Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Malioboro Nggak Ada Bagusnya dan Bikin Pusing, Malah Ditiru Surabaya

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
2 Juli 2024
A A
Wisata Maliboro Jogja Buyarkan Ekspektasi Orang Surabaya MOJOK.CO

Ilustrasi - Wisata Malioboro Jogja buyarkan ekspektasi orang Surabaya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Malioboro Jogja merusak ekspektasi orang Surabaya. Berharap menemukan tempat wisata Jogja yang estetik, justru mendapati situasi yang membuat kepala terasa sakit.

***

“Tak lengkap kalau ke Jogja tapi nggak mampir Malioboro.” Itu adalah doktrin dari orang-orang sekitar Elmi (25) di Surabaya yang cukup terngiang di kepala.

Setelah merencanakan cukup lama, Elmi yang sehari-hari berprofesi sebagai pengajar di salah satu SMP swasta di Surabaya memutuskan touring dari Surabaya ke Jogja.

Jika memang tujuan akhirnya wisata ke Jogja, sebenarnya bisa saja Elmi memilih naik kereta atau bus. Lebih enak, tak terlalu capek.  Hanya saja, Elmi memang berencana mampir-mampir di beberapa kota seperti Madiun dan Sragen.

“Beberapa teman nyantri dan kuliah dulu dari daerah-daerah tersebut. Jadi sekalian mampir,” ungkap Elmi, Selasa (2/6/2024).

Terlebih, teman Elmi yang di Madiun memang berniat untuk ikut sekalian motoran ke Jogja. Singkat cerita, berangkatlah Elmi dan temannya tersebut hingga akhirnya tiba di Jogja pada Senin, (10/6/2024).

Pada Selasa, (11/6/2024) sorenya, Elmi dan temannya sengaja melipir ke Malioboro. Guna mengobati rasa penasaran, memang seperti apa sih Malioboro itu? Sebagai wisata yang kerap diromantisasi di media sosial. Namun, bayangannya tentang Malioboro yang estetik buyar begitu saja saat melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Parkir Malioboro Jogja bikin nggak tenang

“Itu jam-jam empat sorean lah. Sebenarnya saat melewati Tugu Jogja, aku udah mulai mikir, duh, ternyata crowded banget. Padahal di medsos Tugu Jogja kelihatannya nggak seramai itu,” ujar pemuda asal Jombang yang mengajar di Surabaya tersebut.

Keresahan pertama Elmi soal Malioboro adalah soal tempat parkir. Sejak memasuki Jalan Malioboro yang padat merayap sore itu, Elmi sebenarnya sudah melihat beberapa tukang parkir yang mengarahkannya untuk parkir di satu lahan.

Akan tetapi ia ragu. Elmi penginnya parkir di satu titik yang ia sendiri bisa mengawasi motornya tersebut. Mengingat kondisi Malioboro yang sangat padat.

Elmi sempat mau parkir di seberang jalan sebelum Titik Nol, di mana banyak pengunjung berfoto dengan latar belakang gedung BRI. Sayangnya tukang parkir meminta Elmi untuk pindah karena sudah penuh.

“Aku muter lagi, akhirnya terpaksa parkir di Pasar Bringharjo. Dan bener-bener mengkhawatirkan, karena nggak ada karcis. Kondisi motor di perlintasan lalu lalng orang. Nggak boleh kunci setir. Kan aku jadi waswas,” tutur Elmi.

Alhasil, pemuda Surabaya itu pun hanya sebentar saja di Malioboro. Sebab, pikirannya tak jenak. Takut kalau-kalau motornya hilang. Meskipun pada akhirnya memang tidak hilang, tapi model parkir yang se-los-losan itu tentu cukup mengkhawatirkan.

Iklan

“Seliar-liarnya parkir di Surabaya, kayaknya masih ada karcis buat ngecek. Jadi tetep ngerasa aman aja. Kalau kayak Malioboro, ngeri, sih,” bebernya.

Kepala keliyengan di Malioboro Jogja

Selain persoalan parkir yang bikin waswas, ada satu hal lagi yang bikin Elmi tak tahan berlama-lama di kawasan wisata Malioboro Jogja. Yakni kondisi yang begitu padat, riuh, dan belum lagi bunyi klakson dari kendaraan-kendaraan yang melintas.

“Mau cari estetiknya sebelah mana kalau gitu. Isinya bener-bener kekacauan,” kata Elmi.

“Jadi kayak nggak ada bedanya aja dengan Surabaya. Niatnya jauh-jauh dari Surabaya ke Jogja kan untuk menenangkan pikiran, menemukan hal baru. Eh ternyata malah nemu hal yang sama,” imbuhnya.

Keriuhan di Malioboro tak pelak membuat kepala Elmi keliyengan. Alhasil, ia langsung mengajak temannya untuk langsung cabut saja meninggalkan kawasan yang kerap diromantisasi tersebut.

Heran kenapa ditiru Jalan Tunjungan Surabaya

Hal yang sama pernah saya diskusikan dengan Dipta (26), pemuda asli Surabaya yang terbilang cukup sering mengkritik penataan wisata-wisata di Kota Pahlawan. Termasuk yang paling baru adalah kawasan wisata Kota Lama Surabaya.

Dipta sendiri sudah beberapa kali wisata ke Jogja. Termasuk yang paling pertama adalah 2018 silam, dalam masa liburan kuliah.

Pengalaman pertamanya tidak jauh berbeda dengan Elmi. Alhasil, sejak pertama itu pula, setiap ke Jogja ia selalu meng-cancel Malioboro dari daftar yang harus ia kunjungi. Sekalipun saat ia ke Jogja bareng pacar dan sang pacar memaksa untuk foto-foto ke Malioboro.

“Aku menolak. Tapi kukasih tahu lah kalau Malioboro itu nggak se-estetik yang kamu bayangkan,” tutur pengusaha tembakau kecil-kecilan itu.

Yang membuat Dipta heran adalah, kok bisa-bisanya konsep wisata ala-ala Malioboro itu diadopsi oleh beberapa daerah di Jawa Timur. Salah satu yang paling mencolok adalah Jalan Tunjungan Surabaya.

“Kalau segi parkir, mungkin Jalan Tunjungan lebih baik lah. Tapi selebihnya sama saja. Crowded. Bising. Semrawut. Jadi nggak bisa dinikmati,” beber Dipta.

Dipta sendiri tentu kelewat sering berlalu-lalang di wisata Jalan Tunjungan Surabaya. Pasti sumpah serapah yang ia lontarkan tiap kali melintasi dan berjibaku di antara kemacetan Jalan Tunjungan.

Oleh karena itu, ia tak heran jika Elmi dan temannya sampai kecewa saat melihat fakta Malioboro tak se-estetik di media sosial. Karena di Surabaya sudah disuguhkan dengan kebisingan, ke Maliboro ternyata nemu hal yang sama.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Wisata Kota Lama Surabaya Kelewat Diromantisasi, Bisa Berakhir kayak Jalan Tunjungan yang Makin Nggak Menarik

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2024 oleh

Tags: jalan tunjunganJogjajogja macetmalioboroMalioboro JogjaSurabayawisatawisata jogjawisata surabaya
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.