Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mempertanyakan ‘Target Menikah’: Menikah Bukan Ending Cerita

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
5 Agustus 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Demi memenuhi tuntutan sosial, target menikah pun dibangun begitu saja; tanpa jatuh cinta, tanpa tekad yang bulat. Esensinya hilang, tapi kok orang-orang nggak keberatan, ya?

“Kalau aku nggak menikah dan adopsi anak aja, boleh?”

Itu pertanyaan saya kepada Ibu beberapa hari setelah seseorang dengan gampangnya menghancurkan hati saya. Membayangkan hubungan yang baik-baik saja antara laki-laki dan perempuan mendadak jadi sangat sulit.

Saya nggak menyangka pertanyaan tadi men-trigger kekesalan Ibu sedemikian rupa. “Tugas orang tua itu,” tambahnya, “termasuk menikahkan anaknya. Ibu, kan, juga mau ngerjain tugas itu.”

Saya diam.

Target menikah bukan lagi soal visi jatuh cinta

Dikutip dari Theconversation.com, tercatat pada tahun 1800, jumlah penduduk Bumi telah mencapai angka 1 miliar jiwa. Tak tanggung-tanggung, pada tahun 2017, jumlah ini berkembang hingga tujuh kali lipat di angka 7,5 miliar jiwa—bahkan lebih. Bahkan, di tahun 2050 mendatang, planet kita diramalkan bakal menampung lebih dari 10 miliar penduduk.

Semua informasi ini membuat kita—atau setidaknya saya—bertanya-tanya: bakal sepenuh dan sesesak apa planet ini dengan 10 miliar manusia? Apakah nanti di jalan raya kemacetan bakal jadi lebih panjang? Apakah kalau Shihlin lagi promo harga seribu lagi, antrenya bakal lebih panjang—kali ini sampai keluar mal?

Maksud saya, dari bermiliar-miliar penduduk ini, seharusnya kan kita bisa mengambil dua pelajaran besar. Pertama, kalau penduduk di Bumi sudah padat, kenapa kita harus repot-repot menambahnya kembali dengan cara punya target menikah dan bereproduksi? Kedua, jangankan berkembang biak—mencari partner beranaknya aja udah bingung duluan!

Kalau dipikir-pikir, pendapat ibu saya soal “menikahkan anak adalah tugas orang tua” ada benarnya juga. Pasalnya, nggak sedikit orang yang akhirnya punya target menikah karena diminta ayahnya, atau dijodohkan dengan anak dari kawan ibunya. Rasa-rasanya, kalau sudah begini, pernikahan nggak ada bedanya dengan deadline pekerjaan.

Lupakan saja kisah cinta dalam FTV yang ceritanya berkutat pada sepasang sejoli yang saling bertatapan setelah nggak sengaja nabrak sampai jatuh, diiringi lagu-lagu cinta murahan yang cuma bakal dikenal khalayak selama jangka waktu tiga bulan.

FTV bisa saja menulis cerita soal orang yang jatuh cinta, lalu pacaran dan menikah, padahal di dunia nyata, itu semua bisa jadi omong kosong. Dengan kejamnya, seseorang yang kamu cinta bakal sangat mungkin merusak target menikah kalian dan lebih memilih orang lain yang ternyata adalah sahabat masa kecilnya atau orang pilihan neneknya.

Dengan kata lain, tidak ada visi dan misi jatuh cinta dan drama romantis dari pernikahan.

Pernikahan bukan akhir perjalanan

Di kisah-kisah dongeng putri kerajaan, cerita selalu diakhiri dengan kalimat “They lived happily ever after”. Dulu sekali, saya mengira permasalahan hidup bisa selesai dengan menikah karena kita toh akan live happily ever after.

Tapi, boro-boro menikah—ha wong belum menikah aja masalah udah numpuk: Uang kosan bulanan, uang makan, deadline kerjaan, manajeman waktu, dan lain sebagainya. Masalah-masalah ini jelas bakal melebar kalau kita akhirnya menenggelamkan diri pada target menikah yang nggak jelas juntrungannya.

Iklan

Kritikus budaya dan filsuf asal Slovenia, Slavoj Zizek, pernah menyebutkan bahwa 99% orang di dunia ini adalah boring idiot. Sekarang, coba bayangkan kalau kita hidup dengan lempeng dan punya target menikah hanya karena kita dianggap sudah patut menikah, padahal orang yang “dipaksa” menikah dengan kita pun adalah satu dari 99% boring idiot?

Sungguh, buat apa sih ada target menikah di dunia ini?

Maksud saya, alih-alih sibuk membangun target menikah demi memenuhi keinginan orang lain yang merasa memiliki hidupmu—padahal nggak—kenapa kamu nggak memutuskan naik pelaminan kalau kamu benar-benar merasa waktunya sudah tiba dengan orang pilihanmu sendiri saja?

Terakhir diperbarui pada 5 Agustus 2019 oleh

Tags: dijodohinjatuh cintajodohKapan Nikahpernikahantarget menikah
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Katolik Susah Jodoh Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami MOJOK.CO
Esai

Cari Pasangan Sesama Katolik itu Susah, Tolong Jangan Login dan Ambil Jatah Kami

13 November 2025
Tepuk Sakinah saat bimbingan kawin bikin Gen Z takut menikah. Tapi punya pesan penting bagi calon pengantin (catin) sebelum ke jenjang pernikahan MOJOK.CO
Ragam

Terngiang-ngiang Tepuk Sakinah: Gen Z Malah Jadi Males Menikah, Tapi Manjur Juga Pas Diterapkan di Rumah Tangga

26 September 2025
Suka Duka Wedding Organizer Jogja yang Menyulap Pernikahan Jadi Cerita Tak Terlupakan
Video

Suka Duka Wedding Organizer Jogja yang Menyulap Pernikahan Jadi Cerita Tak Terlupakan

21 Juni 2025
Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6
Video

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6

3 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.