Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) bercerita alasannya memilih kerja di Australia ketimbang Indonesia. Mulai dari lapangan kerja yang luas, upah yang layak, dan merasa kemampuannya lebih bisa berkembang di sana.
***
Ketika membuka konten yang berseliweran soal badai pemutusan hubungan kerja (PHK), saya melihat berbagai komentar warganet yang menagih janji Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat debat calon wakil presiden (cawapres). Pada pemilihan presiden 2024, anak Presiden ke-7, Joko Widodo, itu berjanji akan menciptakan 19 juta lapangan kerja.
“Insyaallah akan terbuka 19 juta lapangan pekerjaan untuk generasi muda dan perempuan, 5 juta di antaranya adalah green jobs,” ujar Gibran di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta pada Minggu (21/1/2024).
Sudah lebih dari satu tahun berlalu, janji Gibran terasa omon-omon. Sebaliknya, berita soal PHK massal justru terus berlalu lalung. Kondisi itu juga yang membuat Angga (25), alumnus IPB, kesulitan mencari kerja hingga memutuskan terbang ke Australia.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sebanyak 24.036 orang terdampak PHK pada Januari hingga April 2025. Angka tersebut lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu. Alhasil, jumlah pengangguran naik jadi 7,28 juta orang.
Tak hanya Angga, berita tersebut juga membuat masyarakat khawatir. Mereka mempertanyakan janji Gibran yang dulu dan kini sudah menjabat sebagai wapres. Berdasarkan penelusuran Mojok, ada beberapa unggahan di X tentang ‘19 juta lapangan kerja’.
“Mana yang katanya pemerintah janjiin 19 juta lapangan kerja? Boro-boro, udah nyari kerja makin susah, banyak investor asing kabur karena iklim investasi buruk di sini, kebijakan-kebijakan ajaib. Coba kalau di sini dapat keja mudah, nggak mungkin orang kepikiran nyari kerja ke negara lain,” kata @cup********, Jumat (18/4/2025).
Dan benar saja, solusi itu juga yang dilakukan Angga, alumnus IPB untuk bertahan hidup setelah kuliah. Salah satu alasan dia mencari kerja di Australia, karena sempat berbulan-bulan menganggur di Indonesia meski bergelar sarjana dan lulus dari IPB, salah satu kampus mentereng di Indonesia.
Kata alumnus IPB: Australia menjanjikan hidup layak
Sebagai lulusan sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Angga merasa hampir tak punya peluang untuk memiliki pekerjaan di Indonesia yang sesuai dengan bidang kariernya. Apalagi dari segi upah yang layak.
“Aku sempat nganggur berbulan-bulan setelah wisuda karena susahnya mencari kerja yang sesuai dan penghasilan yang layak,” kata Angga saat dihubungi Mojok, Rabu (7/5/2025).
“Karena itu, aku memutuskan kerja di luar negeri, khususnya di Australia,” lanjut alumnus IPB tersebut.
Baca Halaman Selanjutnya
Pendapatan di Australia tinggi