Kalau disuruh memilih, mending diserang sakit kepala, demam, dan flu sekaligus ketimbang sakit gigi. Begitu lah kata Viki (24) kala sakit giginya kumat pada tengah malam. Mahasiswa di Jogja itu merasa bersykur ada orang yang menginisiasi apotek buka 24 jam seperti K24.
Kepada Mojok Viki bercerita, Viki sebenarnya tidak punya riwayat sakit gigi sejak kecil. Baru ketika merantau ke Jogja dia berhadapan dengan jenis penyakit menyebalkan itu.
Siklus sakit giginya selama merantau sebagai mahasiswa di Jogja pun terbilang unik. Bukan karena habis makan sembarangan atau jarang sikat gigi. Tapi ketika tubuhnya sangat kelelahan.
“Terlalu sibuk organisasi. Terus masih bergadang ngerjain tugas-tugas. Nah, kalau sudah bener-bener capek, langsung gigiku sakit banget. Gusinya bengkak,” ujar mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas negeri di Jogja tersebut.
Air garam tak mempan
Entah valid sesuai medis atau tidak, Viki tidak pernah mengeceknya. Hanya saja, banyak orang di sekitarnya menyarankan agar Viki berkumur pakai air garam.
Cara tersebut sudah beberapa kali Viki lakukan. Akan tetapi, beberapa kali dia mencobanya, sakit giginya tetap tak mereda.
“Sakit gigiku entah kenapa selalu kumat di jam-jam menjelang tengah malam. Posisi kan sudah mager mau keluar-keluar. Jadi aku selalu berupaya tidur, biar nggak kerasa,” katanya.
Sialnya, upaya untuk tidur selalu berujung sia-sia. Giginya terasa makin cenat-cenut. Kalau sudah begitu, Viki mesti akan menangis menahan sakit. Sebelum akhirnya menyeret kakinya untuk mencari obat di luar.
Obat-obatan di toko hanya ngaruh sebentar
Viki berasal dari sebuah kampung di Sumenep, Madura. Sejauh ingatannya, tiap kali anggota keluarganya sakit, alih-alih ke apotek (apalagi seperti K24), opsinya pasti beli obat-obatan di warung. Hanya pada situasi darurat saja akan pergi ke klinik atau puskesmas.
“Misalnya, sakit kepala, pergi ke warung beli Bodrex atau Oskadon. Batuk-flu beli Mixagrip. Maksudnya, obat-obat seperti itu kan gampang ditemukan di warung-warung,” tutur Viki.
Kebiasaan semacam itu pun terbawa hingga saat merantau ke Jogja. Kalau sudah merasa tidak enaka badan, Viki akan langsung menuju warung Madura yang, selain buka 24 jam, juga sedia aneka ragam kebutuhan. Termasuk obat-obatan.
“Obat sakit gigi ternyata ada juga. Aku nggak tahu mereknya. Kubeli saja. Tapi redanya cuma sesaat. Bangun tidur tetep cenat-cenaut lagi. Nggak tahan aku,” kata Viki.
Baru tahu ada Apotek K24 kala kuliah Jogja
Saat diserang sakit gigi untuk yang kesekian kali, Viki akhirnya memilih berpaling dari warung Madura. Menyisir jalanan Babarsari, pemuda Madura itu agak kaget ketika tahu ternyata ada apotek yang benar-benar buka 24 jam: K24.
“Waktu awal-awal di Jogja ya tahu ada Apotek K24. Tapi waktu itu nggak percaya bukanya 24 jam, kayak warung Madura aja,” terang Viki.
“Kalau warung Madura buka 24 jam masuk akal. Jualannya macam-macam. Apotek kan jualan obat, jadi dalam benakku, sepertinya jarang yang butuh obat-obatan tengah malam,” sambungnya.

Tapi sejak mulai memiliki siklus sakit gigi, Viki bersyukur betul mulai mengenal apotek seperti K24.
“Sejak awal beli, sama karyawannya disarankan pakai Asam Mefenamat. Ampuh sekali. Minum satu pil, langsung tidur, besoknya pas bangun nyerinya tinggal sisa-sisa,” bebernya. Relatif hanya butuh dua kapsul bagi Viki untuk membuat giginya benar-benar sembuh.
Apotek K24 seperti warung Madura: ada di mana-mana
Tidak seperti Viki, Dipta (27) mengaku tidak memiliki riwayat maupun siklus sakit gigi. Hanya saja, kerap kali secara tiba-tiba giginya merasa nyeri pada tengah malam.
Bedanya lagi dengan Viki, Dipta sejak kecil hingga sekarang tinggal di kota metropolitan, Surabaya. Apotek K24 tentu bukan menjadi hal asing baginya.
“Memang mirip warung Madura, sih. Buka 24 jam. Kalau di Surabaya, gampang banget nemunya. Karena titiknya di mana-mana. Obat-obatnya juga terbilang komplet,” ujar Dipta.
Sudah tidak terhitung berapa kali Dipta harus meluncur dari rumahnya di Tambkasari, Surabaya, pada jam-jam tengah malam guna mencari obat di Apotek K24. Bukan cuma untuk sakit gigi, tapi juga untuk penyakit-penyakit ringan lainnya.
“Kadang kalau lagi mager, pakai layanan jasa antar dari pihak apotek. Itu bisa juga. Malah lebih enak, nggak perlu keluar-keluar,” terang Viki.
Lahir dari keresahan
Merujuk laman resmi Apotek K24, apotek tersebut didirikan pada tanggal 24 Oktober 2002 oleh dr. Gideon Hartono, seorang dokter umum yang sedang bertugas di Puskesmas Gondokusuman II.
Awal mula muncul ide mendirikan Apotek K24 adalah karena adanya keresahan atau kesulitan dalam menemukan obat saat tengah malam.
Masa itu, jarang sekali ada apotek yang bisa buka sampai malam hari. Kalaupun ada, biasanya apotek tersebut sulit dijangkau masyarakat umum. Selain itu, harga yang dipatok pasti lebih mahal dari harga normal.
Karena keadaan itulah, dr. Gideon mempunyai ide untuk mendirikan apotek sendiri yang selalu buka 24 jam dan memberi kemudahan akses bagi masyarakat umum.
Apotek K24 yang pertama berdiri di Jalan Magelang, Jogja. Seiring waktu, apotek tersebut bertransformasi menjadi waralaba yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lika-Liku Dunia Apoteker: Sekolahnya Mahal, Gajinya Lumayan, tapi Sering Ketemu Pelanggan yang Ajaib atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












