ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Beberapa Alasan Kenapa Permainan Kartu Tak Pernah Membosankan untuk Dimainkan di Tongkrongan

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
10 Agustus 2021
0
A A
permainan kartu
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Permainan kartu selalu menjadi permainan yang paling tidak membosankan untuk dimainkan dari anak-anak sampai dewasa.

Sebagai anak kampung yang tinggal sangat lama dalam iklim pergaulan yang penuh dengan aneka permainan, tentu saja ada banyak sekali jenis permainan yang pernah saya mainkan.

Kelereng, ular tangga, bola bekel, karambol, sepakbola, petak umpet, gembot, dingdong, playstation, tazos, kartu, dan sederet jenis permainan lainnya.

Namun, dari sekian banyak permainan, rasanya hanya kartu yang sampai saat ini masih tetap saya mainkan dengan antusias. Setidaknya sampai detik ini.

Entah kenapa, ada semacam keasyikan dan sensasi kesenangan yang tak pudar saat memainkan kartu walau saya sudah memainkannya sejak saya masih SD.

Saat SD, permainan kartu yang biasa saya mainkan adalah kyu-kyu, permainan untuk memasangkan dua kartu agar saat dikombinasikan bisa menjadi 9. Bisa 0 dan 9, bisa 1 dan 8, bisa 2 dan 7, bisa 3 dan 6, atau bisa juga 4 dan 5.

Ini tentu saja jenis permainan yang murni mengandalkan keberuntungan, sebab kita memang tidak punya kendali atas kartu yang kita dapatkan.

Saat SMP, permainan kartu yang saya mainkan agak naik kelas, yakni samgong. Semacam adaptasi blackjack versi kearifan lokal.

Konsep permainan ini adalah adu kartu di mana kombinasi kartu yang kita miliki sebisa mungkin mencapai angka 30 atau minimal mendekati 30, jangan sampai lebih.

Kalau permainan yang satu ini, bukan keberuntungan semata yang menjadi modalnya, namun juga ada sedikit unsur keberanian, sebab kita memang punya kendali untuk mengambil kartu tambahan atau tidak.

Saat SMA sampai masa setelah lulus, saya dan kawan-kawan sepermainan di kampung mulai memainkan Remi. Kegiatan bermain kartu itu kami lakukan di depan rumah kawan saya yang memang menjadi basecamp nongkrong kami.

Selain remi, kami juga memainkan poker Jawa. Kami sebut poker Jawa karena memang permainannya mengadopsi konsep poker dengan sentuhan modifikasi di beberapa bagian.

Setelah saya bekerja, saya beralih bermain seven sekop. Permainan ini awalnya dibawa ke kantor oleh Dafi, kawan saya sesama redaktur di kantor tempat kami bekerja. Sejak saat itulah, sampai sekarang, saya masih terus memainkannya bersama kawan-kawan.

Di lingkungan pergaulan yang lain yang kebetulan masih satu irisan dengan Dafi, kami pun rutin memainkan permainan ini.

Entah kenapa, dari SD sampai sekarang, bermain kartu ini tak pernah terasa membosankan untuk terus dimainkan.

Saya menduga, ada beberapa hal yang membuat saya (dan kawan-kawan seperkartuan saya) terus memainkan kartu dan belum juga menunjukkan tanda-tanda kebosanan.

Dugaan pertama adalah sensasi menyakiti kawan kita sendiri. Sensasi inilah yang saya dapatkan saat bermain seven sekop selama beberapa tahun terakhir bersama kawan-kawan.

Permainan seven sekop tidak semata mencari status menang, lebih dari itu, ia juga tentang membuat kawan-kawan yang lain kalah. Jadi, seandainya kita kalah, itu tak jadi soal, asalkan masih ada kawan lain yang jauh lebih kalah. Dan uniknya, kekalahan jenis itu kadang justru terasa lebih menyenangkan ketimbang menjadi pemenang.

Kita rela membunuh kartu Jack kita kita semata agar kawan kita yang punya Queen dan King juga ikut mati juga. Jadi, tidak seperti permainan lain di mana kita hanya berusaha untuk menang, permainan kartu ini juga membuat kita realistis untuk mencari kekalahan.

Menyaksikan kawan kita kalah dan menderita, bahkan walau kita harus berkorban karenanya, benar-benar menghadirkan kesenangan dan kepuasan tersendiri.

Alasan lain yang membuat saya tak pernah bosan bermain kartu adalah adrenalin yang hadir dalam permainan tersebut. Maklum saja, sebagai permainan yang tidak menggunakan uang sebagai taruhan, maka hal yang bisa didapatkan oleh pemenang adalah bebas mengejek, memaki, bahkan menggoblok-goblokkan pihak yang kalah.

Tak jarang ejekan itu benar-benar bikin hati ciut dan emosi. Dan justru di situlah sensasinya. Para pemain menjadi amat terpacu untuk tidak menjadi pihak paling kalah sebab ia harus siap mendapatkan aneka ejekan dan makian yang tentu saja sangat tidak sedap.

Pada level yang lain, kami juga sering menerapkan hukuman pada yang kalah. Si pemain yang poinnya paling buncit wajib memainkan kartu sambil memakai helm dan berjongkok. Tentu saja itu menjadi hiburan yang menyenangkan bagi yang menang, atau setidaknya yang sedang tidak kalah.

Ketakutan dan kekhawatiran atas hukuman itulah yang memunculkan adrenalin dalam setiap kocokan kartu yang dibagikan. Dan itu seru.

Alasan pamungkas kenapa saya dan kawan-kawan tak pernah bosan memainkan kartu mungkin karena kartu adalah permainan yang paling masuk akal untuk dimainkan di tongkrongan mana pun. Ia ringkas, bisa dikantongi, dan tidak membutuhkan tempat yang luas.

Saya pikir, selama budaya nongkrong masih tetap ada dan lestari dalam kehidupan pergaulan saya, selama itu pulalah saya dan kawan-kawan masih akan terus memainkan permainan kartu untuk mengisi waktu luang kami, dan untuk memacu adrenalin kami.


BACA JUGA Berbahagia Menyambut Hadirnya Kembali Tazos Pokemon dalam Kemasan Chiki Balls dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 10 Agustus 2021 oleh

Tags: kartupermainan karturemiseven sekop
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

kartu sakti
Kilas

Sandiaga Ingin Integrasikan Program Layanan Masyarakat Ke Dalam KTP Agar Masyarakat Tidak Kebanyakan Kartu

18 Maret 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
ilustrasi Hanya Orang Lemah yang Terusik Saldo 11 Triliun dari Tren TikTok 'Ganteng Review Saldonya Dong' mojok.co

Hanya Orang Lemah yang Terusik Saldo 11 Triliun dari Tren TikTok 'Ganteng Review Saldonya Dong'

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Nekat Merantau ke Jakarta Bermodal Ijazah S1 Malah Berakhir Apes, Tinggal di Kos Sempit dan Berakhir Jadi Tukang Parkir Blok M

19 Mei 2025
Soal Bus Wisata, Jogja Sangat Tidak Kreatif Kalah dari Surabaya MOJOK.CO

Perkara Transportasi Wisata, Jogja Sangat Tidak Kreatif dan Perlu Belajar dari Cara Surabaya Mengelola Trans Jatim Bus Jaka Tingkir

23 Mei 2025
Kalau Nanti Punya Uang, Saya Akan Beli Toyota Corolla 76 untuk Bapak MOJOK.CO

Kalau Nanti Punya Uang, Saya Akan Beli Toyota Corolla 76 untuk Bapak

20 Mei 2025
Kecamatan Gedebage Bandung.MOJOK.CO

Kecamatan Gedebage Bandung Rusak karena Salah Urus Pemerintahnya, Warga Menderita oleh Banjir dan Bau Busuk Sampah

21 Mei 2025
Ujian warga plat K seperti Rembang yang merantau di Semarang MOJOK.CO

Orang Plat K Harus Hadapi Banyak Derita kalau Merantau di Semarang, Benar-benar Penuh Drama

22 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.