Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Di Hadapan Orang Gila, Hidup Memang Kerap Tak Seindah Rencana

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
27 Juli 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tadi pagi, sepulang dari sarapan soto Pak Samsul, dalam perjalanan pulang naik motor, saya dan Kalis melewati jalan persawahan kampung Clumprit.

Saya memacu motor dengan kecepatan yang pelan. Maklum, semakin pelan, semakin bagus, sebab semakin banyak waktu yang bisa saya habiskan bersama kekasih.

Rasanya tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang berboncengan dengan kekasih sendiri sambil mengamati hamparan sawah yang membentang hijau kekuningan yang penuh dengan padi yang mulai siap dipanen. Sebuah gaya pacaran yang bukan hanya romantis tapi juga agraris.

Sampai di sebuah tikungan, di depan saya, ada seseorang yang berjalan pelan. Rambutnya gembel, pakaiannya compang-camping, gaya berjalannya gontai. Tak butuh waktu lama bagi saya dan Kalis untuk mengidentifikasinya sebagai orang gila.

Saya berusaha untuk bersikap biasa saja. Motor saya pacu pelan. Kami bersikap santai. Saya bahkan berencana akan memelankan motor saat melaju di sebelah si orang gila. Niat saya sih memang ingin mengerjai Kalis yang tampaknya sangat takut pada orang gila.

Namun, hal itu kemudian saya urungkan, sebab terjadi insiden yang sangat mengejutkan kami berdua.

Lelaki gila itu mendadak mengambil batu dan lantas melemparkan batunya ke arah kami. Saya yang ada di depan tentu saja langsung panik. Kalis yang mbonceng saya apalagi.

“Asuuuu, wong edan’e mbalang watu!” kata saya

“Eh, hoo, Mas…”

Si orang gila melemparkan batunya dengan sangat keras. Jarak kami hanya dua meter. Saya Sudah hampir pasrah, jarak kami yang sangat dekat membuat saya yakin bahwa saya pasti akan terkena lemparan batunya.

Puji Tuhan, Alhamdulillah, gangguan yang ia derita bukan saja otaknya, tapi juga kecakapan dan kemampuan melemparnya.

Lemparan batunya meleset dan hanya mengenai angin kosong.

Begitu saya yakin lemparannya meleset dan tidak mengenai saya atau Kalis, saya yang tadinya memacu motor dengan pelan langsung putar gas dengan maksimal. Berusaha menjauh dari lelaki edan itu secepat mungkin.

Setelah jauh, Kalis tertawa. “Kuwi mau motivasine deknen mbalang watu ki opo yo, Mas?” 

Iklan

Saya hanya diam, sebab saya belum bisa menenangkan diri saya, jantung saya masih berdetak dengan sangat keras karena insiden barusan yang hampir saja mencelakai saya dan Kalis. Entah gangguan apa yang menyerang Kalis kok sampai dia bisa bersikap bisa, bahkan tertawa setelah hampir dicelakai oleh si orang gila.

Niat hati ingin mengagetkan Kalis dan membuatnya panik, ternyata justru saya sendiri yang jauh lebih panik dan kaget.

Di hadapan orang gila, hidup memang kerap tak seindah rencana.

Terakhir diperbarui pada 27 Juli 2019 oleh

Tags: orang gila
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Esai

Bagaimana Mengatasi ODGJ yang Ngamuk di TPS saat Coblosan?

14 April 2019
satre
Penjaskes

Emang Benar Ya Orang Gila Tak Bisa Sakit?

13 April 2019
Esai

Panduan Memahami Iklan PKS yang Adiluhung Lucunya

9 April 2019
Khotbah

Kisah Bongkar Makam Tua lalu Ditemukan Kerangka Babi Hutan di Liang Lahatnya

7 September 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.