Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Percaya Diri Membaca Puisi Jawa (Geguritan) Ala Anak-anak Jogja, Menjaga Bahasa Daerah dari Kepunahan

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
2 Juli 2025
0
A A
Anak-anak di Kota Yogyakarta percaya diri bacakan puisi bahasa Jawa (geguritan) MOJOK.CO

Ilustrasi - Anak-anak di Kota Yogyakarta percaya diri bacakan puisi bahasa Jawa (geguritan). (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dengan pakaian lurik lengkap dengan blangkonnya, Falah Gibran Alamsyah (14) tampak dengan lugas membacakan geguritan (puisi bahasa Jawa) di panggung Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 di Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Yogyakarta, Selasa (1/7/2025) siang WIB.

Gibran adalah remaja asal Umbulharjo, Kota Yogyakarta, yang menjadi salah satu finalis Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 antar kemantren di Kota Yogyakarta dari cabang lomba Maca Geguritan untuk kategori remaja.

Dalam membaca geguritan, Gibran tak hanya memainkan vokal dan intonasi semata, tapi juga ekspresi wajah dan gestur tubuh. Penampilan yang cukup menonjol.

Ternyata, di balik keluwesannya menguasai panggung, Gibran bisa dibilang agak pemalu.

“Saya tertarik geguritan sejak masuk MTs. Karena saya memang suka yang berbau kebudayaan Jawa,” ungkapnya malu-malu.

“Tantangan kalau membaca geguritan itu cara memainkan mimik wajah sama pelafalan kata per katanya,” sambungnya.

Anak-anak di Kota Yogyakarta percaya diri bacakan puisi bahasa Jawa (geguritan) MOJOK.CO
Falah Gibran Alamsyah (14), remaja asal Umbulharjo peserta lomba Maca Geguritan. (Aly Reza/Mojok.co)

Panggung geguritan: menambah kepercayaan diri

Tampak luwes di panggung tapi ternyata pemalu ternyata juga Mojok temui dari diri Devina Azaria (13), remaja asal Gondokusuman, Kota Yogyakarta yang satu kategori dengan Gibran.

Di panggung, dia tampil meyakinkan melalui ekspresi, vokal, gestur tubuh, sekaligus penghayatan atas isi geguritan yang dia bacakan. “Tapi dulu anak ini pemalu, loh,” celetuk seseorang saat Mojok mengajak Devina berbincang, kalimat yang membuat Devina sempat tersipu.

“Tapi memang bisa menambah kepercayaan diri. Karena tampil di depan banyak orang, terus tekanannya kan kalau ada kosakata yang salah. Kalau ragu-ragu, minder, pasti nggak tampil luwes di panggung,” tutur Devina.

Anak-anak di Kota Yogyakarta percaya diri bacakan puisi bahasa Jawa (geguritan) MOJOK.CO
Devina Azaria (13), remaja asal Gondokusuman peserta lomba Maca Geguritan. (Aly Reza/Mojok.co)

Ketertarikan Devina pada geguritan ternyata sudah lama, sejak dia masih duduk di bangku kelas 3 SD. Saat itu, awalnya dia hanya mencoba mencari kegiatan yang produktif.

Lalu bertemulah Devina dengan seni membaca puisi bahasa Jawa alias geguritan. Dari coba-coba, Devina justru menikmati proses berlatih membaca geguritan dan malah menekuninya dengan terlibat aktif dalam berbagai perlombaan.

“Kalau ada yang bilang ini seni kuno, nggak juga. Malah keren karena melestarikan budaya nenek moyang,” kata Devina.

Lebih-lebih, geguritan justru semakin menunjukkan kalau bahasa Jawa sangat kaya dengan kosakata-kosakata indah nan puitis. Dan Devina menyukainya, karena perbendaharaan katanya makin melimpah.

Kala bahasa daerah banyak yang punah

Dalam Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 itu, Devina didampingi oleh guru bahasa Jawa di sekolahnya, Yusuf.

Bagi Yusuf, geguritan adalah salah satu produk bahasa Jawa yang sudah sepatutnya dilestarikan. Mengingat, makin ke sini banyak daerah yang bahasa daerahnya terancam punah.

Merujuk data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau Badan Bahasa pada 2024, saat ini sudah ada 11 bahasa daerah yang punah di Indonesia. Lalu ada 25 bahasa daerah yang eksistensinya dalam status terancam.

Data tersebut menyebut, mayoritas bahasa yang punah ada di bagian timur Indonesia. Beberapa di antaranya adalah bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Mawes di Papua, bahasa Kajeli atau Kayeli Maluku, bahasa Piru Maluku, bahasa Moksela Maluku, dan lain-lain.

Oleh karena itu, Yusuf—sebagai guru bahasa Jawa—mengaku senang karena Pemerintah Kota Yogyakarta punya perhatian lebih untuk terus menghidupkan bahasa Jawa melalui berbagai kegiatan.

Ketika anak-anak lebih fasih bahasa asing

Yusuf tidak memungkiri, saat ini anak-anak memang lebih fasih melafalkan bahasa asing ketimbang bahasa Jawa. Bahkan, di titik tertentu, ada juga yang merasa lebih mudah mempelajari bahasa asing ketimbang bahasa Jawa.

Itulah tantangan yang dihadapi guru bahasa Jawa seperti Yusuf: bagaimana kemudian memberi kesan asyik dan mudah dalam mempelajari bahasa Jawa bagi anak-anak.

“Saya selalu berupaya memberikan suasana asyik, sehingga anak-anak suka kalau belajar. Kalau sudah suka, nanti yang rumit-rumitpun pasti akan masuk,” kata Yusuf.

Anak-anak di Kota Yogyakarta percaya diri bacakan puisi bahasa Jawa (geguritan) MOJOK.CO
Yusuf (kemeja hijau), guru bahasa Jawa yang mendampingi Gibran mengikuti lomba Maca Geguritan. (Aly Reza/Mojok.co)

Misalnya persoalan kosakata kuno. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja kadang merasa ganjil dan asing ketika mendengar kosakata Jawa yang masuk kategori lawas.

“Saya mengajak memahami diksi atau kosakata kuno dengan cara, misalnya hari ini kita belajar beberapa kosakata, itu diartikan, dijelaskan cara penggunaannya,” sambung Yusuf.

Selebihnya, tinggal membiasakan anak-anak dalam penggunaan kosakata tersebut, baik dalam konteks membaca geguritan, teks bahasa Jawa, atau bahkan pelafalan sehari-hari.

Apalagi jika tahu bahwa beberapa kosakata Jawa kuno punya arti indah dan puitis, maka itu bisa memancing ketertarikan anak-anak.

Selain itu, Yusuf juga biasanya menggunakan lagu Jawa sebagai media ajar. Sebab, ada banyak lagu Jawa yang menggunakan kosakata-kosakata yang, barangkali, asing di telinga anak-anak. Dengan media lagu, suasana belajar mengajarpun menjadi lebih menyenangkan.

Yogyakarta tidak akan kehilangan identitas

Jika melihat antusiasme masyarakat terhadap Kompetisi Bahasa dan Sastra, rasa-rasanya Yogyakarta tidak akan kehilangan identitasnya, sebagai tanah yang sejak dahulu dikenal sebagai ruang hidup bagi berbagai karya sastra berbahasa Jawa, dari tangan sastrawan sepuh hingga pena anak muda.

Begitulah penuturan Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti dalam sambutannya.

“Yogyakarta tidak akan kehilangan identitasnya selama warga masih menyebut nama kampungnya dengan benar, membaca tembang dengan bangga, dan menulis aksara leluhur dengan penuh hormat,” tutur Yetti.

“Di sini, tutur santun bukan basa-basi, tetapi cara hidup. Sastra bukan sekadar hiburan, tetapi cermin budi pekerti. Dan aksara Jawa bukan hanya ornamen, melainkan warisan estetika dan kebijaksanaan yang menyimpan makna filosofis,” imbuhnya.

Jika melihat data Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, jumlah peserta Kompetisi Bahasa dan Sastra selalu stabil dari tahun ke tahun sejak pertama kali digelar pada 2019 silam.

Tahun ini, agenda final diikuti 186 peserta terseleksi dari berbagai kategori usia, yakni anak, remaja, dewasa, dan umum. Para peserta berkompetisi dalam 15 cabang lomba, di antaranya macapat, maca geguritan, maca cekak, alih aksara, sesorah, mendongeng, dan pranatacara.

Kompetisi Bahasa dan Sastra Yogyakarta: ruang apresiasi dan regenerasi

Sementara itu, Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ismawati Retno menyampaikan, kompetisi ini menjadi ruang penting bagi masyarakat untuk mengekspresikan kecintaan terhadap sastra Jawa sekaligus sarana belajar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

“Kompetisi ini bukan hanya lomba, tapi ruang edukasi budaya yang terbuka. Kami ingin masyarakat tidak hanya melestarikan, tetapi juga mengaktualisasikan sastra Jawa sebagai media ekspresi yang hidup di ruang-ruang publik,” kata Ismawati.

Ia menambahkan, kompetisi tersebut juga menjadi bagian dari upaya pelestarian berkelanjutan. Sebab menjadi wadah untuk mempertemukan komunitas, akademisi, dan pelaku budaya.

“Dengan begitu, jejaring pelestarian sastra dan aksara di Yogyakarta bisa makin kuat dan nilai-nilai budaya tetap hidup di tengah masyarakat,” harap Ismawati.

Untuk menjaga antusiasme masyarakat terhadap kompetisi ini, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menyediakan apresiasi berupa uang dengan total Rp75 juta untuk setiap pemenang di setiap cabang dan ketegori.

Tak hanya itu, tiga pemenang terbaik dari masing-masing kategori nantinya juga bakal menjadi kontingen Kota Yogyakarta di ajang serupa di tingkat DIY pada September 2025 mendatang.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Keuntungan Jika Kamu Punya Pasangan dari Jurusan Sastra Jawa atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 2 Juli 2025 oleh

Tags: Dinas kebudayaan yogyakartageguritankompetisi bahasa dan sastrakota yogyakartapuisi bahasa jawaYogyakarta
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Festival Literasi Jogja 2025 di Yogyakarta: Contoh kegiatan literasi yang mengajak masyarakat berpikir aras tinggi MOJOK.CO
Aktual

Festival Literasi Jogja 2025 Ajak Masyarakat Berpikir Aras Tinggi di Tengah Tantangan Literasi Indonesia di Tingkat Dunia

9 Juli 2025
Ale, anak laki-laki berusia 10 tahun, asal Yogyakarta yang mencintai Bahasa Jawa. MOJOK.CO
Ragam

Di Jogja, Bertutur Baik Bukan Sekadar Basa-basi dan Sastra Bukan Sekadar Hiburan

5 Juli 2025
Pemerintah Kota Yogyakarta tambah Tempat Khusus Merokok demi wujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Malioboro MOJOK.CO
Kilas

Jangan Lagi Merokok Sembarangan di Malioboro karena Tersedia Banyak Tempat Khusus Merokok, Ada Spot Enjoy untuk Nikmati Suasana Jalan

3 Juli 2025
Niat Cuma Untuk Sampingan, Ternyata Telur Puyuh Malah Bikin Hidup Lebih Nyaman
Movi

Niat Cuma Untuk Sampingan, Ternyata Usaha Puyuh Malah Bikin Hidup Lebih Nyaman

2 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Trik Kotor Penjual Es Buah Demi Untung Besar yang Merugikan dan Mengancam Kesehatan Pembeli Mojok.co

5 Trik Kotor Penjual Es Buah demi Untung Besar yang Merugikan dan Mengancam Kesehatan Pembeli

10 Juli 2025
Tapak Suci, perguruan anti rusuh. MOJOK.CO

Heran sama Latihan Pencak Silat yang Keras-kerasan hingga Jadi Biang Kerusuhan, di Tapak Suci Keras tapi Harus Empati

8 Juli 2025
Festival Literasi Jogja 2025 di Yogyakarta: Contoh kegiatan literasi yang mengajak masyarakat berpikir aras tinggi MOJOK.CO

Festival Literasi Jogja 2025 Ajak Masyarakat Berpikir Aras Tinggi di Tengah Tantangan Literasi Indonesia di Tingkat Dunia

9 Juli 2025
Jadi awak kapal feri sombongkan label kerja pelayaran ke tetangga dengan gaji besar, berakhir jadi pecundang MOJOK.CO

Sombong Kerja Pelayaran di Kapal Feri, Sok Gagah dan Pamer Gaji Besar ke Tetangga Malah Jadi Menderita

6 Juli 2025
game clash of champions ala ruangguru. MOJOK.CO

Rakyat Jelata Tak Bisa Gembira dengan Pertunjukkan Clash of Champions, Cuman bikin Kesal Anak Broken Home yang Suka Adu Nasib

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.