Aslinya nggak enak numpang di kos teman, tapi tak ada pilihan daripada ketemu klitih di Jalan Magelang
Pengalaman ngenes menjadi mahasiswa asal Tempel Sleman juga pernah dialami Nindi (26). Saat masih kuliah di UNY pada 2017-2022 lalu, ia setia menjadi penglaju. Alasannya pun sama seperti Dewi: kalau memilih ngekos hanya buang-buang duit.
“Parahnya adalah, sampai semester 6 aku kejatah jadwal kuliah pagi terus, jam 7 sudah harus sampai kampus. Jadinya ya harus siap mandi es tiap pagi,” ujarnya, Minggu (5/8/2024) malam.
Namun, ada kalanya Nindi memutuskan buat tak pulang ke rumah di hari-hari tertentu. Sebagai anak organisasi, banyak kegiatan kampus yang berlangsung sampai malam hari.
Orang tuanya pun tak menghendakinya buat pulang malam. Sebab, saat itu Jalan Magelang, akses utama mahasiswa UNY ini buat pulang pergi, sedang rawan kejahatan jalanan alias klitih.
“Daripada amit-amit ketemu gerombolan klitih, malah jadi jadi tangisan satu keluarga,” tawanya, mengingat situasi sulit itu.
Untungnya, alumni UNY asal Tempel Sleman ini punya beberapa teman yang pengertian. Saat berada di kondisi seperti itu, mereka dengan sukarela mengizinkannya menginap. Bahkan, tak jarang sampai 2-3 hari.
“Nomaden sih lebih tepatnya. Kalau udah pernah numpang di kos si A, nanti gantian si B, dan seterus. Dari rumah juga bawa baju ganti buat 2-3 hari,” jelasnya.
Nindi mengaku kalau sebenarnya ia merasa tak enak dengan teman-teman yang ditumpanginya. Meski mereka mengaku tak keberatan, ia paham betul kalau seseorang pasti butuh privasi.
Belum lagi ada beberapa tipe kos yang harus menambah biaya tambahan kalau menginapkan teman-teman mereka. Jelas, ini menambah ketidakenakan Nindi.
“Kalau ada yang nambah gitu aku bilang buat ‘aku aja yang bayar’, tapi kebanyakan pada nggak mau,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News