Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Betapa Jahat Keluarga Bapak: Suka Sakiti Keluarga Ibu-Lihai Berganti Wajah Tanpa Tahu Diri, Bikin Benci Kumpul Keluarga

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
10 Oktober 2025
A A
Jahatnya keluarga Bapak bikin fatherless hingga membenci rumah dan kumpul keluarga MOJOK.CO

Ilustrasi - Jahatnya keluarga Bapak bikin fatherless hingga membenci rumah dan kumpul keluarga. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Betapa jahatnya keluarga bapak. Bukan hanya bikin merasa fatherless, tapi juga membenci rumah dan seremoni-seremoni kumpul keluarga. Mereka selalu bersikap jahat kepada keluarga ibu bahkan keluarga sendiri. Tapi bapak selalu tak berdaya dan cenderung membela keluarganya setengah mati.

***

Suasana berkabung masih menyergap seisi rumah Fauzi (25), bukan nama sebenarnya. Bapak Fauzi masih kerap melamun sendiri di terasa rumah, sembari menghabiskan berbatang-batang kretek tangan.

Bapak Fauzi masih di luar Jawa ketika kabar duka itu tersiar melalui sambungan telepon: Sang Ibu (nenek Fauzi) meninggal. Sayangnya, karena perjalanan yang cukup jauh, Bapak Fauzi tak sampai bisa menatap wajah ibunya sebelum dimakamkan.

Bedebahnya, belum genap tujuh hari sejak meninggalnya Nenek Fauzi, keluarga dari sang Bapak kerap datang di sore hari menjelang Magrib. Ada paman dan anaknya. Mereka datang bukan untuk saling meluruhkan duka, tapi menagih harta warisan.

Perkara warisan, keluarga bapak sampai tebar fitnah ke tetangga

“Ibu berkali-kali bilang ke bapak agar menjelaskan ke keluarga dia, warisan berupa tanah itu sudah bapak jual atas persetujuan nenek. Karena waktu itu, nenek sendiri yang bilang, ada sisa tanah bisa dijual buat merawat nenek sampai akhir hayat,” kata Fauzi, Minggu (5/10/2025).

Paman Fauzi pun sebenarnya juga ada di momen tersebut. Tak pelak Fauzi dan bapaknya kaget: Kok bisa-bisanya keluarga bapak menuntut warisan. Tuntutannya: Kalau tidak berupa tanah, ya berarti hitungan tanah itu kejual berapa, itu yang dibagi dua.

Masalahnya, uang hasil jual tanah itu memang sudah benar-benar habis untuk merawat nenek Fauzi di masa hidup hingga akhir hayatnya. Dari berkali-kali masuk-keluar rumah sakit hingga biaya pulasara.

Nyatanya Bapak Fauzi tak bisa menyangkal. Katanya, Bapak Fauzi tidak mau ribut sesama keluarga. Jadi dia mengalah, memikirkan caranya mengumpulkan uang sebagai ganti warisan.

“Karena jahat sekali. Keluarga bapak sampai tebar fitnah ke tetangga-tetangga, bilang Bapak jual tanah itu buat uangnya dibagi-bagi ke keluarga ibu. Jahat sekali. Keluarga ibu sampai menangis mendengar itu,” ucap Fauzi.

Tak mau ikut susah, giliran yang enak-enak rebutan

Fauzi kadang muntab dan terdorong untuk melabrak pamannya. Namun, ibunya melarang. Sebab, jika sang Bapak tahu, pasti malah keluarga ibunya yang bakal kena lagi. Di titik inilah Fauzi amat menyayangkan sang Bapak yang teramat lunak terhadap kejahatan keluarganya, tapi rela kalau istri dan anaknya disudutkan.

“Sejak kejadian itu aku memang memilih nggak mau lagi berhubungan dengan keluarga bapak. Mereka cuma nongol saat butuh Bapak. Tapi pas Bapak yang butuh, boro-boro nongol,” gerutu Fauzi.

Fauzi ingat betul. Sebelum neneknya meminta tanahnya dijual, Bapak dan Ibu Fauzi harus utang sana-sini untuk biaya berobat Nenek Fauzi. Kalau Bapak Fauzi minta tolong keluarganya, mereka acuh. Seakan tak peduli.

Bahkan sesepele diminta bergantian menjaga di rumah sakit saja mereka beralasan sibuk. Tapi giliran mereka butuh Bapak, misalnya sang Paman yang ngutang buat biaya kuliah anaknya, mereka menjilatnya bukan main. Sampai bikin risih sendiri.

Iklan

Tak di pihak istri dan anak sendiri, bikin fatherless-membenci rumah dan kumpul keluarga

Sementara di ingatan Riris (26), bukan nama asli, adalah momen ketika dia hendak dan lulus kuliah.

Ibu Riris sempat meminta agar Bapak Riris menjual sebagian tanahnya untuk biaya awal kuliah Riris. Namun, atas bisikan dari keluarga (paman Riris dan lain-lain), Bapak Riris menolak.

“Jadi yang jual tanah itu ibuku. Dia jual tanah yang dulu dibelikan simban,” kata Riris.

Alasan keluarga sang Bapak berbuat demikian: Pertama, kuliah itu ibarat investasi bodong. Keluar biaya besar tapi belum tentu balik modal.

Kedua, tanah tersebut memang dikelola pamannya. Dari situlah Pamannya mendapat cuan dari hasil bumi. Sehingga kalau dijual, sang Paman akan kehilangan salah satu sumber pemasukan.

“Aku lulus pun begitu. Sempat kan beberapa bulan nganggur. Itu Bapak karena bisikan keluarganya sampai gerutu, kuliah mahal-mahal nyatanya nganggur,” ungkap Riris dengan suara bergetar.

Ibu Riris bukannya tanpa tindakan. Ibu Riris kelewat sering mengingatkan Bapak kalau dia sedang dimanfaatkan oleh keluarganya. Karena banyak aset sang Bapak yang dikelola mereka. Bahkan sertifikatnya pun dipegang oleh salah satu paman Riris.

Tapi yang terjadi, Bapak Riris malah kerap mendamprat Ibu Riris dengan kalimat-kalimat kasar. Menyebut Ibu Riris sebagai perempuan penghasut.

Bapak Riris seperti lebih peduli dengan keluarganya, tapi tidak dengan istri dan anaknya. Alhasil, Riris pun merasa fatherless. Dia juga merasa benci dengan rumah. Bapaknya ada di sana, keluarganya utuh, tapi tak terasa seperti keluarga.

Lihai-berganti-ganti wajah

Dari kecil, Riris merasa keluarga Bapak adalah jujukan keduanya. Sebab, setiap kali ada kumpul keluarga (misalnya lebaran), Riris melihat betul betapa keluarga sang Bapak selalu bermanis tutur. Tampak grapyak dan penyayang.

Namun, makin dewasa, Riris akhirnya bisa melihat betapa lihainya keluarga sang Bapak berganti-ganti wajah. Manis di depan, baik di satu waktu, tapi bisa jadi busuk di belakang dan momen yang lain.

“Contoh sederhana begini, setiap kumpul keluarga lebaran, aku itu kayak disambut. Tapi di luar itu, misalnya ketemu di jalan saja, mereka nggak nyapa. Ini kan aneh. Jadi akrabnya cuma formalitas saja,” ungkap Riris.

“Setelah besar, sering jadi teman curhat ibu, akhirnya aku tahu, ternyata baik-baiknya keluarga Bapak itu hanya kepura-puraan. Di belakang, mereka ibarat memakan bangkai saudaranya sendiri,” sambungnya.

Hubungan Riris dan sang Bapak memang terus mendingin. Sepanjang sang Bapak tetap memilih di pihak keluarganya daripada istri dan anaknya. Karena ada banyak persoalan yang ujung-ujungnya begitu, yang tidak bisa Riris ungkapkan lebih banyak di sini.

“Aku juga kerap meminta ibu pisah dari Bapak. Aku sudah kerja. Gaji lumayan. Aku bisa menghidupi Ibu. Tapi bagi ibu, pisah juga bukan perkara mudah,” tutupnya.

Ribuan orang rasakan jahatnya keluarga bapak dan fatherless

Ada ribuan orang mengaku fatherless dan memiliki konflik keluarga cukup kompleks akibat jahatnya keluarga bapak. Setidaknya begitu yang Mojok dapati dari konten Instagram @adsfort.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Adsfort (@adsfort)

“Di keluarga bapak, nggak bakal dianggap kalau miskin. Di keluarga ibu, gimanapun jalanmu kamu tetep keluarga,” tulis @er_mayy.

“Gimana gak sakit hati si, bapak gua malah dikenalin perempuan lain sama adek kandungnya biar bisa kawin lagi. Dengan alasan gak pernah setuju sama pernikahan bapak sama ibu gue. Kenapa gak dari awal gitu lho jauhin emak gue. Ini gue udah gede, udah tau mana salah mana bener. Kesel bgt,” tulis @l_01080108

“Jahat memang keluarga bapak. Dulu bapak tahan banting tulang buat biayain anak-anak adeknya sampai kuliah, sampai anak-anknya manfaatin bapak minta duit buat ini itu,” tulis @lina.febriana.

Fatherless pun kini menjadi isu yang tengah menjadi sorotan. Bapak, bagaimanapun memegang peran penting dalam keluarga. Saat dia hanya sekadar ada tapi tidak sepenuhnya hadir, yang terjadi adalah kekosongan peran yang menimbulkan dampak-dampak psikologis bagi keluarga, terutama anak.

Apakah kamu (para pembaca Mojok) juga merasa serupa?

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Duka Setelah Merantau: Ketika Rumah Menjadi Tempat yang Asing untuk Pulang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 10 Oktober 2025 oleh

Tags: fatherlessjahatnya keluarga bapakkeluarga bapakkumpul keluargapilihan redaksi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.