, ia cuma bilang “Nggak boleh gitu. Nggak baik.”

BACA JUGA Partai Ummat Memang Lucu dan Menggelikan, Namun Mereka Layak untuk Didukung dan tulisan AGUS MULYADI lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2021 oleh

Tags: anakparenting
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Uneg-uneg dari Seorang Ibu yang Stres Anaknya Tidak Mempan dengan Ilmu Parenting MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Seorang Ibu yang Stres Anaknya Tidak Mempan dengan Ilmu Parenting

2 Oktober 2023
Sepatu sekolah.MOJOK.CO
Pendidikan

7 Merek Sepatu Sekolah Terbaik, Tetap Trendi untuk Perempuan dan Laki-laki

21 September 2023
Demi Susu dan Popok Anakku, Aku Terjerat Iblis Bernama Pinjol. MOJOK.CO
Kilas

Demi Susu dan Popok Anakku, Aku Terjerat Iblis Bernama Pinjol

12 Agustus 2023
632 Anak di Jogja Terpaksa Melakukan Pernikahan Dini. MOJOK.CO
Kilas

632 Anak di Jogja Terpaksa Melakukan Pernikahan Dini

20 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Netizen Lapor Kebocoran Data, Admin BPJS Kesehatan: Harap Diabaikan saja MOJOK.CO

Netizen Lapor Kebocoran Data, Admin BPJS Kesehatan: Harap Diabaikan saja

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sholat tahajud. mojok.co

Cara Sholat Tahajud: Panduan, Niat, Doa, hingga Keutamaannya  

1 Oktober 2023
Sejak Deklarasi Anies-Imin, Elektabilitas NasDem Melejit, PDIP-Gerindra Turun MOJOK.CO

Sejak Deklarasi Anies-Imin, Elektabilitas NasDem Melejit, PDIP-Gerindra Turun

27 September 2023
Menelusuri Jejak UNRA Mataram, Kampus PKI yang Berada di Lingkungan Keraton Yogyakarta MOJOK.CO

Menelusuri Jejak UNRA Mataram, Kampus PKI yang Berada di Lingkungan Keraton Yogyakarta

25 September 2023
Move Forward Party, Partai Thailand yang Disebut Kaesang MOJOK.CO

Mengenal Move Forward Party, Partai Thailand yang Disebut Kaesang dalam Pidato

29 September 2023
Wild Ground Fest, festival musik di Jogja akan menghadirkan Band "Liar" dan Susah ke Jogja,salah satu yang tampil band Saosin MOJOK.CO

Wild Ground Fest Hadirkan Band “Liar” ke Jogja, Saosin Salah Satunya

29 September 2023
Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau MOJOK.CO

Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau

1 Oktober 2023
Mengenang Tanamur Diskotek Pertama Jakarta, Raja Hiburan Malam Era 80-an MOJOK.CO

Mengenang Tanamur Diskotek Pertama Jakarta, Skena Disko Lahir di Sini

28 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In