Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Di Balik Kisah Yani, Difabel Buta yang Bermain Petak Umpet Bersama Temannya yang Tuli dan Tidak Punya Kaki

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
30 Desember 2024
A A
Anak-anak di Pantai Parangkusumo Jogja belajar soal hak difabel lewat dongeng edukasi Gardu Action. MOJOK.CO

Poster Gardu Action yang mengajak anak-anak pesisir Pantai Parangkusumo, Jogja di Garda Action untuk mendengarkan dongeng difabel. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co).

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Anak-anak pesisir Pantai Parangkusumo, Jogja terlihat fokus mendengarkan kisah “Jelungan” di Sanggar Belajar Garbage Care and Education (Gardu Action) — suatu komunitas yang terdiri dari anak muda. Komunitas itu tak hanya mengenalkan isu lingkungan kepada masyarakat, tapi juga mengangkat hak difabel kepada anak-anak.

***

“Satu, dua, tiga, empat, lima, ….” hitung Yani dari satu sampai sepuluh, sembari menunggu teman-temannya, Desi dan Novi bersembunyi. Ketiganya sedang asyik bermain petak umpet.

Yani adalah anak penyandang tunanetra. Sementara, Desi adalah penyandang disabilitas fisik, sehingga harus bermain sambil menggunakan kursi roda. Sedangkan Novi harus menggunakan alat bantu dengar karena tuli.

Hingga hitungan kesepuluh, Yani mulai mencari teman-temannya. Meskipun penyandang tunanetra, bukan berarti Yani tidak bisa menemukannya. Dia menemukan Desi dan Novi dengan cara meraba, mendengar, dan membau di lingkungan sekitarnya. 

Tak lama kemudian, bunyi suara lonceng milik Desi terdengar oleh Yani. Suara itu pun menuntun Yani untuk menemukan Desi. Lonceng itu biasa Desi bawa sebagai alat darurat. Tidak tahunya malah berbunyi karena tertiup angin saat dia bermain.

“Ketemu!” kata Yani yang menemukan Desi di balik pohon. Yani pun melanjutkan pencarian hingga menemukan Novi yang baunya wangi seperti melati.

Pentas Dongeng Wayang Bocah Difabel Jelungan di Sanggar Belajar Gardu Action. MOJOK.CO
Kus Sri Antoro mendongeng kisah berjudul “Jelungan” alias petak umpet dalam Bahasa Jawa. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Kisah Yani bersama teman-temannya adalah dongeng karya Kus Sri Antoro berjudul “Jelungan” alias petak umpet dalam Bahasa Jawa. Dongeng itu Kus sampaikan dalam Pentas Dongeng Wayang Bocah Difabel Jelungan di Sanggar Belajar Gardu Action, dekat Pantai Parangkusumo, Jogja pada Minggu (29/12/2024).

Kus selaku pendongeng, sekaligus pegiat Wayang Limbah Ki Samidjan Jogja bekerja sama dengan Gardu Action Bantul untuk menyuarakan isu inklusif dan ekologis. Gardu Action adalah komunitas anak muda yang peduli terhadap isu lingkungan di sekitar Pantai Parangkusumo dan Parangtritis, Jogja.

Inklusivitas di Pesisir Pantai Parangkusumo

Gardu Action tak hanya mengelola sampah dari pariwisata, tapi mengedukasi masyarakat pesisir agar lebih peduli terhadap lingkungan, termasuk anak-anak. Setiap Minggu sore, komunitas itu mengadakan kegiatan belajar mengajar bernama “Sunday Sharing and Caring.”

Lewat kegiatan itu, Kus bekerja sama dengan Gardu Action untuk mengenalkan disabilitas kepada anak-anak, agar mereka bisa menerima perbedaan. Dengan alat peraga dongeng serta wayang yang dia buat dari limbah plastik, Kus berharap anak-anak bisa memahami disabilitas sebagai keragaman bukan kekurangan atau bahkan keterbatasan.

“Setiap anak itu unik dan setiap orang punya cara untuk belajar mengenali lingkungannya. Lalu, mengekspresikan pemikirannya dengan cara yang berbeda-beda,” ujar Kus saat ditemui Mojok usai mendongeng di dekat Pantai Parangkusumo, Minggu (29/12/2024). 

Sebagai contoh dalam kisah dongeng Jelungan, seorang anak bernama Yani digambarkan sebagai sosok tunanetra. Kus tidak menyebutnya sebagai anak yang tidak bisa melihat. Dia menegaskan bahwa Yani bisa “melihat” dengan jemarinya alias meraba. Yani juga bisa mengandalkan pendengaran dan penciumannya.

Begitu juga dengan Novi yang menyandang disabilitas tuli. Kus tidak ingin anak-anak mengenalinya sebagai tokoh yang tidak bisa berbicara, sebab mereka bisa “berbicara” dengan bahasa isyarat atau menyimak kata dengan menatap gerak bibir saat orang berbicara. 

Iklan
Anak-anak sanggar belajar Gardu Action di Pantai Parangkusumo, Jogja. MOJOK.CO
Anak-anak sanggar belajar Gardu Action di Pantai Parangkusumo, Jogja mendengarkan dongeng “Jelungan”. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Bahkan di era teknologi yang makin berkembang, anak-anak dapat berkomunikasi menggunakan alat bantu seperti handphone. Lewat aplikasi, anak-anak dapat membuat suara menjadi teks, pun sebaliknya. 

“Mereka kini tahu setiap anak itu unik, termasuk diri mereka,” ucap Kus.

Makna difabel di balik dongeng Kus bersama Gardu Action

Pesan lain yang ingin Kus sampaikan adalah setiap orang wajib menghormati hak orang lain. Ibarat dongeng Si Kancil Suka Mencuri Timun, anak yang didongengi tentang perilaku mencuri bisa berpotensi menjadi koruptor.

Kus pun ingin menyederhanakan cerita lewat seni kontemporer dengan menanamkan nilai-nilai baik yang serupa. Misalnya, dalam dongeng Jelungan tersebut, ada anak bernama Desi yang “berjalan” dengan kursi roda.

Tingkah lakunya begitu sopan, sehingga ketika dia bermain petak umpet anak itu sampai tidak berani masuk ke rumah orang lain tanpa izin. Di balik peristiwa itu, Kus ingin menunjukkan bahwa kita seringkali tidak sadar melanggar batas-batas orang lain, tak hanya kepada non-disabilitas tapi juga teman-teman difabel. 

“Barangkali kelak kalau mereka sudah besar dan bekerja sebagai pelayan publik, mereka tidak gampang menyingkirkan warga yang tidak mampu karena suatu proyek atau apa. Jadi, konflik agraria itu bisa dikurangi kelak dikemudian hari melalui hal-hal kecil seperti ini,” harap Kus di tengah debur ombak Pantai Parangkusumo, Jogja.

Ruang aman untuk anak dan difabel

Semangat Kus menyampaikan pesan dalam dongeng Jelungan tak terlepas dari lingkungan sekitar anak-anak tersebut. Sebagai warga pesisir, anak-anak itu perlu sadar dan peduli terhadap lingkungan mereka sejak dini. 

Sudah menjadi rahasia umum bagi warga Jogja,di mana area sekitar Pantai Parangkusumo, Jogja terkenal sebagai kawasan lokalisasi protitusi. Yang sebetulnya, tak kalah terkenal dengan sebutan kawasan wisata spiritual. Melihat fenomena tersebut, Gardu Action tak tinggal diam.

Gardu Action di Pantai Parangkusumo, Jogja. MOJOK.CO
Aktivis lingkungan, Gardu Action bersama anak-anak pesisir Pantai Parangkusumo. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Sejak tahun 2017, Gardu Action didukung oleh Komunitas Nyala Litera menjalankan sanggar belajar dan pendampingan pada anak-anak pesisir. Kegiatan itu guna merespon fenomena anak-anak usia dini yang tumbuh di area prostitusi.

Ardha Kusuma selaku tim Komunitas Nyala Litera, sekaligus relawan Gardu Action bercerita tentang latar belakang anak-anak pesisir Pantai Parangkusumo. Di mana, mayoritas orang tua mereka bekerja di sektor informal. Banyak juga para pendatang dari luar Pulau Jawa yang mengadu nasib di kawasan tersebut.

Mayoritas pendatang tinggal di perkampungan padat penduduk, yakni Kali Mati. Mereka mulai berdagang asongan, memulung, mengamen, menjadi tukang parkir, hingga membuka usaha karaoke. Sehingga, tak jarang muncul konflik antara warga lokal dan pendatang. Tak hanya itu, kawasan itu juga sering dikunjungi turis.

“Harapannya suara kami dapat di dengar oleh pemangku kebijakan, dan lingkungan yang aman serta nyaman untuk anak-anak dapat tercipta,” ucap Ardha saat ditemui Mojok di sekitar Pantai Parangkusumo, Jogja.

Sementara itu, Kus mengatakan pementasan itu adalah yang pertama sekaligus awalan. Dia berharap anak-anak bisa menikmati pelajaran disabilitas dengan cara yang menyenangkan. Di mana mereka tumbuh dengan keinginan untuk mengembangkan diri melalui seni, entah itu seni rupa, musik, atau tari.

“Konflik itu berdampak pada anak-anak. Anak-anak (dari pendatang) cenderung dijauh karena pekerjaan orang tuanya. Terlepas dari itu, anak-anak berhak mendapatkan ruang aman dan nyaman untuk berkembang, belajar, dan bermain,” ujar Kus.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Difabel Kerap Jadi Alat Penarik Simpati, Tapi Hak-haknya Masih Saja Tak Terpenuhi

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2024 oleh

Tags: destinasi wisata jogjagardu actionhak difabelpantai parangkusumo jogjawisata edukasi
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

pedagang salak di Kaliurang, Jogja yang rindu anak di Norwegia. MOJOK.CO
Ragam

Kisah Mbah Juno, Pedagang Salak Keliling di Kaliurang Jogja yang Bisa Kuliahkan Anak hingga Tinggal di Norwegia

22 Januari 2025
Destinasi Wisata Edukasi Solo Safari Gelar Safari Fun Walk Challenge, Ajak Keluarga Seru-Seruan Lewati 'Tantangan' Penuh Keseruan.MOJOK.CO
Hiburan

Mengintip Keseruan Safari Fun Walk Challenge di Solo Safari, Ratusan Peserta Berlomba Taklukan 3 Posko Penuh Tantangan

26 Agustus 2024
Garduaction, Komunitas Peduli Lingkungan dan Literasi di Pantai Parangkusumo, Jogja. MOJOK.CO
Ragam

Tak Menemukan Ketenangan di Pantai Parangkusumo Jogja, Ingin Dengar Deru Ombak Malah Terganggu Deru Mobil Jeep, Mau Nikmati Tepi Pantai Takut Tertabrak

26 Mei 2024
pule payung mojok.co
Hiburan

Pule Payung, Wisata Alam di Kulon Progo yang Raih Juara 1 Nasional

17 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.