Perempuan asal Malang ini harus mengkis-mengkis tinggal di kos murah dengan gaji Rp2 juta–tidak menyentuh UMR Malang. Sebetulnya, kos itu tak jauh dari rumah, hanya saja ia ingin terlepas dari “siksa” saudara-saudaranya di rumah, setelah kedua orang tua mereka tiada.
Sulit mencari kerja
Mencari kerja sesuai passion di Malang, rupanya tak semudah yang dibayangkan Salma Dwi. Sudah ratusan kali lamarannya ditolak oleh perusahaan. Kalaupun ada yang menerima, gaji dan beban kerjanya tak masuk akal. Pengalaman itu sudah pernah dirasakan Salma.
Oleh karena itu, sekarang ia memutuskan untuk kerja sebagai content creator. Meski tidak menutup kemungkinan, ia masih berharap bisa kerja di sebuah perusahaan yang membidangi media sosial spesialis.
Karena tak kunjung diterima kerja, sementara ini Salma rutin membuat konten untuk melengkapi portofolionya. Kontennya berisi seputar kehidupan dia sebagai anak lulusan SMA yang nekat ngekos dan hidup mandiri, meski belum punya pekerjaan “mapan”.
Dari konten-konten itulah ia kerap menerima endorse-san. Jika ditotal, penghasilannya bisa mencapai Rp2 juta per bulan bahkan lebih.
Meski gajinya tak sesuai dengan UMR Kota Malang sebesar Rp3,5 juta, Salma masih merasa cukup untuk saat ini. Setidaknya untuk kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan bisa menabung Rp1 juta per bulan.
“Asal bisa ngaturnya,” kata dia saat dihubungi Mojok, Senin (6/10/2025).
Tinggal di kos murah sekitar kampus Malang
Beberapa minggu setelah ayahnya meninggal, Salma memutuskan untuk ngekos. Ia risih jika harus tinggal dengan tiga saudaranya yang seluruhnya adalah laki-laki. Sementara, ibunya juga sudah tiada–jauh sebelum ayahnya meninggal.
Bukan apa-apa, tinggal bersama tiga saudaranya membuat Salma kelelahan. Ia merasa seluruh pekerjaan rumah tangga selalu dibebankan kepadanya. Mulai dari memasak, mencuci, menyapu, belum lagi menata barang-barang mereka yang suka ditaruh sembarangan.
“Aku udah nggak kuat dengan budaya patriarki seperti ini. Aku juga ingin mandiri dan memberikan waktu untuk sendiri. Kini, aku merasa lebih bebas dalam artian nggak terbebani dengan pekerjaan domestik rumah tangga,” tutur Salma.
Oleh karena itu, Salma pun mulai mencari kos-kosan murah. Sampai kemudian ia menemukan kos di sekitar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang bisa ditempuh sekitar 30 menit dari rumahnya.
“Aku dapat kos seharga Rp450 ribu per bulan termasuk listrik, air, dan Wifi,” kata Salma.
Jujur saja, Salma agak kaget bisa mendapatkan kos dengan harga segitu, bahkan bisa lebih murah kalau dia bayar 6 bulan sekali. Lumayan buat dia yang gajinya bahkan tidak menyentuh UMR Malang.
“Minusnya itu kadang jam 10 malam aku bisa dengerin suara anak kecil lagi nangis ketambahan sanyo air. Berisik banget suaranya,” kata Salma.
Pangkas biaya makan, batasi jajan
Selain kos, makan adalah salah satu pengeluaran terbesar Salma. Untungnya, di Malang, apalagi di sekitaran kampus, harga makanan masih terbilang murah. Setidaknya, ia bisa mengeluarkan uang hanya Rp300 per bulan.
“Aku makan dua kali sehari. Dalam sehari itu, aku kasih budget Rp8 ribu sampai Rp10 ribu. Uang segitu bisa aku pakai buat beli bakmi atau nasi goreng,” kata Salma.
“Atau buat beli lauk seperti telur dan tempe, terus nasinya aku masak sendiri. Untuk beras 2 kilogram memang aku kasih budget Rp30 ribu dalam sebulan terus air galon Rp21 ribu per bulan,” lanjutnya.
Akhir-akhir ini, Salma juga rutin melakukan puasa Senin dan Kamis. Ia jarang sekali beli jajan. Dalam sebulan, ia hanya menghabiskan uang sejumlah Rp50 ribu untuk jajan. Entah itu untuk membeli buah atau biskuit.
“Aku juga orang yang nggak bisa ngopi jadi lebih irit, tapi godaan jajan itu memang susah sih sebenarnya apalagi kalau pas keluar-keluar. Cuma lama-lama ya terbiasa juga buat nggak jajan,” kata Salma.
Sadar diri gaji tidak sebesar UMR Malang
Selebihnya, sisa gaji Salma dari hasil ngonten, ia gunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Misalnya membeli sabun mandi cair seharga Rp24 ribu, detergen untuk cuci baju Rp18 ribu, sampai produk skin care Npure untuk perawatan wajah seharga Rp 18 ribu. Dengan begitu, pengeluarnya tidak lebih dari 60 ribu.
“Aku juga jarang keluar yang jauh-jauh, jadi irit bensin,” kata Salma.
Dari seluruh kebutuhannya itu, Salma bisa menghabiskan uang hanya Rp1 juta selama sebulan. Dengan kata lain, Rp1 jutanya lagi bisa ia tabung untuk kebutuhan yang mendesak. Meski begitu, Salma menyadari bahwa pola hidup seperti itu tidaklah ideal.
“Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga jadi WNI. In this economy, Bro!” kelakarnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Mahasiswa Malang 3 Tahun Tinggal di “Tempat Maksiat” demi Kos Murah, Malah Dapat Banyak Pelajaran Berharga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












