Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Susahnya Jadi Komika, Melucu di Stand Up Comedy Itu Tak Semudah di Layar Kaca

Sidratul Muntaha oleh Sidratul Muntaha
21 Agustus 2023
A A
Susahnya Jadi Komika, Melucu di Stand Up Comedy Itu Tak Semudah di Layar Kaca. MOJOK.CO

Ilustrasi Susahnya Jadi Komika, Melucu di Stand Up Comedy Itu Tak Semudah di Layar Kaca. MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jadi komedian di stand up comedy atau komika itu nyatanya tak mudah. Sebelum bisa tampil di layar kaca atau punya bayaran mahal, mereka harus melewati serangkaian proses yang tak mudah.

Mojok berbincang dengan orang-orang di Jogja yang mencoba ‘nggambleh’ lewat open mic agar orang-orang tertawa dengan materi yang mereka bawakan.

***

Bagi kebanyakan orang, stand up comedy hadir melalui layar kaca atau gawai dalam bentuknya yang paling matang: semuanya lucu. Kita tinggal memilih mana yang cocok dengan selera humor kita.

Pengin komedi mindblowing dengan teknik oneliner? Ada Indra Frimawan. Pengin nonton komika yang bisa membuat lelucon dari hal-hal sepele? Ada Aly Akbar. Kangen dengar jokes dengan bahasa atau dialek daerah? Ada Arif Brata atau Nopek Novian.

Namun, tak banyak yang tahu kalau jokes mereka sedemikian lucu setelah melalui proses yang panjang. Saya baru paham betul hal itu ketika menonton sebuah gelaran open mic bertajuk Nggambleh Ing Tilasawa. Acara tersebut rutin diadakan Komunitas Stand Up Indo Jogja setiap Jumat, di Tilasawa Coffee, Sleman.

Open mic, latihan uji nyali dan materi

Saya pertama kali menonton open mic itu pada Jumat (11/8/2023). Ada 13 komika yang tampil di halaman belakang Tilasawa malam itu. Meskipun open mic sejatinya hanya panggung ‘latihan’, animo audiens yang menonton acara itu cukup mengagetkan. Seluruh kursi di sana penuh. Di depan panggung, terlihat beberapa orang sampai duduk lesehan menonton acara.

Mereka semua antusias menonton komika yang tak kalah semangat membawakan materinya. Karena itu panggung latihan, tentu tak semua jokes berhasil.

Saya datang agak telat, ketika komika urutan ketiga tengah membawakan jokesnya. Semuanya membawa materi beragam dan personal. Ada dari mereka yang membawakan materi perihal budaya di daerahnya. Juga ada komika perempuan tampak maju untuk menceritakan pribadinya mengalami disleksia.

Ada pula satu komika laki-laki yang cukup menarik perhatian saya. Pada mulanya, saya kira, ia hanyalah penonton. Namun, ketika delapan komika sudah selesai tampil, ia mendekat ke panggung. Komika kesembilan tampil lalu turun. Pria yang semula saya kira penonton itu lantas dipanggil MC.

“Penampil selanjutnya adalah komika yang nggak pernah berdiri: Dodok!”

Jeli melihat peristiwa

Penampil kesepuluh itu adalah Dodok Putra Bangsa, seniman yang dikenal sebagai promotor gerakan Jogja Ora Didol. Ia tampil membawakan materi perihal ‘palu-arit’.

Usai tampil, saya menghampiri Dodok dan meminta izin untuk mewawancarainya. Melalui obrolan singkat, saya akhirnya tahu bahwa Dodok sudah 7 kali tampil di open mic.

Sebagai komika baru, tentu ada banyak materinya yang kurang berhasil. Malam itu saja, menurut penuturan Dodok, ada beberapa bit—sebutan lain dari materi—yang kurang lucu.

Iklan

“Malah paling lucu itu katanya minggu lalu,” ujar Dodok sambil menyulut sebatang rokok. “Aku ngomongin mahasiswa yang tiap tahun makin banyak, tapi yang lulus belum tentu.”

Susahnya Jadi Komika, Melucu di Stand Up Comedy Itu Tak Semudah di Layar Kaca. MOJOK.CO
Komika di Jogja ‘tes mental’ di depan publik untuk menguji materi mereka. (Sidratul Muntaha/Mojok.co)

Kendati demikian, itu tak membuatnya bangga diri. Lagipula, menurut Dodok, bit yang lucu di suatu tempat belum tentu bisa menghasilkan tawa serupa di tempat lain. Bisa jadi, materinya perihal mahasiswa jadi lucu karena kebanyakan audiensnya merupakan mahasiswa.

Karenanya, Dodok mengaku masih mengeksplor banyak tema untuk diangkat dalam materinya. Eksplorasi itu bahkan jadi obsesi. “Sekarang kalau aku nemuin sesuatu di jalan tak catet, nanti dikulik, cari lucunya di mana,” jelas Dodok.

Dari keresahan jadi tawa

Hasilnya, materi yang ia bawakan hingga saat ini cukup beragam temanya. Pada penampilan pertama, Dodok coba-coba membawakan bit yang memuat kritik sosial. Namun, di penampilan selanjutnya, ia membawa bit seputar pengalaman pribadinya. Para komika biasa menyebutnya ‘keresahan’.

Membawa materi yang bersifat personal dan ‘meresahkan’ itu pada akhirnya cukup memudahkan Dodok saat tampil. “Entah faktor umur atau apa, aku mengingat materi itu susah sekali. Makanya aku ngambil dari keresahan aja sekarang, gampang hafalinnya,” tutur Dodok yang saat ini menginjak usia 46 tahun.

Lagipula, Dodok melanjutkan, targetnya di dunia komedi tunggal saat ini sederhana. Ia pengin membiasakan diri tampil di panggung. Jika penampilannya sudah banyak, ia tinggal mengumpulkan mana bit yang ia kira bagus dan dijadikan materi andalan. Para komika menyebut bit semacam ini sebagai materi solid.

“Jadi kalau sekarang ya tampil, habis itu tak lupain. Buat lagi, lupain lagi. Buat lagi, lupain lagi,” ujar Dodok.

Susahnya membuat penonton tertawa

Sulitnya membawa materi dan membuat penonton tertawa tentu juga dialami banyak komika lain. Salah satunya Sandy Prastowo, salah satu komika senior Stand Up Indo Jogja yang berasal dari Gunungkidul. Komika yang kerap disapa Sanpras itu mengaku baru bisa menghasilkan kelucuan selama 6-7 bulan mencoba open mic.

Sanpras sendiri memulai karir stand up comedy-nya di tahun 2012. Saat itu, geliat stand up comedy baru saja muncul. Sanpras, seperti kebanyakan komika, tertarik dengan dunia stand up comedy setelah melihat penampilan Raditya Dika yang viral di media sosial.

Kendati demikian, ada perbedaan antara Sanpras dengan kebanyakan komika. Kebanyakan orang mencoba panggung komedi Tunggal karena merasa dirinya lucu, paling tidak di tongkrongan sendiri.

“Aku malah kebalikannya. Karena aku nggak punya track record lucu di tongkrongan, punya kesulitan ngomong di depan umum, akhirnya coba lah stand up,” tutur Sanpras saat diwawancarai via telepon, Senin (31/7).

Baca halaman selanjutnya…

Berharap stand up comedy bisa untuk hidup

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2023 oleh

Tags: komediKomikastand up comedy
Sidratul Muntaha

Sidratul Muntaha

Kadang ngedit, kadang ngudud, kadang ngeliput. Seringnya senang-senang.

Artikel Terkait

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur
Video

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Beda gaya komedi Jogja dan Jawa Timur, serta bagaimana pelawak tua seperti Marwoto bertahan di tengah gaya komedi modern MOJOK.CO
Seni

Beda Gaya Komedi Jogja vs Jawa Timur dan Upaya Pelawak Tua Susah Payah Mengikuti Pelawak Muda yang Dar Der Dor

11 Desember 2024
Gus Ngantemi Pasuruan: Dari Buruh Pabrik hingga Punya Ribuan Penggemar MOJOK.CO
Ragam

Gus Ngantemi Pasuruan: Dari Buruh Pabrik Bikin Konten Dikata-katai dan Tanya Jawab Kurang Ajar, Kini Rezeki Lancar dan Punya Ribuan Penggemar

21 Mei 2024
Ngrasani Profesi Komika dan Stand Up Comedy Indonesia Bareng Mukti Entut
Video

Ngrasani Profesi Komika dan Stand Up Comedy Indonesia Bareng Mukti Entut

9 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.