MOJOK.CO – Cucu Bung Hatta marah-marah. Nggak terima kalau kakeknya dimiripin sama Sandiaga.
Sejak tadi malam, di Twitter ramai dengan protes cucu Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta terhadap video para jubir Prabowo-Sandiaga. Dalam video tersebut terdapat 5 orang jubir Prabowo-Sandiaga diantaranya dr. Irene, Faldo Maldini, dr. Gamal Albinsaid, Pipin Sopian, dan Dahnil Anzar. Mereka dengan gaya bicara sok yang berusaha milenial, mengungkapkan alasannya mengapa memilih Prabowo-Sandiaga sebagai calon pemimpin Indonesia yang pantas dipilih dalam periode selanjutnya.
Salam hangat dari anak muda yang menjadi Juru Bicara Pak @prabowo dan Bang @sandiuno pic.twitter.com/9h9WpplFZS
— Faldo Maldini (@FaldoMaldini) October 23, 2018
Ungkapan yang disebutkan oleh keempat orang sebelumnya, terkesan lebih dapat diterima oleh khalayak. Namun di akhir, ketika Dahnil Anzar memberikan statement pamungkas, banyak orang yang protes, termasuk Gustika Jusuf.
Hal ini dikarenakan Dahnil mengungkapkan bahwa,
“Kalau bagi saya nih, mereka seperti apa seperti, seperti bagian baru dari model Bung Karno dan Bung Hatta. Pak Prabowo itu seperti kombinasi Bung Karno dan Jendral Sudirman. Sedangkan Bang Sandi, itu adalah bagian baru dari Bung Hatta. Itulah kenapa, mereka berdua pantas jadi Presiden dan Wakil Presiden.”
Statement yang memiripkan Prabowo-Sandiaga dengan Bapak Proklamator Indonesia itulah yang kurang dapat diterima. Apalagi Dahnil tidak menyertakan alasannya, mengapa? Selesai ia bicara, keempat lainnya langsung aja tepuk tangan. Hadeh~
Ini sebenarnya yang lainnya beneran udah paham atau pokoknya kelihatan seru aja sih?
Salah satu protes datang dari Gustika Jusuf, dalam tweetnya ia mengungkapkan merasa jengah ketika sosok kakeknya digunakan untuk kepentingan politik khususnya ketika menjelang Pilpres.
“Untuk orang yg kesabarannya minus kayak gue gini, denger kakek gue disamain sama Sandiaga Uno rasanya mau muntah.”
Beberapa pernyataan Gustika tersebut menjadi semakin greget dengan imbuhan pisuhan di akhir.
Mengenai protes dari netizen ini, coba kita lihat perlahan. Jangan-jangan apa yang diungkapkan oleh Dahnil memang ada benarnya. Coba kita telaah keempat sosok tersebut pelan-pelan….
Pertama, Soekarno versus Prabowo. Dahnil bilang Prabowo adalah perpaduan dari sosok Soekarno dan Jenderal Soedirman. Cieee, Prabowo dimirip-miripin sama bapaknya Megawati. Cieee~ Btw, kok nggak dimiripin sama mertuanya sendiri aja sih? Eh.
Oke, kita fokus ke Soekarno dan Prabowo aja ya. Ehm, semirip apa sih mereka? Kalau dimiripin karena sosoknya yang nampak tegas, sama-sama sering pakai peci, duh itu udah basi banget, Gaes. Capek kalau cuma ngelihat dari pencitraannya doang.
Lalu kalau soal kedekatan politik dan ideologis, sepertinya agak berbeda juga ya. Kita mengenal Soekarno sebagai tokoh yang lebih dekat dengan kaum kiri, ia juga dikenal dengan ‘marhen’nya. Sedangkan Prabowo, kalau diperhatikan sepertinya ia lebih dekat dengan Habib Rizieq dan kawan-kawan, yang sangat anti dengan kaum kiri dan PKI. Lantas, bentuk miripnya itu di mana?
Kedua, Hatta versus Sandiaga. Oke, keduanya memang sama-sama punya konsen pada urusan ekonomi. Tapi sayang, bedanya, bueda banget. Begini, kita mengenal Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Dengan nilai-nilai koperasi yang mengajarkan betul tentang ekonomi kerakyatan. Bahwa usaha bersama-sama dan tidak ada pemilik tunggal adalah sebaik-baiknya sistem perekonomian.
Namun ketika kita menilik pada Sandiaga dengan korporasinya, apakah nilai-nilai koperasi ini tercermin pada dirinya, dengan begitu banyak perusahaan yang berada dalam kendalinya? Apakah ketika dengan dimirip-miripin seperti ini, maka Sandiaga berniat untuk membuat koperasi pekerja bagi karyawan-karyawannya? Apakah Sandiaga dengan kekayaan yang mencapai lebih dari Rp4 triliun, rela ketika perusahaannya diambil alih dan dikelola secara demokratis oleh para buruhnya?
Lagian, Bung Hatta juga bukan tipe orang yang sok asyik. Dengan tingkah yang berharap dapat diterima dan dekat dengan masyarakat. Bung Hatta adalah seorang yang punya pembawaan tenang, tidak pernah bertingkah aneh-aneh, semacam menjadikan pete sebagai topi.
“Mereka juga ada miripnya tauk! Mereka kan sama-sama berkacamata.” Yha, boleh. Nice try!
Tapi sebenarnya nggak salah kok kalau Sandiaga itu sebagai pengganti Hatta. Kan memang sosok pengganti Hatta. Hatta Rajasa. Hahaha. Lucu.
Sabar, nggak perlu marah-marah. Seharusnya kita memahami, bahwa koalisi ini memang senang memirip-miripkan tokoh yang sedang mereka junjung dengan para pahlawan Indonesia. Masih ingat kan, ketika Hanum Rais mengatakan bahwa Ratna Sarumpaet adalah Cut Nyak Dien yang baru? Nah, biar gampang, anggap aja seperti itu.
Tapi, baik pihak Jokowi maupun Prabowo, sebaiknya tidak perlulah mencatut nama tokoh terdahulu untuk kepentingan kampanye semata. Kami sudah jengah. Yang saat ini dibutuhkan masyarakat adalah sebuah program konkret, bukan sebatas mencitrakan diri seperti Bung Karno, Bung Hatta, Gusdur, dan tokoh lainnya.
Lebih baik nih, yang perlu dicontoh adalah ide atau perspektif kebijakan mereka saja. Misal, bagaimana seorang Bung Karno sangat dekat dengan kaum buruh dan tani. Lalu Bung Hatta yang istiqomah bahwa ekonomi harus milik rakyat lewat usaha koperasi. Serta Gusdur yang sangat dikenal dengan nilai-nilai toleransinya. Bukankah begitu?