Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Tak Ikut Latihan Karnaval Sound Horeg karena Fokus Kerja dan Hidup Damai bareng Keluarga: Berujung Dilabrak, Didenda, hingga Dikucilkan di Desa

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
1 Agustus 2025
A A
Fokus kerja dan tak ikut karnavan sound horeg, dilabrak hingga didenda MOJOK.CO

Ilustrasi - Fokus kerja dan tak ikut karnavan sound horeg, dilabrak hingga didenda. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Baru Juli saja, beberapa desa di Jawa Timur warganya sudah sangat sibuk mempersiapkan diri untuk karnaval sound horeg menyambut 17 Agustusan. Kini, memasuki Agustus, tentu akan lebih sibuk lagi.

Seperti diketahui, kendati banyak yang mengaku menikmati karnaval sound horeg, tapi ada banyak pula kelompok orang yang meresahkannya. Narasumber Mojok malah mengalami kondisi “unik”.

Sebab, keresahan perihal keberadaan sound horeg tidak lagi hanya karena persoalan suara menggelegar dan memekakkan telinga saja. Di desa narasumber Mojok, keresahan menjalar pada arogansi pegiatnya: karena melabrak bahkan mendenda orang yang tidak mau terlibat karnaval. Memaksa orang untuk menyukai suara pekak dari tumpukan sound system tersebut.

Tak mau konflik dengan pegiat karnaval sound horeg, pilih fokus kerja

Sama seperti narasumber-narasumber Mojok sebelumnya, Juwanda (27) menyebut kalau geliat sound horeg di desanya—sebuah desa di Jawa Timur—terjadi pasca pandemi Covid-19.

Hanya saja, waktu itu skalanya masih kecil. Sound horeg yang dimaksud adalah tumpukan sound system yang diarak dengan truk. Musik yang diputar adalah DJ jedag-jedug. Itulah yang dimaksud horeg-nya: karena dalam DJ jedag-jedug, biasanya ada sentuhan suara horeg atau bergetar. Sementara untuk volumenya masih bisa ditoleransi telinga.

Namun, makin ke sini, sound horeg benar-benar meng-horeg-kan sekitar. Sebab memakai volume tinggi yang bahkan bisa menggetarkan dinding rumah, memecahkan kaca, hingga membuat genteng-genteng berjatuhan.

“Lebih meresahkan lagi karena ada karnavalnya. Masalahnya, karnavalnya bukan karnaval unjuk kreativitas. Tapi unjuk pantat dan dada. Coba lihat saja di media sosial, kalau ada karnaval sound horeg, pasti ada pejoget yang seperti emak-emak birahi,” ungkap Juwanda, Jumat (1/8/2025).

Itulah yang membuat Juwanda tak begitu menyukai karnaval sound horeg, dan tak berminat untuk terlibat sama sekali. Sekalipun belakangan warga desanya sibuk latihan karnaval, dia memilih fokus kerja, sepulangnya ya kumpul dengan keluarga di rumah. Abai saja dengan sekitar yang sudah sangat keranjingan “kotak bergetar” itu.

Tetap kena labrak padahal tak menghujat

Mengkritik atau menghujat aktivitas warga desanya tentu saja “setor nyawa”. Oleh karena itu, Juwanda memilih tidak mencari gara-gara.

Kalau dia rasan-rasan soal karnaval sound horeg, hanya berhenti di dalam rumahnya saja. Bersama adik dan orangtuanya yang juga tidak menyukai horeg.

“Kadang di medsos lihat kan ada orang banyak yang menghujat. Aku nggak pernah ikut komentar. Cuma kupendem di hati saja. Ternyata yang nggak suka banyak juga, nggak cuma keluargaku. Ternyata nggak suka sound horeg itu bukan sesuatu yang nggak normal,” kata Juwanda dengan derai tawa.

Akan tetapi, berusaha menghindari konflik sekaligus upaya hidup damai di tengah hiruk-pikuk karnaval sound horeg di desanya tak serta-merta membuat Juwanda luput dari masalah. Peristiwa tak menyenangkan terjadi belum lama ini, di menjelang akhir Juli 2025 lalu.

Sepulang kerja menjelang Magrib pada Sabtu malam, saat memasuki jalanan desa dan melewati kerumunan warga yang latihan joget untuk karnaval, lirikan-lirikan sinis tertuju pada Juwanda. “Aku salah apa?” Begitu yang terlintas di kepalanya. Tapi sepersekian detik setelahnya, Juwanda memilih tak peduli. Wong ya dia merasa tidak berbuat salah atau hal-hal merugikan orang lain.

“Minggu paginya kan aku libur. Ada tiga warga, dua anak muda dan satu orang dewasa lah ke rumahku. Ternyata melabrak,” ucap Juwanda.

Iklan

Warga mempertanyakan pilihan sikap Juwanda yang cuek dan enggan terlibat karnaval sound horeg. Dia dituding menganggu kerukunan warga. Hanya karena warga lain kompak ikut menyemerakkan karnaval, sementara Juwanda hanya acuh.

Hari-hari didiamkan

Sempat terjadi perdebatan di depan rumah Juwanda. Tapi untungnya tak sampai konfrontatif hingga menyebabkan adu pukul.

Apakah itu lantas membuat Juwanda mau tak mau harus ikut meramaikan karnaval sound horeg? Jawabannya: tidak! (dengan tanda seru).

“Maksudku itu kan selera. Kalau aku nggak suka, kenapa harus dipaksa? Toh aku juga nggak merecoki. Jadi aku nggak ambil pusing, walaupun ada beberapa warga yang mendiamkan keluargaku, kami bodo amat,” tegas Juwanda.

Sampai hari ini, dia masih menjalani hari sebagaimana biasanya. Kerja. Pulangnya kumpul keluarga. Kalau butuh keluar dari desa yang terkontaminasi “kotak geter” itu dia memilih ngopi di luar. Begitu lebih damai.

Tak ikut karnaval sound horeg eh didenda

Saat surat pemberitahuan masuk ke rumah Aini (25), dia kaget bukan main. Pasalnya, surat tersebut sangat instruktif: Ketua RT meminta setiap rumah mewakilkan perempuan—baik yang muda maupun ibu-ibu—untuk ikut sebagai peserta karnaval.

Masalahnya, para perempuan itu nantinya diminta untuk jadi pengiring sound horeg, sebagai pejoget. Aini dan keluarganya tentu saja emoh.

“Apa faedahnya buat kami? Kalau karnaval yang kreatif-kreatif oke lah. Tapi kamu tahu kan joget-joget di karnaval sound horeg itu seperti apa? Joget-joget binal. Masa aku atau ibuku misalnya disuruh joget binal. Kami nggak mau. Apalagi sudah diharamkan MUI,” ungkap perempuan yang juga berasal dari sebuah desa peranjing “kotak geter” tersebut.

Sound horeg di desa Aini merebak baru pada awal 2025 lalu, setelah karnavalnya menjadi tren di beberapa daerah lain di Jawa Timur. Barangkali warga desanya tak mau ketinggalan tren, sehingga ikut keranjingan juga.

Aini, meski kadang merasa resah atas penampilan pejoget dan getaran suara sound horeg, tapi dia mengaku tak berani menyenggol-nyenggol. Urusan masing-masing kok.

“Tapi kalau yang ini kan aneh. Masa diwajibkan ikut terlibat karnaval?” Keluh Aini.

Singkat cerita, karena menolak terlibat, keluarga Aini dikenai denda sebesar Rp50 ribu. Katanya sebagai ganti partisipasi.

Kata Aini lagi, ternyata dia tidak sendiri. Ada beberapa tetangganya yang menolak ikut. Alhasil mereka juga dikenai denda.

Lebih baik didenda daripada jatuhkan martabat

Aini dan keluarganya lebih memilih didenda. Walaupun beberapa tetangganya akhirnya memutuskan untuk ikut berpartisipasi daripada keluar uang Rp50 ribu.

Bagi Aini, martabat diri jauh lebih mahal dari sekadar uang Rp50 ribu. Oleh karena itu, dia memilih untuk membayar saja.

“Tapi konsekusinya sebenarnya nggak cuma itu. Ada konsekuensi sosial, yaitu kami dianggap sebagai warga yang nggak kompak dan nggak guyub. Tapi itu bukan masalah besar bagiku,” kata Aini.

Agustus 2025 sudah mulai jalan. Latihan-latihan karnaval sound horeg makin intens. Tak hanya anak muda, emak-emak tampak sangat enjoy berjoget di tengah alunan musik jedag-jedug.

Ah, Aini tidak bisa membayangkan, kalau ibunya ikut seperti itu, betapa malunya dia sebagai anak. Untungnya, kata Aini, ibunya masih sangat waras untuk tidak ikut arus.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Derita Mahasiswa KKN di Desa Sound Horeg: “Dipaksa Jadi Jamet” buat Karnaval, Kalau Nolak Bisa Diusir atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 1 Agustus 2025 oleh

Tags: karnaval 17 agustuskarnaval sound horegsound horegsound karnaval
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Jadi manusia paling apes dan ironis: Punya kakak PSHT fanatik dan bapak kru sound horeg sampai batin tertekan MOJOK.CO
Ragam

Nasib Jadi Manusia Paling Apes dan Ironis: Punya Kakak Fanatik PSHT dan Bapak Kru Karnaval Sound Horeg, Hari-hari Batin Tersiksa

15 Agustus 2025
Kota Malang tak cocok untuk slow living. MOJOK.CO
Ragam

Sisi Suram Kota Malang yang Membuatnya Red Flag Disinggahi untuk Healing, apalagi Tinggal

31 Juli 2025
Sound horeg di Malang bikin orang Surabaya kesal. MOJOK.CO
Ragam

Penyesalan Orang Surabaya yang Tinggal di Malang, Ingin Hidup Tenang malah Dipaksa “Berdamai” dengan Sound Horeg

26 Juli 2025
Derita Mahasiswa KKN ikut karnaval sound horeg. MOJOK.CO
Ragam

Derita Mahasiswa KKN di Desa Sound Horeg: “Dipaksa Jadi Jamet” buat Karnaval, Kalau Nolak Bisa Diusir

25 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.