Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Turis Bali Ketar-ketir di Kuburan Desa Trunyan, Bukan Diganggu Setan tapi karena Ulah Warganya

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
6 Februari 2025
A A
Kuburan Desa Trunyan.MOJOK.CO

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Perjalanan liburan akhir tahun kemarin cukup berbeda bagi Edwardus Audre (23). Alih-alih berwisata ke destinasi alam yang murni menunjukkan keindahan di Bali, Edward malah diajak keluarganya ke Kuburan Desa Trunyan. 

Sebetulnya, bagi Edward, perjalanan ke Kuburan Desa Trunyan, Bali termasuk indah karena ia bisa melihat pemandangan alam yang memanjakan mata. Pohon-pohon hijau, udara segar, dan permukiman warga yang diapit oleh danau dan tepi kawah terluar Gunung Batur.

Di sisi lain, suasana saat tiba di lokasi sedikit berubah. Kuburan Desa Trunyan tak hanya menawarkan pemandangan yang indah, tapi juga hal-hal magis.  

“Mungkin istilahnya wisata ekstrem ya, karena jujur menguji adrenalin. Dan nggak sepopuler wisata-wisata lain di Bali,” kata dia kepada Mojok, Sabtu (11/1/2025).

Beberapa kejadian tak mengenakkan di sana juga sempat terjadi. Namun, bukan karena mayat-mayat yang dimakamkan secara “tak wajar” di sana. Edward justru risih karena ulah warganya sendiri.

Dipalak porter Kuburan Desa Trunyan

Edward dan keluarganya berangkat ke Kuburan Desa Trunyan, Bali secara rombongan. Ia dan 8 orang anggota keluarganya menggunakan satu mobil. Sepanjang perjalanan, akan ada para porter yang menawarkan jasanya untuk mengantar wisatawan ke Desa Trunyan. 

Mulanya, keluarga Edward ingin menggunakan google maps saja, sebab ibunya pernah ke sana semasa muda. Namun, karena ragu dan takut nyasar mereka akhirnya memilih jasa porter untuk menunjukkan jalan. Selain itu, porter juga bertugas menjaga jika tiba-tiba ada kendaraan dari arus sebaliknya. Maklum, jalanan menuju desa terbilang berkelok dan curam.

“Mereka naik motor gitu terus kita ngikutin dari belakang,” ucap Edward.

Desa Trunyan di Bali. MOJOK.CO
ilustrasi – lokasi pintu masuk Desa Trunyan setelah wisatawan menyebrangi danau. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Proses menyewa jasa porter juga tak mudah, karena Edward dan keluarganya harus melakukan tawar-menawar. Mulanya, salah satu porter mematok harga Rp1,2 juta. Artinya per kepala harus membayar Rp150 ribu. Harga jasa porter memang mahal, itu belum tergolong tiket masuk desanya. 

Tim Mojok juga pernah mengunjungi Kuburan Desa Trunyan pada akhir tahun 2024 lalu. Kami harus membayar Rp250 ribu per kepala. Bahkan seorang wisatawan asal India diharuskan membayar Rp3 juta. Liputan lengkapnya bisa dibaca di sini.

Beruntung, ibu Edward jago menawar sehingga mereka hanya membayar total Rp700 ribu.

“Pokoknya kita nggak kalah omong aja. Mamaku waktu itu tanya, kalau per orang harganya berapa? Kalau rombongan berapa? Terus kami minta angkut semuanya dengan harga sekian, yang masuk akal. Nanti mereka luluh sendiri,” tutur Edward, menceritakan cara ibunya menawar.

Suasana desa yang kontras, indah tapi kotor

Untuk menuju Desa Trunyan, Edward dan keluarganya harus melewati jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil. Jalannya pun tidak rata, banyak bebatuan, dan berlubang, sehingga tubuh Edward sering terguncang dalam mobil.

“Sebetulnya nggak nyaman, tapi aku maklum sih karena desanya terpencil dan memutari danau,” ujarnya.

Iklan

Setelah menempuh waktu kurang lebih 1,5 jam dari Kintamani, rombongan Edward turun di Pelabuhan Trunyan. Baru saja Edward menapakkan kakinya ke tanah, udara dingin langsung terasa. Begitu juga kabut yang mengelilingi desa, menambah suasana mencekam saat itu.

“Karena di sana sedang musim penghujan, bulan Desember kan. Jadi suasana kengerian dan keindahan bercampur aduk,” ujarnya.

Trunyan.MOJOK.CO
Ada tiga faktor mengapa mayat-mayat di kuburan Desa Trunyan tak mengeluarkan bau busuk (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Belum lagi, kondisi pelabuhan terlihat kotor karena sampah. Beberapa lalat terlihat hinggap di sana. Saat Edward berjalan melewatinya, puluhan lalat itu beterbangan di sekitarnya. Namun, Edward tak terlalu kaget, karena di Kintamani pun, tempat ia menginap, lalat-lalat juga ada disana. Dan cukup banyak.

“Aku pernah tanya, ‘kenapa kok banyak lalat ya Mbok?’ beliau jawab karena efek dari pupuk. Saat musim penghujan, dosis pupuknya harus ditambah dan jenis pupuknya ini mengundang banyak lalat,” jelas Edward mengingat penjelasan dari pengurus penginapan. 

Nenek-nenek pengemis di pelabuhan Desa Trunyan

Tak hanya itu, Edward masih menjumpai pengemis di Desa Trunyan. Ia pikir para pengemis hanya ada di Kota Denpasar atau lokasi wisata yang ramai. Kebanyakan pengemis adalah nenek-nenek. Ia jadi terganggu saat ingin berfoto atau sekadar melamun menikmati suasana.

“Maaf, bukannya menjelek-jelekkan atau tidak menghargai adat istiadat desa di sana, tapi sangat disayangkan saja. Agak kurang bersih dan ditambah banyak pengemis,” ucap dia.

Setelah menunggu kurang dari 10 menit, Edward dan rombongannya harus menaiki perahu untuk menyebrangi danau menuju ke Kuburan Desa Trunyan. Kali ini, Edward tak diminta membayar lagi. 

Konon, ada oknum yang sengaja memberhentikan perahunya di tengah danau dengan alasan macam-macam, supaya wisatawan memberikan uang tambah. Mungkin, kata Edward, itu yang menjadi alasan destinasi wisata tersebut sepi–tak banyak yang mengunjungi.

Edward juga sempat ke toilet sebelum masuk Kuburan Desa Trunyan. Fasilitasnya tampak baru tapi sudah berdebu. Seperti jarang dipakai. Padahal, destinasi wisata Kuburan Desa Trunyan, bagi dia, cukup menarik.

Ia bisa melihat tradisi pemakaman mayat yang tidak dikubur ataupun dibakar. Melainkan, diletakkan biasa di bawah pohon Taru Menyan yang aromanya menyamarkan bau busuk.

Mayat yang bergeletakan di Kuburan Desa Trunyan

Mayat di Desa Trunyan. MOJOK.CO
ilustrasi – mayat di tumpukan sampah di pemakaman desa trunyan. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Setelah menyeberangi danau, Edward dan rombongan langsung melihat papan peraturan yang berisi pantangan. Misalnya, tidak boleh berkata kotor, memegang tengkorak, mengambil barang-barang di sekitar kuburan, melakukan hal-hal tidak sopan, dan membuang sampah sembarangan.

“Pengunjung juga dilarang membawa apa saja dari kuburan. Batu, uang, bahkan tanah. Karena bisa celaka,” jelas Bli Toni, juru kunci di Kuburan Desa Trunyan saat diwawancarai Mojok, Rabu (18/12/2024).

Selanjutnya, Edward dan rombongan harus berjalan sekitar 100 meter menuju pintu masuk. Di sanalah Edward melihat barang-barang bekas yang berserakan. Sekilas, barang-barang itu terlihat seperti sampah. Ada juga foto-foto orang yang sudah meninggal.

Bli Toni menjelaskan barang-barang yang terlihat seperti sampah itu adalah peninggalan yang sering dipakai oleh mayat semasa hidup mereka. Tak hanya itu, sejumlah mayat juga dimasukkan dalam sangkar bambu. Ritual itu dinamakan Mepasah.

Ketika ada mayat baru, maka mayat paling lama yang ada di dalam sangkar akan dikeluarkan. Dan digeser di atas tanah. Jika sudah menjadi tengkorak, maka akan ditumpuk di atas batu. Sekali lagi, wisatawan dilarang menyentuh, apalagi mengambilnya. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ambisi Pemerintah Mencari Profit dengan Merusak Budaya Masyarakat Adat di Bali atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 7 Februari 2025 oleh

Tags: Balidestinasi wisatakuburan desa trunyantrunyantrunyan bali
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Guru SD dari Badung, Bali, menabung lama demi antar anak ke Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus MOJOK.CO
Ragam

Guru SD Bali Menabung-Seberangi Laut demi Anak Kejar Mimpi Bulu Tangkis di Kudus, Kebal Sorakan yang Menjatuhkan Mental

12 September 2025
Purworejo dianaktirikan karena diapit Jogja. MOJOK.CO
Ragam

Nestapa Orang Purworejo yang Sulit Cari Kerja Tanpa Merantau, padahal Kabupatennya Punya Banyak Potensi Alam yang Menarik

7 Agustus 2025
Wisata di Bali anti ribet dengan eSIM MOJOK.CO
Kilas

Liburan ke Bali Tanpa Drama: Cukup eSIM, Sinyal Aman, Kantong Tenang

10 Juni 2025
Kuburan Desa Trunyan.MOJOK.CO
Catatan

Tiket Masuk Desa Trunyan Lebih Seram daripada Mayat-Mayat yang Bergeletakan

6 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.