Mahasiswa Aceh bercerita perihal bagaimana Jogja menyelamatkannya. Dari yang semula nyaris tak jadi apa-apa dan dianggap jadi beban orang tua, kini malah bicara banyak lewat kegemarannya memasak.
***
Puji (24) mengaku bersyukur karena ia memilih pindah ke Jogja setelah kurang lebih lima tahun di Surabaya.
Setelah menyelesaikan studi S1 di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), mahasiswa Aceh itu sempat bimbang, antara tetap di Surabaya atau pindah ke kota lain.
Awalnya, Puji berpikir untuk mencari pekerjaan saja di Surabaya. Namun, ternyata sang kakak menghendaki agar ia lanjut studi hingga S2.
“Kalau S2 harus linier. Nah, jurusanku (Sejarah Peradaban Islam) yang ada dan paling mungkin aku jangkau di Jogja. Yasudah akhirnya ke Jogja,” ujarnya kepada Mojok, Selasa (30/1/2024) lalu.
“Ibuku malah pengin aku pulang saja ke Aceh, cari kerja saja di sana. Nggak mampu kalau biayai S2. Tapi abangku yang bersikukuh aku harus S2, dia yang biayai,” ungkapnya.
Mahasiswa Aceh yang awalnya ingin jadi penulis terkenal di Surabaya
Puji mengaku, sedari awal ia menginjakkan kaki di Surabaya pada 2017 silam, ia sebenarnya tak memiliki hasrat apa-apa selain kuliah.
Namun, di Surabaya ternyata ia dipertemukan dengan kumpulan orang-orang yang sangat menggemari buku.
“Untuk mengimbangi, mulailah aku coba-coba baca buku. Dari esai terus sastra. Tapi kemudian jatuh cinta pada sastra,” kata Puji.
Ia kemudian memiliki kegemaran menabung untuk membeli buku-buku sastra, khususnya novel dan cerpen dari banyak penulis. Dari penulis lama hingga penulis-penulis yang baru naik daun.
“Eka Kurniawan sih yang aku paling suka. Caraku nulis juga nyoba meniru gaya Eka,” akunya.
Sejak saat itu, sejak ia ketagihan membaca buku, mahasiswa Aceh itu kemudian memiliki cita-cita untuk menjadi penulis terkenal di Surabaya.
Menulis dan menerbitkan buku, tapi nggak laku
Tahun keduanya di Surabaya benar-benar menjadi tahun yang sangat produktif.
Bisa dibilang begini, pagi hingga sore ia habiskan waktu senggang untuk membaca. Sementara malam hari (seusai ngpopi atau nugas mata kuliah) ia akan menulis. Bisa sampai dini hari.
“Aku ketagihan membaca dan menulis,” akunya.
Sampai akhirnya ia bisa menerbitkan dua bukunya (novel dan kumulan cerpen) di sebuah penerbit kecil yang tak mau ia sebut namanya.
Waktu itu adalah sebuah kebanggaan bagi mahasiswa Aceh itu karena bisa menerbitkan buku karyanya sendiri. Artinya, ia merasa sudah sah disebut sebagai penulis betulan seperti Eka Kurniawan dan lain-lain.
Sayangnya, bukunya yang dijual secara pre order itu bisa dibilang tak laku dan tak memenuhi target penjualan.
“Kalau ada yang beli, itu dari temen-temen sendiri yang mungkin kasihan, haha,” tutur Puji.
Sejak dua bukunya tersebut terbit, Puji memang sempat beberapa kali diundang untuk menjadi pembicara di acara-acara komunitas pecinta buku.
Namun, setelah itu, ia tenggelam. Seperti tak pernah mencapai apa-apa. Hambar.
Puji juga sudah mencoba berulang-ulang mengirimkan naskah cerpennya ke beberapa media. Baik cetak maupun online. Sayangnya, tak ada yang tembus. Makin ciutlah ia.
Dianggap jadi beban orang tua
Sejak dua buku pertamanya itu terbit, Puji sebenarnya masih menulis. Ia kini punya cukup banyak draft tulisan, dari novel, kumpulan cerpen, hingga kumpulan puisi.
Akan tetapi, ia justru kehilangan keberanian untuk mengirimkannya kepada penerbit. Puji mengaku berada di titik putus asa.
“Ternyata jadi penulis tak semudah yang aku bayangkan,” ucapnya.
Saat menerima uang royalti dari penjualan dua bukunya yang terbit itu, Puji mengaku sedikit merasa jumawa.
Meski uangnya tak seberapa, paling tidak bisa menghasilkan uang dari hasil karya sendiri. Kira-kira begitulah yang ada di benaknya.
“Kenyataannya, aku tetap jadi beban orang tua,” imbuhnya.
Puji mengaku tipis-tipis mendengar bisik-bisik di belakang, orang-orang di sekitarnya yang menyebutnya beban orang tua.
Bagaimana tidak, teman-temannya rata-rata sudah bekerja, tak bergantung pada orang tua lagi. Sementara ia, hingga semester 8, masih full minta kiriman orang tuanya di Aceh.
Baca halaman selanjutnya…
Lamaran kerja tertolak berkali-kali