Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Sosok

Bertahun-tahun Menyusuri Malioboro dengan Kursi Roda, Kisah Bapak Difabel Berjuang Sendirian untuk Anak Semata Wayang

Muhammad Ridhoi oleh Muhammad Ridhoi
28 Oktober 2024
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dari atas kursi roda, seorang bapak difabel menjalani peran sebagai bapak sekaligus ibu untuk memperjuangkan anak semata wayangnya. Jalan Maliboro, Jogja, merekam malam-malam “keras” bagi sosok yang kemudian saya kenal bernama Barokah (48) itu.

***

Malam itu, Kamis (10/10/2024), saya berkendara dengan ngasal menyisir jalanan Jogja setelah kenyang mengisi perut di sebuah Warteg. Hingga melintas lah saya di Jalan Malioboro yang riuh padat meski bukan di akhir pekan.

Awalnya saya hanya berniat melintas, tak berniat berhenti. Malioboro terlampau sumpek.

Namun, pandangan saya tercuri oleh seorang bapak yang duduk di atas kursi roda. Di kursi rodanya itu, menggantung beberapa bungkus arum manis. Bapak itu didampingi oleh seorang gadis usia tujuh tahunan.

Dari jarak pandang saya, mereka tampak bersenda gurau menyusuri padatnya Malioboro, Jogja. Tiba-tiba mencuat perasaan hangat dari dalam dada saya. Maka saya memutuskan mencari parkiran motor untuk menghampiri mereka.

Apalagi, lama juga saya tidak njajan arum manis. Jajanan yang, dulu di masa kecil saya di Nganjuk, sudah terasa sebagai jajanan istimewa.

Tentang kursi roda

Namanya bapak difabel itu adalah Barokah (48). Perbungkus arum manis yang dia jual harganya Rp10 ribu. Saya membeli dua bungkus untuk menemani Barokah dan anaknya berbincang. Kebetulan keduanya sedang mengambil jeda dari keliling Malioboro, Jogja.

“Saya sudah hampir empat tahun, Mas, jualan arum manis,” ucap Barokah saat saya tanya sudah seberapa lama dia jualan arum manis?

Setiap hari Barokah akan jualan depan gapura Pasar Sore Malioboro. Sekitar jam 3 sore hingga jam 8 dia bisa ditemui di sana. Tergantung apakah dagangannya laku cepat atau tidak.

Perjuangan Seorang Bapak Difabel di Jalanan Malioboro Jogja MOJOK.CO
Barokah (48), seorang penjual arum manis difabel di Malioboro, Jogja. (Muhammad Ridhoi/Mojok.co)

Jika sudah habis sebelum jam 8 malam, biasanya dia akan langsung pulang. Atau jika putrinya sudah mulai ngantuk, maka Barokah harus lekas pulang agar esok hari putrinya tak terlambat masuk sekolah.

“Soal kondisi saya, kaki kanan ini sudah sejak lahir begini, Mas. Kalau yang kiri, diamputasi karena kanker tulang,” ungkap Barokah menceritakan kondisi kakinya yang mengharuskannya beraktivitas dengan kursi roda.

Pahit manis di jalanan Malioboro Jogja

Barokah mengaku sejak kecil sudah dikucilkan. Bahkan, di antara saudara-saudaranya, hanya dia yang sama sekali tak menerima pendidikan, dari tingkat dasar (SD) pun tidak.

Namun, Barokah tak mau larut dalam kesedihan dan perasaan terkucilkan. Dia memutuskan untuk memperjuangkan hidupnya sendiri.

Iklan

“Saya asalnya dari Purworejo. Lalu mencoba merantau ke Jogja. Ikut-ikut orang gitu mas,” kenang pria paruh baya itu.

Dari situlah, dia akhirnya merasa diterima dari segala kekurangannya. Dia merasa banyak orang peduli dengannya.

Masa-masa awalnya merantau di Jogja dia habiskan untuk menjadi pengamen bersama teman-teman jalanannya waktu itu. Akan tetapi, seiring waktu, Barokah mulai berpikir bahwa kelak dia pasti akan berkeluarga.

Barokah khawatir kelak anaknya bakal di-bully oleh teman-temannya jika melihat bapaknya adalah seorang pengamen. Baru membayangkannya saja Barokah sudah merasa tidak tega. Oleh kerena itu, dia akhirnya memutuskan mencari pekerjaan lain.

“Saya pernah kerja di hotel juga, Mas. Tapi nggak lama,” tuturnya.

Harapan hidup dari arum manis

Barokah sempat menikah pada 2013 dengan seorang perempuan yang awalnya menerimanya apa adanya. Sejak menikah itu pula Barokah mencoba bekerja makin keras: mengerjakan apa yang dia bisa kerjakan.

Saat itu dia pernah bekerja mengasongkan bakpia di sekitar Benteng Vredeburg, Malioboro, Jogja. Sayangnya memang tidak bertahan lama. Sebab, juragannya berhenti memproduksi bakpia.

“Saya akhirnya diberi nasihat oleh teman yang sama-sama disabilitas, namanya Pak Karno. Dia bilang, apa nggak capek kerja sama orang terus,” ungkap Barokah.

Dari situ, Barokah lantas mengumpulkan modal dan membeli alat pembuat arum manis. Barokah kemudian menjadi penjual arum manis.

Tak berhenti berjuang di Malioboro Jogja demi sang anak

“Saya ini duda, Mas, jadi kalau sedang jualan saya mengajak putri saya,” ungkap Barokah sembari mengenalkan sang putri yang sedari tadi menemani Barokah menyisir Malioboro, Jogja.

“Namanya bapak, ya. Jadi saya merasa waswas untuk meninggalkan anak saya,” imbuhnya.

Ternyata Barolah sudah bercerai dengan sang istri. Sehingga, tanggung jawab putri semata wayangnya tersebut dia pikul sendiri.

Kerap kali Barokah merasa gagal sebagai orang tua. Terlebih jika ada momen ketika dia tak bisa memberi uang saku bagi sang putri laiknya anak-anak lain.

Di titik itu, Barokah merasa beruntung punya putri seperti putri semata wayangnya itu. Seorang putri yang, kata Barokah, tak pernah menuntut apa pun pada sang bapak. Seorang putri yang sangat bisa mengerti kondisi sang bapak. Bagi Barokah, sikap dari sang putri bahkan sudah lebih matang ketimbang umurnya.

Oleh karena itu, Barokah bertekad tidak akan berhenti berjuang demi sang putri. Tidak ada waktu untuk menyesali takdir. Menjalani dan memperjuangkannya adalah pilihan yang Barokah ambil.

Penulis: Muhammad Ridhoi
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Tak Gentar Dikejar Petugas di Malioboro, Sepasang Pengasong Air Mineral Berjuang Demi Biayai Anak Kuliah di UNY

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2024 oleh

Tags: arum manisjalan malioboroJogjaMalioboro Jogja
Muhammad Ridhoi

Muhammad Ridhoi

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.