Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mengoreksi Gerakan Golput dengan Kaca Mata Kaidah Fikih

Miftakhur Risal oleh Miftakhur Risal
27 Januari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gimana kalau golput dibaca dengan kaca mata kaidah Ushul Fiqh? Tentu ini bukan soal hukum halal-haramnya, sobat missqueenku. Tenang.

Saya membaca tulisan Puthut Ea berjudul “Kenapa Yang Menyerang Golput Hanya Dari Satu Kubu Capres Saja?“. Dari judulnya kelihatan bahwa golput dianggap hanya dirasakan satu capres. Meski bukan pengamat politik, saya tidak sepakat. Paling tidak berdasar pengalaman sendiri.

Sejumlah ceramah agama-politik yang saya ikuti sejak 2008, partai-partai Islam model PKS dan PAN lebih dulu menyuarakan kekhawatiran pada golput. Kelompok HTI yang anti demokrasi menjadi salah satu sasaran PKS dalam dakwah politiknya.

Meski berbeda ideologi politik di level atas, tapi di bawah kader PKS dan HTI lebih sering beririsan. Karena itu, sikap golput kader HTI akan menggerus suara PKS, juga PAN.

Lha piye? Ceruk pasar dari partai Islam malah digerogoti pengusung khilafah. Kawan-kawan saya di PKS sering ngoyak-ngoyak jihad konstitusional. Lewat pemilu itu. Di kampus, kedua kelompok itu beradu argumen.

Singkatnya golput adalah ancaman juga bagi mereka. Nah kita tahu ke mana PKS dan PAN berlabuh di 2019 ini, kan? Rugi bagi parpol, rugi bagi caleg, rugi pula bagi capres yang diusung.

Meski begitu, saya sepakat bahwa jika terus dinyinyiri, mereka akan aktif kampanye golput. Bedanya, golputers yang mengancam Jokowi biasanya dari kalangan aktivis-sekuler. Sedangkan golputers yang mengancam PKS-PAN-Prabowo biasanya dari kalangan aktivis-islamis.

Oleh karena itu, tulisan ini ingin mengajak golputers untuk kembali memilih. Supaya pemilu kali ini disengkuyung bareng. Siapa tahu dengan ini, saya diangkat jadi cebong honoris causa, atau kampret muallaf. Lumayan lah buat manjang-manjangin CV.

Pertama saya ingin mengoreksi logika pemilu sebagai the act of choosing the lesser evil. Istilah ini sebetulnya ada padanannya dalam kaidah Ushul Fiqh. Bunyinya Irtikaab akhoffu ad Dararain. Diterjemahkan bebas menjadi memilih yang paling sedikit kejahatan, kerugian, atau keburukannya.

Contohnya kamu sekarat kelaparan. Di depanmu ada dua pilihan: ayam tiren punyamu sendiri dan daging sapi punya tetangga, lalu tetanggamu kebetulan sama-sama kelaparan. Anggap saja kamu nggak bisa keluar dari dua kondisi ini tanpa memilih  salah satu. Mana yang kamu pilih?

Yaps, pilihlah ayam tiren! Sebab, kerugian dari haramnya ayam tiren hanya kamu yang nanggung. Tetanggamu selamat.

Lha tapi, emang pemilu depan seseram itu apa ya? Memangnya agenda politik kita sesekarat itu po?

Celakanya, kalimat itu yang sering dipakai para relawan dengan klise: “Kita tidak memilih yang terbaik, tapi cegah yang terburuk berkuasa.”

Langsung saja dimentahkan oleh golputers. Lha berarti sama-sama buruk dong? Elect an evil?

Iklan

Karena itu, menurut saya, istilah ini kurang pas. Sebab, sudah memastikan adanya dua kejahatan dalam dua pilihan berbeda. Itu pandangan pesimis. Penilaian yang berbasis kelemahan. Mungkin ra mashok dalam standar penilaian autentik kurikulum 2013 terbaru.

Kaidah yang cocok menurut saya adalah “ma la yudraku ba’duhu, la yutraku kulluhu”. Terjemahan bebasnya, “jika tak mampu raih sebagian hal, jangan campakkan seluruhnya sama sekali.”

Contohnya, jika tak mampu kuasai salah satu mata pelajaran USBN, jangan tinggalkan begitu saja mapel lain yang mampu dikuasai.

Menurut saya, ini kaidah dashyat dan paling pas dengan pemilu April nanti.

Mantan pendukung petahana yang berniat golput, cobalah berpikir dalam kerangka kaidah di atas. Taruhlah Jokowi tidak selesaikan agenda penyelesaian HAM masa lalu. Tapi, berapa agenda politik lain yang dia selesaikan? Katakanlah reformasi birokrasi belum sukses dijalankan, tapi berapa kebijakan positif yang juga dia telurkan?

Jika ada satu-dua agenda politik yang dulunya kamu kira bisa dilaksanakan Jokowi, ternyata terbengkalai; coba hitung agendamu yang lain. Seperti kata kaidah di atas, jika tak raih sebagian hal, jangan tinggalnya seluruhnya.

Begitu pula dengan mantan pendukung Prabowo jika berniat golput. Katakanlah Prabowo khianati perjuangan ummat karena tidak pilih cawapres ulama. Tapi agenda politikmu yang lain bukankah masih bisa dititipkan ke orang yang sama? Bukankah ia masih sosok yang sama yang dipilih oleh ulama versi kamu itu?

Jika begitu, kita tak lagi memilih dua kejahatan. Tak dihadapkan dengan dua keburukan yang tak terhindarkan. Penilaian kita berbasis keunggulan. Siapa yang paling bisa (sebanyak mungkin) menuntaskan agenda-agenda kita, pilih! Simpel kan?

Selain karena ketidakpuasan pada sosok, golput juga laku protes akan sistem. Sekelompok orang menggugat, mengapa pencapresan hanya boleh lewat partai? Sementara partai hanya bisa didirikan dengan modal besar.

Aspirasi sobat misqueen sangat tidak mungkin bisa tersalurkan karena ongkos mahal tersebut. Akhirnya bisa dinilai kalau golput adalah sikap berontak atau melawan.

Menurut saya itu gambaran perfeksionisme. Kita menjumpainya di kehidupan sehari-hari. Tapi kita dapati pula perfeksionis alami rintangan yang tak perlu dalam hidup.

Kawan saya tidak sudi makan rambutan yang bagian kulit bijinya masih menempel ke daging rambutan. “Kayak makan kayu,” katanya. Ia lebih suka nyesep rambutan yang berair.

Menjadi sempurna atau menginginkan kesempurnaan tentu baik. Tapi tidak semua kesempurnaan bisa terwujud. Soalnya beberapa memang berada di luar kuasa kita.

Dari dulu saya mendambakan kangkung sebagai pengganti sawi dalam Mie Ayam. Tapi di Bantul nggak ada. Toh saya tak tinggalkan Mie Ayam begitu saja.

Oleh sebab itu, kembali saya ingatkan: apa yang tak bisa diraih sebagiannya, jangan dicampakkan seluruhnya.

Sodaqallahul Adzim.

Sebentar, sebentar, kok jadi berasa ngaji begini yak?

Terakhir diperbarui pada 27 Januari 2019 oleh

Tags: fikihgolputHTIjokowipanPKSprabowoPuthut EAushl fiqh
Miftakhur Risal

Miftakhur Risal

Alumni Islamic Call College Tripoli, Libya. Tinggal di Bantul.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.