MOJOK.CO – Hotel dan penginapan yang tidak menyediakan bantal guling itu rasanya tidak pro dengan kenyamanan tidur dan kesepian para jomblo.
Di usia remaja saya baru menyadari bahwa guling adalah produk Indonesia yang nggak ada di negara lain. Saya pernah menanyakan pada kawan dan kerabat yang tinggal di luar negeri, mereka ternyata mengeluhkan ketiadaan guling. Katanya, ada perasaan aneh, ada sebuah ruang kosong yang tak terisi ketika kita tidur tanpa memeluk apa pun.
Hari ini, saya kembali diingatkan Bintang Emon bahwa bantal jenis guling atau bantal guling, ah apa pun sebutannya itu, adalah benda yang punya “taji”. Barang siapa bisa tidur tanpa memeluk benda ini, kita patut respek abezzz. Sebab, mereka sama saja mengesampingkan kenyamanan dan kehangatan di saat mereka harus tidur relaks dan melupakan hingar bingar duniawi.
Hormat dan segan kuucapkan untuk orang yg bisa tidur tanpa guling
— haduhaduh (@bintangemon) December 23, 2021
Kadang saya heran betul, kenapa hotel berbintang dan penginapan fancy yang konon mengutamakan kenyamanan justru tak menyediakan bantal guling? Padahal buat orang Indonesia, ini penting lho. Beberapa hotel mungkin punya, tapi hanya dikeluarkan jika ada permintaan.
Parahnya, bantal yang disediakan pun jumlahnya terbatas. Misalnya yang menginap dua orang, bantalnya cuma dua, nggak ada bantal ekstra. Lah, saya kan jadi nggak bisa memeluk bantal ekstra itu sebagai substitusi ketiadaan guling! Kalau sudah begitu saya terpaksa menggulung selimut untuk dijadikan kelon-kelon. Walau kurang tebal, saya terima, ketimbang nggak ada.
Konon standar pelayanan hotel-hotel di Indonesia itu berkiblat ke Barat. Di sana, tak ada SOP untuk meletakkan bantal guling di atas kasur demi kenyamanan tamu. Akhirnya benda empuk panjang ini pun luput terlihat di berbagai tempat menginap.
Padahal, seharusnya ada pihak hotel yang punya inisiatif untuk senantiasa memberikan pelayanan maksimal buat orang Indonesia. Menginternalisasi nilai-nilai lokal dan menyediakan guling jelas akan sangat membantu. Tidak usah terlalu memikirkan turis dan wisatawan asing yang mungkin bakal bingung fungsi bantal guling buat apa. Kalau mereka nggak butuh, kan nggak akan dipakai juga.
Lebih baik disediakan tapi nggak terpakai daripada nggak disediakan dan bikin dongkol, kan?
Jika pihak hotel mempertimbangkan alasan “pasangan yang menginap biasanya tidak butuh guling”, ini justru lebih kejam, Lurd. Nggak semua orang yang menginap, staycation, dst. dst. itu datang bersama pasangan. Lha, kalau niatnya memang menyendiri gimana? Kalau memang berlibur bersama bestie gimana? Ckckck, jangan pukul rata begitu dong.
Ngenes betul para jomblo di negeri ini. Sudah posisinya selalu diejek dan dianggap tak laku, kini tak kebagian guling pula jika menginap di hotel. Jomblo berhak staycation. FYI, jomblo butuh sesuatu untuk dipeluk, walau itu hanya benda mati yang bentuknya tak asyik.
Ketika menangis, jomblo butuh sesuatu yang menenangkan dan tak banyak tuntutan, dan hanya bantal guling yang bisa begitu. Memeluk boneka besar mana mungkin, jomblo itu nggak pernah ngerasain dikasih kado ultah so sweet apalagi yang boneka besar.
Oke kembali ke soal bantal guling. Sebetulnya argumen saya di atas memang terdengar sepihak dan mengada-ada. Cuma pelampiasan sakit hati dari orang yang tak bisa tidur tanpa guling. Sayangnya, nggak sepenuhnya begitu.
Memeluk sesuatu sebelum tidur, membantu kita untuk tidur lebih nyaman dan mengurangi kecemasan. Jadi, ada baiknya ketika sedang praktik overthinking, peluklah bantal guling erat-erat dan rasakan energi kenyamanan yang ia salurkan.
Walau kamu kesepian, walau kamu merasa buruk, walau kamu punya banyak pikiran, guling tetap sayang kamu. Ia diam, tidak judgemental dan gaslighting kayak mantanmu. Ia diam, tapi bukan berarti ia tak menenangkan. Ia diam, dan menemanimu beristirahat sepanjang malam, membantumu mempersiapkan hari esok dengan energi yang baru. Guling wujud nyata unconditional love.
BACA JUGA Kenapa Orang Indonesia Peluk Guling Saat Tidur? dan artikel lainnya di POJOKAN.
Penulis: Ajeng Rizka
Penyunting: Ajeng Rizka