Perempatan Gedangan bukan hanya “jalan neraka” bagi pengendara motor, tapi juga tak ramah bagi perempuan asal Surabaya maupun Sidoarjo. Masalahnya bukan hanya kemacetan yang tak kunjung usai, tapi juga muncul kejahatan baru seperti catcalling.
Macet yang tak kunjung usai di Gedangan
Rochima (23) adalah perempuan asal Surabaya yang bekerja sebagai guru di Sidoarjo. Sehari-hari, ia harus pulang-pergi dari rumahnya menuju perumahan di sekitar Gedangan, tempat ia mengajar les privat.
Jaraknya sekitar 15 kilometer dan idealnya bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Tapi nyatanya, Rochima harus menempuh waktu berjam-jam, agar bisa sampai tujuan dengan selamat.
Sudah bukan rahasia lagi jika perempatan Gedangan adalah “jalan neraka” bagi pengendara motor seperti dirinya. Jalan ini terkenal macet parah, belum lagi panas matahari Surabaya-Sidoarjo yang menyengat luar biasa. Lebih dari itu, pengendaranya juga dikenal ekstrem.
“Macetnya itu selalu di momen krusial, seperti saat orang berangkat maupun pulang kerja. Selain di jam itu, malah nggak aman terkendali. Chaos, karena pengendaranya juga ugal-ugalan,” kata Rochima saat dihubungi Mojok, Minggu (20/7/2025).
Perilaku “bejat” pertama dari pengendara motor
Suatu hari di bulan puasa Ramadan, Rochima pulang mengajar sekitar pukul 17.00 WIB. Ia tak menyangka kalau kemacetan yang terjadi di perempatan Gedangan jauh lebih parah dari biasanya. Sampai-sampai motornya tak bisa bergerak, bahkan saat ia baru keluar dari perumahan.
“Aku menunggu sampai setengah jam dan cuman bergerak beberapa meter,” kata Rochima.
Kemacetan tak hanya terjadi di jalur Sidoarjo ke Surabaya, tapi juga dari arah sebaliknya. Untungnya, Rochima sedikit lihai menyalip kendaraan yang mengular di depannya. Hal yang tak ia duga saat itu adalah, pengendara motor yang ia dahului malah melakukan catcalling padanya.
“Aku gemas, karena si bapak nggak maju-maju, padahal jalan di depannya masih ada ruang. Tapi, malah ngobrol sama istrinya. Sudah tahu macet,” tutur Rochima.
“Eh la kok, waktu ku salip bapak e malah ngomong ‘tak cium loh yo, tak cium’ huwek,” lanjutnya.
Saking kagetnya, Rochima sampai mendelik ke arah bapak tadi sembari membunyikan klakson. Ia tak habis pikir, padahal bapak itu sedang membonceng istri dan anaknya.
“Nggak peduli aku, jembek banget ambek wong-wong kek ngunu (kesal sekali dengan orang-orang yang seperti itu). Rasanya ingin melempar sandal, tapi motorku langsung ku kebut. Malas kalau sampai ketemu lagi,” ujarnya.
Baca Halaman Selanjutnya
Gedangan tak ramah untuk perempuan












