Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Impian Rumah Layak Pemulung Tunanetra di Kudus yang Kini Menjadi Kenyataan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
25 April 2025
A A
Kudus, RSLH.MOJOK.CO

Ilustrasi - Impian Rumah Layak Pemulung Tunanetra di Kudus yang Kini Menjadi Kenyataan (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Keluarga pemulung tunatetra di Kudus tak pernah membayangkan mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Rumah mereka cuma berukuran 3×3 meter. Di ruangan sempit ini, semua aktivitas termasuk tidur, memasak, makan, bahkan menerima tamu dilakukan. Berkat bantuan Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH), impian yang nyaris mustahil itu bisa terwujud.

***

Kondisi rumah Rofiah (45) amat memprihatinkan. Lantainya masih beralas tanah. Dindingnya pun nyaris ambruk. Sementara atapnya tersusun dari bambu lapuk dengan genteng tanah yang sudah bolong sana-sini.

Warga Dusun Ngetuk, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus ini bahkan pernah mengalami kejadian lucu sekaligus tragis terkait kondisi rumahnya. Ceritanya, pada suatu tengah malam sang anak semata wayang, Iqbal Maulana (12), membangunkannya dari tidur.

“Bu, Bu, TV keluar asap,” kata Rofiah, menceritakan kata-kata yang diucapkan putranya itu, Rabu (23/4/2025). 

“Kok bisa?,” tanyanya dengan heran kepada sang anak. Lantas, dengan masih setengah sadar tapi diliputi rasa penasaran, ia pun bergegas melihat TV-nya.

Malam itu, Iqbal awalnya sedang menyaksikan pertandingan bola kesukaannya. Kondisinya hujan lebat. Karena atap rumah mereka bocor sana-sini, air hujan pun jatuh ke atas TV. Alhasil, TV bekas yang mereka beli setahun lalu itu basah.

“Airnya masuk ke mesin-mesin TV. Keluar asap, Mas, hampir mbleduk (meledak) dan akhirnya mati total,” ujarnya yang diikuti tawa. Sejak kejadian itu, Iqbal pun harus numpang ke rumah tetangga kalau ingin menonton sepak bola.

Rumah Sederhana Layak Huni, Kudus.MOJOK.CO
Potret Purwanto dan Rofiah yang Mojok temui di kediamannya di Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, Rabu (24/4/2025). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Satu ruangan untuk tidur, makan, memasak, dan menerima tamu

Kondisi rumah Rofiah memang sangat memprihatinkan. Sehingga, dirinya dianggap layak didaftarkan sebagai penerima manfaat bantuan Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH). 

Tak cuma atap bocor sana-sini dan terkesan kumuh, rumah yang ia tinggali bersama sang suami, Purwanto (45), dan anak semata wayangnya, juga cuma punya satu ruangan. Di ruangan berukuran 3×3 meter tersebut, Rofiah sekeluarga tidur, makan, memasak, hingga menerima tamu.

RSLH, Kudus.MOJOK.CO
Kondisi dalam rumah Purwanto dan Rofiah sebelum dibangun RSLH Kudus. Kondisinya dianggap memprihatinkan dan layak mendapatkan bantuan. (Dok. Istimewa – Bakti Sosial)

Kepala Dusun Ngetuk, Novia Rosalina (29), menyebut bahwa keluarga Rofiah memang layak mendapatkan program bedah rumah. Dari sekian banyak rumah calon penerima manfaat yang disurvei, bagi Novia, rumah Rofiah memang kondisinya paling memprihatinkan.

“Kadang juga kalau saya lagi keliling lingkungan sini suka sedih, di antara yang lain rumahnya paling memprihatinkan,” ujar Novia saat Mojok temui, Rabu (24/4/2025).

“Selain itu ‘kan secara profil, Bapak Purwanto juga berkebutuhan khusus. Beliau kehilangan penglihatan, dan sehari-hari hanya memulung bersama istrinya,” sambung dia.

Pemulung di Kudus yang sudah mulai mengais rezeki setelah Salat Subuh

Seperti diungkapkan Kadus Ngetuk Novia, suami Rofiah, yakni Purwanto, memang memiliki keterbatasan dalam penglihatannya. Dulu, saat masih sehat, Purwanto menjadi tulang punggung keluarga. Sayangnya, beberapa tahun terakhir penyakit glaukoma merenggut penglihatannya.

Iklan

Kini, Rofiah gantian mengambil alih tugas Purwanto. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh borongan di sebuah pabrik swasta. Namun, karena merasa masih memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga, Purwanto tak mau diam saja di rumah.

“Saya ini cuma mata yang nggak bisa melihat. Tapi selama tenaga masih bugar, kaki masih bisa berjalan, saya tetap mau kerja, Mas,” ucap Purwanto.

Kudus.MOJOK.CO
Meski memiliki keterbatasan dalam melihat, Purwanto tetap semangat bekerja. Setelah subuh, ia sudah berangkat bersama istrinya, memulung sejauh 1,5 kilometer sampai IAIN Kudus. (Dok. Istimewa – Bakti Sosial)

Setiap harinya, setelah melaksanakan Salat Subuh, Purwanto tetap memulung sampah menemani istrinya. Biasanya, sang istri berjalan di depan sambil mendorong sepeda berisi sampah hasil memulung. Sementara Purwanto berjalan di belakangnya sambil memegang bahu sang istri untuk memandunya berjalan.

Mereka memulung dari pukul 4.30 hingga pukul 6.00 pagi. Setelahnya, sang istri akan menyiapkan sarapan sang anak dan kemudian berangkat kerja ke pabrik. Sorenya, Purwanto dan istri kembali memulung sampai waktu Maghrib.

“Malahan kalau saya nggak ngapa-ngapain itu capek. Kalau mulung ‘kan sama saja saya jalan-jalan, Mas. Bikin badan bugar,” ungkapnya.

Pernah keseleo sampai cedera seminggu, tapi masih nekad memulung

Meskipun sudah didampingi sang istri saat memulung, keterbatasan penglihatan kerap bikin Purwanto celaka. Suatu kali, karena sama-sama teledor, kakinya terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam. Kalau Rofiah tak salah ingat, lokasinya dekat IAIN Kudus.

Alhasil, Purwanto pun keseleo. Nyaris seminggu ia tak beranjak dari tempat tidurnya. Jangankan jalan-jalan memulung, buat berdiri saja susah. Namun, karena kasihan sang istri memulung sendirian, Purwanto nekad. Dalam keadaan kaki yang masih ngilu, ia ngotot mau menemani sang istri.

Kejadian itu kerap disaksikan oleh tetangga. Salah satunya Komedi (56) yang tinggal tepat berada di depan rumah Rofiah dan Purwanto. Ia berkali-kali mengingatkan Purwanto untuk tidak memulung dulu. Namun, nasihatnya cuma “diiyakan saja”; besok paginya Purwanto tetap berangkat memulung.

“Terkadang saya suka kesal, karena dia (Purwanto) itu ngeyel, Mas. Tidak bisa dibilangin, suruh istirahat saja nggak mau,” ujarnya, Rabu (24/5/2025).

“Tapi saya juga salut. Beliau ini penuh keterbatasan, tapi nggak mau menyerah sama nasib,” imbuhnya.

Bersyukur mendapatkan bantuan rumah layak huni

Dengan semua keterbatasan yang mereka alami, baik Purwanto maupun Rofiah sebenarnya punya harapan kecil. Mereka ingin punya tempat tinggal yang layak. Tak perlu bagus. Kalau kata Rofiah, “yang penting nyaman buat salat, anak tidur, sama nggak bocor lagi.”

Kudus.MOJOK.CO
Rofiah selalu berharap hunian yang layak untuk hari tuanya. Kini bisa merasakan hunian layak berkat bantuan RSLH. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Sayangnya, bagi Rofiah, itu harapan yang nyaris mustahil. Pasalnya, penghasilannya kerja borongan di pabrik hanya cukup ia gunakan untuk kebutuhan makan dan menyekolahkan anak. Sementara hasil memulung tak bisa diharapkan; paling banter dapat Rp300 ribu sebulan.

“Makanya, Mas. Ketika rumah kami dipilih buat dapat bantuan bedah rumah, saya sangat bersyukur. Soalnya kalau nggak dibantu, saya nggak bakal bisa renovasi,” jelasnya.

Kini, Rofiah sekeluarga pun bisa tidur nyenyak. Rumah reyotnya dulu telah disulap menjadi RSLH berukuran 5×5 dengan lima ruangan. Antara lain satu ruang tamu, dua kamar tidur, sebuah kamar mandi, serta dapur.

Di bagian belakang rumah masih ada lahan yang ia gunakan untuk meletakan botol-botol plastik hasil memulung.

“Sebelum diperbaiki, depan rumah isinya ya barang hasil mulung. Saya memang minta, tempat untuk menampung hasil memulung di bagian belakang rumah, biar tampak rapi,” katanya tertawa.

Rumah Sederhana Layak Huni, RSLH.MOJOK.CO
Purwanto dan Rofiah berfoto di depan “rumah baru” mereka. RSLH bantuan Bakti Sosial Djarum Foundation. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Program RSLH untuk pengentasan kemiskinan ekstrem di Kudus

Rofiah sendiri merupakan salah satu penerima manfaat program Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH). Program kolaborasi antara PT Djarum, Polytron, dan Pemkab Kudus ini diklaim sebagai upaya Pengentasan Kemiskinan Ekstrem (PKE) di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Kudus.

Ia menjadi satu dari 92 penerima manfaat bantuan RSLH tahap I. PT Djarum sendiri menargetkan bantuan 300 RSLH sepanjang 2025 dengan anggaran Rp55 juta untuk tiap unit rumah.

Pada Kamis (24/4/2025), PT Djarum menggelar acara seremoni penyerahan bantuan RSLH yang dihadiri 92 penerima manfaat dari empat kecamatan. Selain Rofiah, acara yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Kudus ini juga dihadiri Joko Riyanto (55), penerima manfaat lain asal Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu.

RSLH.MOJOK.CO
Joko Riyanto menerima bantuan RSLH yang diserahkan secara simbolis oleh General Manager Community Development PT Djarum Achmad Budiharto di Pendopo Kabupaten Kudus, Kamis (24/4/2025). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Pria yang bekerja sebagai tukang angkut sampah ini bahkan hampir tak bisa menahan air mata bahagianya. Bagaimana tidak, Joko mengaku sudah pasrah dengan kondisi rumahnya yang nyaris ambruk.

Bertahun-tahun ia berusaha membangun hunian yang layak buat anak dan istrinya, tapi selalu gagal. Penghasilannya dari angkut sampah cuma Rp1 juta sebulan. Jangankan buat renovasi rumah, untuk makan saja kadang masih susah.

“Saya nggak minta macam-macam. Cuma minta agar di masa tua saya, paling tidak kami sekeluarga bisa tidur dan salat dengan nyaman, Mas,” ungkapnya, Kamis (24/4/2025).

Akhirnya, dalam acara tersebut, Joko bersama penerima manfaat lainnya secara simbolik menerima bantuan RSLH. Ia mengucapkan banyak terima kasih karena mimpinya yang hampir mustahil digapai, kini diwujudkan oleh PT Djarum.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Menjadi Pesepak Bola Putri di Kudus di Tengah Tabu dan Larangan Ibu, dari Bocah Desa Biasa Kini Bersiap Main di Singapura atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 25 April 2025 oleh

Tags: djarumkabupaten kuduskuduspilihan redaksirslhrumah sederhana layak huni
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO
Sosok

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO
Ragam

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.