Ramadan di Kampus (RDK) UGM tahun ini menghadirkan elite politik sampai pengkritik pemerintah paling ternama di Indonesia. Acara yang rutin digelar di Masjid UGM Jogja jadi momen yang banyak dinanti jemaah.
Sudah bukan barang asing lagi, kalau setiap Ramadan beberapa tahun terakhir kajian di Masjid UGM jadi momen kehadiran sejumlah tokoh nasional ke Jogja. Sosok-sosok yang sering mewarnai layar kaca dan pemberitaan media.
Bagi mahasiswa UGM, kajian Ramadan ini jadi momen yang mereka nantikan. Bahkan, ada yang menjuluki setiap sesinya sebagai kuliah “3 SKS”.
Wardah misalnya, alumnus UGM Jogja yang lulus pada 2021 silam mengaku selalu menantikan kajian Ramadan di kampusnya. Berbeda dengan kajian pada umumnya, baginya, hal paling menarik adalah keberagaman yang hadir di mimbar.
“Bagiku ya rasanya jadi belajar agama tapi dari beragam perspektif. Bukan sekadar mendatangkan ‘ustadz’ aja gitu,” terang Wardah kepada Mojok Sabtu (9/3/2024).
Baginya, keragaman materi ini selalu kontekstual dengan kondisi terkini yang terjadi di masyarakat. Meski materinya terkesan berat tapi bagi Wardah selalu relevan.
Memang, ada nama-nama pendakwah kondang yang selalu muncul. Namun, sisanya adalah sosok dengan beragam latarbelakang.
Pada 2024 ini misalnya, Ramadan tiba tak lama selepas pemilu yang menyita perhatian masyarakat. Selama pemilu, sosok-sosok dari “Kampus Kerakyatan” ini muncul di halaman depan media dan headline-headline pemberitaan. Baik yang diasosiasikan sebagai bagian dari pemerintahan maupun pengkritik paling tajam dari luar lingkar kekuasaan.
Namun, selama Ramadan di Masjid UGM sosok-sosok itu bergantian menjadi penceramah. Dalam rangkaian acara yang digelar oleh Masjid UGM dan UKM Jemaah Shalahudin ini setidaknya ada dua sesi kajian yakni Safari Ilmu Bulan Ramadan di sore hari dan Ramadan Public Lecture pada masa tarawih.
Mendengar beragam perspektif di Masjid UGM
Pada Ramadan kali ini, Ustaz Salim A Fillah jadi pembuka public lecture hari pertama, Minggu (10/3/2024). Namun, sosok yang mengundang banyak perhatian di unggahan Instagram @Masjidkampusugm adalah Pratikno, mantan rektor UGM yang oleh Majalah Tempo dapat julukan “Tangan Kanan Tuan Presiden”.
Sosok tersebut memang mantan rektor sekaligus guru besar di Fisipol UGM. Prof Praktikno akan berbicara soal strategi tata kelola negara yang efektif dalam rangka pembangunan bangsa pada Rabu (20/3/2024) mendatang.
View this post on Instagram
Di sisi lain, Masjid UGM juga menghadirkan dua sosok pakar hukum tata negara yang beberapa hari jelang pemilu lalu jadi sorotan publik karena berperan dalam film documenter Dirty Votes. Sebuah film yang memaparkan berbagai dugaan kecurangan pemilu oleh Jokowi.
Keduanya adalah Feri Amsari dari Universitas Andalas dan Zainal Arifin Mochtar dari UGM. Feri akan bicara soal Reorientasi Prioritas Kebijakan Nasional: Menyongsong Suksesi Kepemimpinan Pasca 2024 sedangkan sementara Zainal akan memaparkan materi Korelasi Negara Kesejahteraan dengan Demokratisasi Kehidupan Masyarakat sebagai Wujud Negara Paripurna.
Mereka tentu hadir pada waktu yang berbeda dan bicara mengenai hal-hal sesuai latarbelakang keilmuan masing-masing. Namun, kehadiran pemateri ini memberi warna yang menarik. Di mimbar yang sama, tokoh-tokoh dengan berbagai pandangan dan pendirian berbeda soal politik membagikan gagasannya.
Makanan gratisnya enak-enak tapi kalah menarik dari materi yang “daging” semua
Seperti Wardah, Fadhli (26), mengaku bahwa keragaman pembicara selama Ramadan di Masjid UGM adalah hal yang paling ia nantikan. Bagi lelaki yang mengaku setiap Ramadan sering mencari kajian menarik di masjid, UGM adalah yang terbaik dalam urusan menghadirkan pembicara.
“Selain Masjid UGM sebenarnya ada Masjid Syuhada Jogja. Buatku, pemateri kajiannya itu lebih menarik dari menu makanan berbuka gratisnya yang sebenarnya juga enak-enak,” kelakar lelaki yang S1 dan S2 di UGM ini.
Sebagai informasi, Masjid UGM memang menyediakan makan berbuka 1500 porsi dan menu sahur 500 porsi per hari selama Ramadan 2024. Menunya juga beragam. Mulai dari rendang, sate ayam, bandeng presto, ayam teriyaki, dan berbagai santapan lezat lainnya.
“Dulu zaman masih S1, selesai kelas itu langsung ke masjid. Dengar ceramah sambil nunggu berbuka. Suasana Ramadan hidup banget. Dulu bisa kali, 15 hari Ramadan aku dengar ceramah di sana,” katanya.
Fadhli juga mengaku tidak kaget, dengan keragaman pemateri yang bahkan tampak sangat berseberangan dalam pandangan politik. “Justru itu ciri khas setiap tahun. Apalagi kalau memang latarbelakang mereka akademisi dari UGM,” cetusnya.
Selain akademisi cum tokoh publik yang banyak khalayak kenali, sebenarnya di kajian Ramadan di Masjid UGM juga banyak diisi oleh akademisi internal yang tak kalah menarik. Bagi Fadhli, meski namanya tidak setenar sosok-sosok yang sering muncul di media, materinya tetap “daging” semua.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Mahasiswa ITS Lulus Sarjana Jelang Drop Out, Sidang Skripsi Kaget Ketemu Teman yang Sudah Jadi Dosen
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News