Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kasus Meiliana, Bagaimana Sebaiknya Kita Memandang Suara Azan?

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
23 Agustus 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kasus Meiliana dan suara azan sudah mendunia. Dukungan mengalir deras lewat berbagai kanal. Sebelumnya, bagaimana, sih, sebaiknya memandang suara azan?

Media internasional tengah ramai oleh kasus Meiliana. Menurut versi vonis, ia mengeluhkan suara azan dari Masjid Al-Maksum di Tanjungbalai yang terlalu “bising”. Setelah MUI mengeluarkan fatwa penistaan agama, Polda Medan menetapkan Meiliana sebagai tersangka penistaan agama dengan pasal 156 subsider 156 a KUH Pidana, sama seperti yang digunakan untuk menjebloskan Ahok ke penjara.

Media Inggris, Sky News merilis sebuah berita dengan judul “Woman Jailed in Indonesia for complaining mosque was toi noisy”. Sementara itu, Newsweek, majalah mingguan AS menulis berita dengan judul “Woman Complains About Noise From Mosque, Gest 18 Months in Prison”.

The Independent yang berbasis di Inggris mengutip pernyataan Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia. Usman meminta Pengadilan Tinggi Sumatera Utara untuk membatalkan vonis untuk Meiliana tersebut. Sementara itu, Al-Jazeera menulis dengan judul “Indonesia jails womans for ‘insulting Islam’ over mosque ‘noise”. Satu hal yang pasti, kasus Meiliana ini sudah viral.

Lantas, apa yang sebetulnya terjadi?

Merunut berita yang disusun oleh Tirto.id dengan judul “Detail Kejadian Keluhan Suara Azan dan Kerusuhan Tanjung Balai”, ada sebuah pembelokan pernyataan dari Meiliana. Pembelokan yang berujung kepada kerusuhan di Tangjung Balai.

Menurut Meiliana, ia menyampaikan kepada pemilik warung, Ka Uo, tempatnya berbelanja bahwa volume speaker masjid Al-Maksum sekarang lebih besar ketimbang dulu. Sementara itu, versi Ka Uo berbeda. Ia menyampaikan bahwa Meiliana berkata, “Bilang sama uwak itu, tolong kecilkan suara masjid, bising kupingku ribut kali.”

Ka Uo lalu menyampaikan “keluhan” Meiliana kepada Hermayanti, adiknya. Kata Ka Uo, “Her, orang Cina muka itu minta kecilkan volume masjid.” Istilah “orang Cina” turut disampaikan ke Kasidi, pengurus Masjid Al-Maksum. Mendengar penuturan Ka Uo, Kasidi melaporkannya kepada Haris Tua Marpaung (Lobe), Zul Sambas, dan Dailami. Semuanya adalah pengurus masjid.

Keempat orang di atas, disertai oleh satu orang lagi yang bernama Rifai, mendatangi rumah Meiliana untuk meminta konfirmasi. Ada dua versi dari pertemuan ini. Meiliana menegaskan ia tidak melarang azan. Versi kedua adalah dari Lobe, yang menyebut Meiliana keberatan dengan “suara azan di masjid”. Sejak saat ini, pernyataan Meiliana sudah dibengkokkan, berbeda jauh dengan apa yang ia katakan semula.

Pembengkokan informasi, ditambah provokasi oleh sejumlah orang membuat situasi tidak bisa dikendalikan. Ujungnya adalah pembakaran vihara dan berakhir dengan dijebloskannya Meiliana ke penjara.

Saya tidak ingin membela Meiliana, juga tak mau berdiri dengan orang-orang yang marah dan membakar vihara. Saya hanya ingin menyampaikan sebuah cerita, pengalaman hidup saya selama 20 tahun lebih.

Saya tumbuh besar di sebuah daerah di Yogyakarta bernama Kampung Cantel, Gondokusuman. Saya beragama Katolik, tidak taat-taat amat, namun masih ingat dengan kewajiban ke gereja.

Selama lebih dari 20 tahun saya tinggal di sebuah kampung yang warganya mayoritas Muslim. Teman-teman masa kecil saya hampir semuanya beragama Islam. Mereka cukup taat menjalankan perintah agama. Setiap sore mereka pergi ke TPA, sebelum menjemput saya untuk bermain sepak bola di sebuah tanah lapang.

Masjid di kampung itu bernama Masjid Jami Al-Falah, masjid kecil dan nylempit di sebuah gang. Bangunan Masjid Al-Falah menjadi satu dengan sebuah SD. Di halaman masjid yang sempit itulah saya terkadang bermain. Gamparan, kelereng. Bahkan sering saya ada di samping masjid menunggu teman saya yang sedang Jumatan. Dua teman saya adalah kakak-adik, anak dari pengurus masjid. Maka otomatis, saya menjadi sangat akrab dengan suara azan.

Iklan

Tidak jauh dari masjid, kira-kira cuma 15 langkah, ada sebuah gereja bernama Gereja Kristus Raja Baciro. Antara masjid dan gereja hanya dipisahkan sebuah jalan kecil. Misa atau ibadah di Gereja Kristus Raja berjalan sangat rutin, selayaknya gereja Katolik pada umumnya. Misa harian adalah misa pagi yang dimulai pukul 05.30. Misa Sabtu hanya ada di sore hari, yaitu pukul 18.00. Jadwal misa Minggu cukup banyak, mulai pukul 06.00, 08.00, dan pukul 18.00.

Saya pernah berada dalam situasi di mana saya harus berangkat ke misa pagi setiap hari, pukul 05.30. Karena dekat dari rumah, saya lebih suka berjalan kaki.

Ini yang menarik. Misa pagi tiap hari didominasi oleh umat lansia atau anak sekolah, SD maupun SMP. Untuk menuju gereja, saya dan beberapa umat, terutama lansia, harus melewati sebuah gang kecil yang tembus ke jalan besar. Di gang kecil itulah Masjid Al-Falah berada. Ketika kami melintas di depan masjid, salah satu pengurus masjid (bapak teman saya) sudah berdiri di sana. Terkadang tengah menyapu, terkadang terlihat sedang menikmati udara pagi.

“Kulonuwun” atau “nyuwun sewu”, kami umat Katolik biasa menyapa beliau. Si bapak pengurus masjid akan menjawab “monggo” sambil mendekat dan mengulurkan tangan menjawab kami satu per satu. “Ajeng misa, nggih?”, “Mau misa, ya?” Tanya si bapak sambil menjawab tangan kami. “Nggih, pak.”, “Ya, pak” Jawab kami. Saling lempar sapa dan senyum terjadi dan kami melanjutkan perjalanan menuju gereja.

Kejadian ini terjadi hampir setiap pagi. Saling menyapa, berjabat tangan, bertukar senyum. Sebuah pagi yang menyenangkan.

Yang lebih unik lagi, menjelang misa Minggu atau Sabtu sore pukul 18.00, sekitar pukul 17.40, kumandang azan Maghrib terdengar. Karena jarak yang sangat dekat, suara azan Maghrib itu terdengar nyaring. Bahkan, terkadang, suara MC misa hanya terdengar sayup-sayup. Seperti sebuah pengantar, suara azan itu menyertai kami memulai misa sore.

Saya hidup di kampung itu selama 20 tahun lebih. Tidak pernah ada keluhan. Tidak pernah ada satu kalimat saja yang mengungkapkan bahwa suara azan itu mengganggu. Bahkan dengan nuansa bercanda pun tidak. Dari teman-teman Muslim juga tidak pernah mempermasalahkan suara lonceng gereja yang terdengar nyaring menjelang misa pagi atau sore. Suara lonceng dan azan sahut-menyahut dengan akrab, tanpa jarak, tanpa masalah.

Sangat sering terjadi, sebuah masalah yang berujung kerusuhan, dimulai dari lidah manusia. Sebuah maksud sangat rentan dibelokkan karena disampaikan dengan sebuah kalimat saja. Daya tangkap, daya ucap manusia berbeda-beda. Ditambah daya memahami makna yang juga berbeda, maksud kalimat “A”, bisa menjadi “F” ketika melewati lima orang.

Apakah Meiliana bersalah setelah rasan-rasan dengan Ka Uo bahwa suara azan itu kok semakin nyaring saja? Entah. Yang ingin saya sampaikan, di tengah masyarakat yang plural dan kok sialnya semakin mudah tersulut, menjaga lidah adalah sikap yang harus dipatuhi. Dari menjaga lidah, kita bisa belajar menjaga sikap, membuka pikiran, dan yang terpenting: belajar merasa.

Buat saya, yang paling penting pertama-tama adalah mendengar, bukan berbicara.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2018 oleh

Tags: gerejakasus meilianaMasjidmeilianapenista agamapluralsuara azanTanjung Balaitoa
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Menemukan kedamaian batin dari rebahan karpet masjid MOJOK.CO
Catatan

Rebahan di Karpet Masjid: Sepele tapi Beri Kedamaian Batin dari Dunia yang Penuh Standar, Tuntutan, dan Mengasingkan

12 November 2025
Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras & Wakaf Produktif
Video

Bukan Cuma Masjid, Jogokariyan Jogja Ternyata Punya ATM Beras dan Wakaf Produktif

19 April 2025
Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten.MOJOK.CO
Ragam

Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten

23 Desember 2024
Kelakuan Pengurus Masjid yang Bikin Resah dan Harusnya Niru Masjid Sejuta Pemuda MOJOK.CO
Ragam

5 Tabiat Menjengkelkan Masjid di Indonesia, Pengurusnya Harus Introspeksi karena Sangat Merugikan

20 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.