Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Gabung PSHT Biar Kuat tapi Selalu Kalah saat Duel 1 Lawan 1, Hanya Menang kalau Keroyokan

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
26 Mei 2025
A A
Gabung perguruan pencak silat PSHT biar kuat, tapi selalu kalah kalau duel 1 lawan 1 MOJOK.CO

Ilustrasi - Gabung perguruan pencak silat PSHT biar kuat, tapi selalu kalah kalau duel 1 lawan 1. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Konvoi dan bentrok dengan perguruan lain

Sudah sejak SMP sebenarnya Sakroni akrab dengan konvoi-konvoi yang dilakukan oleh anggota perguruan pencak silat PSHT di kampungnya. Dia mengaku hanya sekali saja ikut.

Dia lupa kala itu dalam rangka menyambut apa. Tapi Sakroni ingat betul, saat itu dia ikut dala rombongan motor dengan dibonceng.

Para pengendara motor geber-geber sambil mengibarkan bendera-bendera berlogo perguruan. Setelahnya, Sakroni lebih sering tidak ikut lantaran ada satu momen ketika ternyata perguruannya terlibat bentrok dengan perguruan pencak silat lain.

“Awalnya aku merasa bentrok itu wajar. Karena saling mempertahankan harga diri. Geruduk perguruan lain juga wajar aja karena kadang mereka menghina PSHT,” tutur Sakroni.

Kalah satu lawan satu, menang saat keroyokan

Suatu hari ketika Sakroni sudah duduk di bangku kelas 1 SMA, dia terlibat konfrontasi dengan salah seorang siswa yang bukan dari perguran pencak silat. Sakroni menantangnya duel.

Sepulang sekolah, terjadilah duel tersebut. Benar-benar satu lawan satu. Tidak boleh ada yang membantu.

“Aku berusaha keras menerapkan apa yang kupelajari dari silat. Sementara lawanku agresif. Asal mukul dan nendang,” ungkap Sakroni.

Sakroni tumbang dengan memar di beberapa bagian tubuh. Bibirnya juga pecah: berdarah.

Mendengar kabar itu, sekelompok teman kampung dari perguruan pencak silat PSHT mendatangi rumah Sakroni. Pertama, untuk menjenguk Sakroni. Kedua, mereka mencari tahu siapa orang yang menghajar Sakroni.

Setelah mengantongi nama si lawan Sakroni, mereka langsung melayangkan aksi mengeroyok lawan Sakroni sepulang sekolah di keesokan harinya.

Memilih berhenti

Hingga kelas 2 SMA, Sakroni beberapa kali sempat terlibat duel satu lawan satu. Sering kali berakhir babak belur. Setelahnya selalu bisa ditebak karena berulang: teman-teman seperguruannya akan melabrak lawan Sakroni, lalu dihajar beramai-ramai.

“Kakakku bukan orang perguruan. Terus satu momen dia nyeletuk, ‘Ikut pencak silat kok duel kalahan. Beraninya keroyokan.’ Itu membuatku sempat kesel, tapi juga sadar, kalau ternyata selama ini aku cuma sok jagoan,” ungkap Sakroni.

Apalagi dia makin tahu, banyak orang mulai mencitrakan PSHT sebagai tukang onar dan tukang keroyok. Meskipun sebenarnya ada banyak juga anggota perguruan pencak silat PSHT yang tidak begitu. Maka Sakronipun memilih tidak lanjut sebagai anggota perguruan.

Apalagi di era media sosial sekarang. Citra-citra buruk itu semakin teramplifikasi secara masif. Di titik tertentu, itu kadang membuat Sakroni merenung: “Iya, ya, kenapa anak perguruan kesannya sok jagoan tapi cuma berani keroyokan?”

Iklan

Ilmu kelahi bukan untuk kelahi

Mojok pernah berbincang dengan Adri (21), seorang guru pencak silat PSHT muda asal Nganjuk, Jawa Timur.

Adri mengaku sudah bergabung PSHT sejak SMP.  Namun, hingga sekarang dia belum pernah mampraktikkan ilmu bela diri yang dia pelajari untuk duel sungguhan.

“Karena pencak silat itu sebenarnya juga tentang kontrol diri. Oke kita bisa bela diri, tapi yang lebih penting adalah bagaimana cara mengendalikan diri agar tidak serta-merta suka gelut,” ungkapnya.

Selain itu, Adri juga menyoroti kenapa sering kali anggota pencak silat PSHT ada yang terkesan sok jagoan. Adri pernah mengulasnya dalam wawancara tulisan “Perguruan Silat seperti PSHT Kerap Buru-buru Angkat Bocah SMP Jadi Guru alias Warga, Mental Belum Matang Alhasil Jadi Tukang Onar”. 

Falsafah luhur

Lahirnya PSHT di Jawa Timur—tepatnya di Madiun pada 1922—sebenarnya bisa menjadi catatan sejarah penting. Sebab, perguruan pencak silat ini, terutama pendirinya (Ki Hadjar Hardjo Oetmomo), menjadi bagian dari perjalanan panjang kemerdekaan RI.

PSHT didirikan bukan semata untuk belajar ilmu bela diri. Tapi juga belajar falsafah hidup perihal bagaimana seharusnya menjadi manusia.

“Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, namun manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia kepada hatinya sendiri.” Begitu falsafah hidup bagi para pendekat PSHT (seharusnya).

Itulah kenapa PSHT menekankan betul prinsip: mendidik manusia khususnya para anggota agar berbudi luhur, tahu mana benar dan mana salah, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Juga prinsip untuk “Memayu Hayuning Bawono”: Menjaga kedamaian dan stabilitas dunia, serta memberantas sifat angkara murka dan serakah pada diri. Menjadi khalifatullah fil ardl.

Perguruan pencak silat ini juga menekankan implementasi falsafah Jawa “Aja adigang, adigung, adiguna”: Jangan sok kuasa, gumedhe, sok sakti. Melainkan biasa saja, tawadu, serta menghormati dan menghargai sesama.

Falsafah luhur ini tidak hanya relevan bagi anggota, tapi juga bagi semua orang bahkan yang tidak belajar silat sekalipun. Sayangnya, kerap kali kasus bentrokan oleh oknum tak bertanggung jawab membuat nilai-nilai luhur itu menjadi kabur.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Curhat Guru Pencak Silat Kera Sakti: Seumur Hidup Belum Pernah Berkelahi, Tapi Tiap PSHT Kisruh Selalu Dibawa-bawa atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 28 Mei 2025 oleh

Tags: bela diripencak silatperguruan silatPSHT
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Jadi manusia paling apes dan ironis: Punya kakak PSHT fanatik dan bapak kru sound horeg sampai batin tertekan MOJOK.CO
Ragam

Nasib Jadi Manusia Paling Apes dan Ironis: Punya Kakak Fanatik PSHT dan Bapak Kru Karnaval Sound Horeg, Hari-hari Batin Tersiksa

15 Agustus 2025
4 Sisi Terang PSHT: Ternyata Ada, Sebelumnya Terkubur Dosa MOJOK.CO
Esai

Dosa PSHT Memang Banyak, Bahkan Saya Pernah Mereka Ancam, tapi Selesai dengan Baik Bukti Ada Juga Sisi Terang Organisasi Silat Ini

1 Agustus 2025
PSHT vs Tapak Suci. MOJOK.CO
Ragam

PSHT dan Tapak Suci, Sama-sama Ajarkan Budi Pekerti Luhur tapi Satu Dikenal Biang Rusuh dan Satu Lagi Anti Tawur

29 Juli 2025
Madiun Kota Pendekar tapi ulah PSHT bikin malu. MOJOK.CO
Ragam

Derita Orang Madiun, Mau Sombong ke Daerah Lain tapi Kena Cap Jelek karena Ulah PSHT hingga Dicap Sarang PKI

28 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.