Sadar diri dengan kondisi ekonomi
Sudut pandang serupa diberikan oleh Solih (23), seorang mahasiswa salah satu kampus Surabaya. Belakangan ia kerap melihat ibunya nonton cuplikan-cuplikan Clash of Champions di TikTok.
“Ini loh, Dek, anak-anak cerdas. Mangkanya kamu harus rajin belajar, bukan main terus,” begitu kata si ibu pada adik laki-laki Solih yang baru mau masuk SMA.
“Ya beda kali, Bu. Ibu nguliahkan anak aja cari yang biaya murah. Kalau mereka-mereka ini anak orang kaya. Punya fasilitas memadai untuk jadi cerdas. Setiap kita pasti bisa jadi kayak Xaviera asal berada dalam zona yang sama,” sahut Solih.
Ibu Solih terdiam, sebelum akhirnya membenarkan apa yang Solih katakan.
Bagi orang dari ekonomi menengah bawah seperti keluarga Solih, bisa menyentuh pendidikan sampai kuliah sudah sangat syukur. Tak muluk-muluk harus kuliah di luar negeri atau bahkan jadi secerdas Xaviera dkk.
Mengutip theatlantic.com, menjabarkan kenapa anak orang kaya cenderung lebih cerdas. Antara lain sebagai berikut:
- Keluarga kaya memiliki kemampuan finansial untuk menyekolahkan anak di institusi pendidikan terbaik, baik di dalam maupun luar negeri.
- Keluarga kaya bisa memberikan anak-anak mereka berbagai pengalaman pengayaan seperti les privat, kursus keterampilan model pengayaan lain untuk merangsang kreativitas, dan kemampuan berpikir si anak.
- Keluarga kaya memiliki akses kesehatan yang lebih baik sehingga menunjang kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak.
- Keluarga kaya memiliki jaringan sosial yang luas, termasuk koneksi dengan para profesional, akademisi, dan tokoh berpengaruh. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh dalam proses pendidikan terhadap anak mereka.
- Lain-lain bisa teman-teman tambahkan sendiri…
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.