Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Nestapa Para Perantau di Kawasan Gubeng Surabaya: Bertahan di Kos Kumuh, Berdamai dengan Bau Busuk dan Segala Kehororannya

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
1 Agustus 2024
A A
Nestapa Para Perantau di Kawasan Gubeng Surabaya: Bertahan di Kos Kumuh, Berdamai dengan Bau Busuk dan Segala Kehororannya.MOJOK.CO

Ilustrasi Nestapa Para Perantau di Kawasan Gubeng Surabaya: Bertahan di Kos Kumuh, Berdamai dengan Bau Busuk dan Segala Kehororannya (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kecamatan Gubeng, Surabaya dihuni banyak perantau dari berbagai daerah. Mereka adalah mahasiswa Unair Surabaya dan pekerja yang mengadu nasib di Kota Pahlawan. Sehari-hari, para perantau ini harus berdamai dengan kerasnya nasib dan lingkungan kos yang kumuh.

Saya sendiri mengenal Gubeng berkat KA Sri Tanjung. Tiap kali kereta yang saya tumpangi berhenti di Stasiun Gubeng, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah rumah-rumah berdinding triplek dan beratap asbes. Bangunan itu juga menyatu dengan sampah yang menciptakan kesan kumuh.

Kalau sedang beruntung, kita bisa menyapa beberapa orang yang tinggal di sana. Tak sedikit yang mengeluhkan buruknya kawasan tersebut, tapi terpaksa bertahan karena terbatasnya pilihan.

Salah satunya adalah Adel (22), mahasiswa Unair Surabaya yang pernah dua setengah tahun tinggal di kawasan Gubeng. Tepatnya di area kos Kelurahan Airlangga.

Perempuan asal Aceh ini bercerita, di Gubeng Surabaya, ia mendapatkan kos yang nyempil di gang sempit. Saking sempitnya, sepeda motor pun tak bisa masuk ke area kosnya.

“Aku ngekos di sana sebelum punya motor. Dan yang ngekos di sini memang nggak ada yang bawa motor. Kalau ada teman yang main, ya, terpaksa parkir di jalan depan gang, lanjut jalan kaki lewatin gang sempit,” jelas mahasiswa Unair Surabaya ini saat Mojok wawancarai Kamis (1/8/2024).

Menurut Adel, ia dan banyak penghuni kos lain punya alasan yang sama mengapa bertahan di kawasan tersebut. Harga yang murah dan akses yang dekat menuju stasiun maupun kampus, jadi pertimbangannya.

“Aku dapat harga 400 ribu di gang sempit tadi, sementara kalau yang di luar gang meski fasilitasnya sama bisa sampai 650 ribuan,” ungkapnya.

Penuh dengan bau tak sedap

Kumuhnya Gubeng Surabaya yang selama ini cuma saya saksikan dari balik jendela kereta api, diafirmasi oleh Adel. Salah satu yang paling mengganggunya adalah bau tak sedap yang tak jarang tercium sampai kos-kosannya.

Kata Adel, bau busuk itu keluar dari got-got dan saluran drainase yang bercampur dengan sampah-sampah basah.

“Abis kita jalan laluin gang-gang sempit, keluar dikit langsung baunya kecium. Pokoknya nggak karuan banget.”

Celakanya lagi, got dan saluran air itu berdampingan dengan warung makan tenda andalan anak-anak kos. Sehingga, bisa dibayangkan para pembeli yang makan di warung ini menyantap pesanan mereka sambil mencium bau yang tak terhingga busuknya.

“Selama aku kos di Gubeng Surabaya, aku milih warung-warung yang rada jauh letaknya. Kalau jajan di dekat kos, biasanya aku bungkus bawa pulang karena nggak mungkin makan di tempat,” jelasnya.

Kawasan Gubeng jadi potret “horor” warga Surabaya

Dua setengah tahun tinggal di kawasan Gubeng Surabaya, Adel menjumpai banyak hal. Bagi dia, tempat ternyaman di sana hanyalah kamar kosnya. Sebab sekalinya keluar kos, ada banyak “horor” yang ia temui.

Iklan

Kalau urusan lingkungan yang kumuh, sih, ia sudah bisa berdamai. Sayangnya, yang ia alami lebih dari itu.

“Yang paling menyebalkan ketika jalan, lewatin gang-gang sempit, itu sudah ada mas-mas yang dari pagi sampai sore ada di situ. Mungkin memang nggak kerja,” ujarnya.

“Mereka sering lihatin orang-orang yang lewat bahkan sampai catcalling. Menurutku itu serem banget sih sebagai perempuan,” tambahnya.

Tak cuma pelecehan, tindak kriminal lain pun juga kerap kejadian. Salah satunya yang paling sering terjadi adalah curanmor alias pencurian sepeda motor. Menurut Adel, itu sudah bukan jadi hal yang aneh, saking seringnya kejadian.

“Paling ingat itu salah satu kejadian tahun lalu. Ada mbak-mbak ninggal motor sebentar buat nutup gerbang. Begitu dia turun dari motor, maling langsung bawa kabur,” jelasnya.

“Anehnya, itu sebenarnya kalau mau dikejar masih bisa. Tapi pas mbaknya teriak, warga cuma lihatin aja, nggak ada yang respons.”

Dapat horor lain cuma gara-gara berasal dari Malang

Kejadian tak mengenakan ngekos di Gubeng Surabaya juga pernah dialami Taqim (23). Ia merupakan pekerja asal Malang yang merantau di Surabaya.

Sejak 2022 sampai 2023, Taqim bekerja di Kota Pahlawan. Ia memutuskan ngekos di Gubeng karena selain dekat dengan kantor, harga sewanya juga murah.

“350 ribu. Tapi memang memprihatinkan. Menyatu sama permukiman warga yang kalau menurut aku kategorinya kumuh banget,” kata Taqim, Rabu (26/6/2024).

Sayangnya, ia kerap mendapatkan perlakuan tak mengenakkan. Padahal penyebabnya sepele, yakni cuma gara-gara plat motornya N alias dari Malang.

Sebagai orang yang ngerti bola–meski tak terlalu fanatik–Taqim paham atas rivalitas Bonek Surabaya dan Aremania dari Malang. Namun, ia menyayangkan perilaku itu terbawa sampai ke urusan-urusan yang nggak ada sangkut pautnya dengan sepak bola.

“Pernah dicegat mas-mas di gang, dicek isi jok motor sambil ditanya, ‘mana jersey Arema-mu’. Padahal saya punya aja enggak,” ungkapnya.

Taqim juga mengaku tetangga kosnya kerap memperingatkannya buat tidak kemana-mana pakai atribut Arema. Karena kalau nekat, nyawa bisa jadi taruhan.

“Bagiku itu lucu, jersey Arema saja nggak punya gimana mau pergi sambil pakai jersey mereka. Kalaupun iya aku nekat begituan, lagian itu buat berpakaian aja, nggak ada urusannya sama pertandingan bola,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA 3 Alasan Surabaya Timur Tak Aman Buat Ngekos, Mahasiswa ITS dan UNAIR Surabaya Dibikin Kapok

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 1 Agustus 2024 oleh

Tags: gubenggubeng surabayakecamatan gubengkelurahan gubengkota surabayaSurabaya
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit MOJOK.CO
Ragam

Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit

10 November 2025
Wisudawati jual harta berharga untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), sempat ditolak di PTN. MOJOK.CO
Kampus

Uang Habis untuk Biaya Pengobatan Ibu sampai Jual Harta Berharga agar Bisa Kuliah, Kini Jadi Wisudawati dengan Segudang Prestasi

27 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.