Petugas Atlantis Land wajib sabar
Kalau sudah begitu, Alief harus memaksa balik tanpa terbawa emosi. Ia menjelaskan satu-persatu aturan permainan agar pengunjung tidak nekat dan tahu bahaya yang akan terjadi. Pantas saja, ia bisa hafal aturan-aturan permainan tadi di luar kepala.
“Aku harus sabar menjelaskan SOP wahana secara berulang-ulang supaya mereka paham. Belum lagi, pandanganku nggak boleh lepas dari pengunjung anak-anak saat wahananya beroperasi,” kata petugas operator wahana di Atlantis Land tersebut.
Lebih dari itu, ia juga harus sabar mengajari pengunjung anak-anak. Misalnya, saat seorang anak tidak tahu cara memainkan bumper car senior. Alief harus menjelaskan, mulai dari cara ngegas menggunakan kaki kanan lalu yang kiri sebagai pijakan karena tidak ada rem.
“Bahanya itu kalau ada yang mengeluarkan anggota badan tangan dan kaki. Tidak boleh keluar dari mobil saat wahana sedang beroperasi,” ujar Alief.
Atlantis Land: wahana bermain yang mulai surup
Selain wahana dengan syarat tinggi badan, Alief juga sering menjumpai wahana anak-anak yang harus didampingi oleh orang tua atau orang dewasa. Salah satu wahana yang populer adalah carousell atau komedi putar.
“Seringkali yang naik ini satu keluarga, ada Bapak atau Ibu yang berjaga di samping anaknya,” kata Alief.
Konsep wahana keluarga seperti carousell, menurut Alief, jauh lebih aman karena orang tua tidak sepenuhnya memberikan tanggung jawab keamanan anaknya kepada petugas.Sebab lebih dari itu, Alief juga punya petugas inti untuk mengevakuasi pengunjung jika ada wahana yang bermasalah.
Ia tak ingin kejadian ambrolnya perosotan di Kenjeran Park Surabaya pada tahun 2022 terulang. Barangkali, kejadian ini pula yang membuat orang-orang jadi parno pergi ke taman bermain.
Dulu, kata Alief, Atlantis Land, Surabaya tak pernah sepi pengunjung. Sejak tahun 2018, awal mula ia bekerja, rombongan dari luar Surabaya malah lebih ramai. Jumlahnya bisa mencapai seribu pengunjung.
Namun, menurutnya, jumlah pengunjung makin tahun makin menurun. Di tahun 2023, jumlahnya hanya sekitar 500 orang. Sementara tahun ini, jumlahnya berkisar 200 sampai 300 orang.
“Sekarang sudah sepi sekali, mungkin efek dari pandemi dan kondisi ekonomi negeri saat ini,” ujar Alief.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pengalaman Liburan ke Jatim Park Bikin Kapok, “Surga Edukasi” dengan Antrean yang Menguji Iman atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












