Megawati Imbau Maafkan Soeharto: Bijaksana, Tapi Sulit Dilakukan - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Megawati Imbau Maafkan Soeharto: Bijaksana, Tapi Sulit Dilakukan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
9 Januari 2019
0
A A
Megawati memaafkan Soeharto MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Memaafkan Soeharto sesuai imbauan Megawati mungkin masih bisa dilakukan. Namun, melupakannya adalah hal yang muskil dilakukan banyak orang.

“Waktu ayah saya dijatuhkan dengan cara, yang menurut saya tidak beretika, saya bilang jangan hujat Pak Harto,” ungkap Megawati pada Senin (7/1) di kantor DPP PDIP, Jakarta.

Imbauan Megawati untuk tidak lagi menghujat Soeharto tentu akan sangat sulit dilakukan. Menahan diri untuk tidak menghujat saja sulit, apalagi tidak lagi mengungkit soal Orde Baru an 32 tahun Soeharto berkuasa. Tahun 2003 yang lalu, Megawati, ketika masih menjadi Presiden pernah mewacanakan abolisi kepada Soeharto. Wacana yang akhirnya mentah.

Sekali lagi, di satu sisi, memaafkan saja sangat sulit, apalagi melupakan “segala yang terjadi” pada masa Orde Baru. Namun, kamu perlu memberi sedikit apresiasi kepada sikap Megawati yang bijaksana. Beliau orang yang paling dekat dengan peristiwa Supersemar. Bapak beliau yang diturunkan Soeharto secara inkonstitusional. Ketika mau memaafkan, artinya beliau melupakan dendam. Sebuah contoh bagus yang sulit kita temukan di dunia politik baru-baru ini.

Megawati boleh mengimbau, tetapi kader-kader PDIP tidak bisa begitu saja menurut. Kritik kepada Soeharto dan Orde Baru tetap nyaring terdengar. Apalagi di tengah Pilpres 2019 ketika wacana-wacana “kangen Orde Baru” kembali diangkat. Terutama oleh anak-anak si jenderal dengan senyum manis itu.

Ketika wacana kangen itu diungkit-ungkit lagi, beberapa kader PDIP menyambar dengan “ganas”. Misalnya ketika Ahmad Basarah, Wakil Sekjen PDIP, yang menyatakan bahwa Soeharto adalah mahaguru korupsi.

Baca Juga:

massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
megawati sang naga merah

Megawati Sang Naga Merah, Oposisi Serius yang Diwaspadai Orba

27 Februari 2023

“Guru dari korupsi Indonesia sesuai TAP MPR Nomor XI tahun ’98 itu mantan presiden Soeharto,” kata Basarah pada tanggal 28 November 2018 yang lalu. Atas pernyataannya, Basarah sudah dilaporkan ke polisi, tetapi belum menjadi tersangka hingga Januari 2019 ini.

Membela Basarah, Hasto Kristiyanto, Sekjek PDIP sekaligus Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf, menegaskan bahwa kangen dengan Soeharto sama sama dengan rindu kepada korupsi dan nepotisme. “Merindukan zaman Pak Harto itu berarti merindukan KKN, merindukan kolusi, merindukan korupsi, dan nepotisme,” tegas Hasto pada 23 November 2018.

Ketika dimasukkan ke dalam konteks Pilpres 2019, teriakan-teriakan pembenci Soeharto tidak lagi nyaring, namun bikin pekak telinga. Balutan kubu Jokowi, melawan kubu Prabowo yang di dalamnya terdapat banyak perindu Orde Baru, menjadi penyebabnya. Kebencian kepada mantan presiden itu semakin terasa.

Hasto bahkan mengatakan bahwa kebijakan zaman Orde Baru hanya dinikmati segelintir orang, yang mana adalah keluarga Soeharto. “Lihat saja hartanya. Wajar kalau kroni Pak Harto mengampanyekan agar itu kembali, karena mereka menikamati privilege luar biasa. ketidakadilan yang muncul akibat salah urus selama pemerintahan Soeharto.”

Pernyataan Hasto tentu bisa menggiring fantasi kita ke anak-anak Pak Harto yang saat ini bikin partai dan mendukung Prabowo di Pilpres 2019. Oleh sebab itu, sudah kadung benci, ditambah konteks Pilpres 2019, yang mana sudah sangat toksik untuk sebagian orang, membuat imbauan Megawati untuk tidak lagi menghujat Pak Harto bahkan memaafkannya, menjadi sulit dilakukan.

Saya jadi ingat dengan salah satu teman lama yang dahulu pernah terlibat dalam proyek beberapa buku budaya. Kakek dari teman saya ini menjadi salah satu korban kekerasan 1965. Padahal, kakek teman saya bukan simpatisan PKI, apalagi penganut paham komunisme. Beliau hanya sebatas “suka” dengan sosok Bung Karno.

Kakek teman saya menjadi korban karena tuduhan palsu. Tuduhan dari orang yang tidak suka secara personal. Kampanye melenyapkan “antek-antek PKI” berdampak sangat luas. Ikut melahap juga ratusan, bahkan mungkin ribuan orang yang tidak bersalah, tidak tahu apa-apa. Apa akibat dari peristiwa tersebut?

Teman saya menjadi sangat benci kepada Soeharto dan Orde Baru. Tidak berhenti sampai di situ, ia juga menjadi benci kepada anak-anak dan semua orang yang mendukung Bapak Pembangunan itu. Hingga detik ini, hingga tulisan ini dibuat, sikapnya belum berubah. Kebencian itu ia bawa dan ditimpakan kepada Partai Berkarya yang dipimpin Hutomo Mandala Putra a.k.a Tommy Soeharto, anak Pak Harto.

Memaafkan lebih bisa dilakukan ketimbang melupakan. Apakah teman saya bisa memaafkan Pak Harto pada akhirnya? Saya tidak tahu. Apakah dia bisa melupakan Pak Harto? Saya yakin tidak.

Ajakan Megawati sungguh bijaksana. Sikapnya yang satu ini perlu menjadi contoh negarawan yang baik. Negarawan yang (mungkin) prihatin dengan risiko saling hujat menjelang hari coblosan Pilpres 2019 nanti.

Namun pada akhirnya, menjadi manusia yang mampu memaafkan adalah usaha berlutut di depan ego dan kepedihan masa lalu. Sebuah situasi yang muskil dilakukan tanpa kebesaran hati dan keiklasan sundul langit.

Terakhir diperbarui pada 9 Januari 2019 oleh

Tags: Guru KorupsiMegawatiOrde BaruSoeharto
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

massa mengambang jelang pemilu
Kotak Suara

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
megawati sang naga merah
Podium

Megawati Sang Naga Merah, Oposisi Serius yang Diwaspadai Orba

27 Februari 2023
Megawati Sengit sama Pengajian karena Nggak Pernah Diundang? MOJOK.CO
Esai

Megawati Sengit sama Pengajian karena Nggak Pernah Diundang, ya?

21 Februari 2023
Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri MOJOK.CO
Esai

Mengatur Selangkangan Perempuan dari Orde Baru hingga Orde Gita Savitri

13 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tiga Tanda Alam Jokowi Bakal Kalah Pilpres dan Prabowo yang Menang

Agar Tak Tertipu Wedding Organizer, Pesta Pernikahannya Gotong Royong Aja

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Megawati memaafkan Soeharto MOJOK.CO

Megawati Imbau Maafkan Soeharto: Bijaksana, Tapi Sulit Dilakukan

9 Januari 2019
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
utang pinjol mojok.co

Teman Terlilit Pinjol: Dia yang Utang, Saya yang Dikejar-kejar

26 Maret 2023
Tak Berhitung Untung Rugi, Mbah Sri 60 Tahun Jualan Cenil dan Sate . MOJOK.CO

Mbah Sri, 60 Tahun Jualan Sate dan Cenil Keliling di Seputaran UB, Nggak Berhitung Soal Untung Rugi

26 Maret 2023
film korea bertemakan politik

Mau Pemilu, Ayo Lemesin Dulu dengan Nonton 7 Film Korea Bertema Politik Berikut Ini

26 Maret 2023
survei pemimpin ideal menurut anak muda

Pemilih Muda: Daripada Pemimpin Sederhana dan Merakyat, Lebih Suka yang Jujur dan Anti-Korupsi

26 Maret 2023
mengantre mojok.co

Uneg-uneg: Apa sih Susahnya Mengantre? 

26 Maret 2023
perempuan kuliah mojok.co

Uneg-uneg: Dinyinyiri karena Aku Perempuan dan Memutuskan untuk Kuliah

26 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In