#4 Perang Dunia Pertama dan Kedua
Kemerdekaan Indonesia juga tidak lepas dari gejolak yang terjadi di Perang Dunia Kedua. Sayangnya, pembahasan mengenai itu tidak lagi ada di pelajaran sejarah peminatan karena Kurikulum Merdeka. Iman juga menilai banyak peristiwa penting yang bisa jadi pembelajaran bagi siswa seperti kemunculan fasisme di Jerman, kehancuran Turki, sampai kemunculan PBB.
“Para pelajar kita tidak tahu itu di sekolah. Banyak generasi muda yang tidak punya dasar edukasi mengapa ada beragam konflik seperti hari ini. Ya karena tidak diajarkan,” jelasnya.
#5 Perang Dingin
Usai Perang Dunia Kedua, muncul ketegangan berkepanjangan antara Amerika Serikat dan Rusia. Hal ini memengaruhi dinamika dunia internasional dalam jangka waktu yang cukup panjang. Tidak adanya pembahasan mengenai itu, menurut Iman membuat anak muda sekarang buta akan pergaulan dan dinamika yang ada di dunia.
Urgensi untuk membuka cakrawala anak muda
Selanjutnya, Iman menekankan bahwa sejarah peminatan dengan pembahasan sejarah dunia yang dulu ada di Kurikulum 13 sejatinya membantu pelajar saat berkancah di dunia internasional. Pelajar dapat lebih memahami mengenai posisi Indonesia di antara negara-negara lain.
Selain itu, ia menilai bahwa sebenarnya sejarah peminatan yang dulu ada pembahasannya lebih menarik, eksploratif, dan tidak membosankan bagi siswa.
Senada, Guru Besar Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Said Hamid pernah menegaskan bahwa pelajaran sejarah penting untuk mengembangkan jati diri dan memori kolektif bangsa. Pembahasannya menjadi modal mengembangkan inspirasi dan kreativitas.
“Pelajaran sejarah di SMA merupakan kesempatan siswa untuk mengenal bangsanya lebih jauh,” kata Said Hamid melansir Harian Kompas.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Ditentang Dosen karena Ikut Pertukaran Mahasiswa Kampus Merdeka, Bahkan Ada yang Jadi Telat Lulus
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News