Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Cerita Seorang Muslim Ikut Menyambut Biksu Thudong di Candi Borobudur, Seperti Melihat Kyai Melaksanakan Ibadah Haji

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
15 Mei 2025
A A
Perjalanan biksu Thudong dari Thailand ke Candi Borobudur. MOJOK.CO

36 biksu Thudong tiba di Candi Borobudur, Magelang pada Sabtu (10/5/2025)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jelang hari perayaan Waisak pada Sabtu (10/5/2025) kemarin, saya melihat umat Buddha dan warga non-Buddha lainnya ikut meramaikan acara di Candi Borobudur, Magelang. Mereka terlihat antusias menyambut kedatangan biksu Thudong yang dikabarkan tiba di candi dengan berjalan kaki dari Thailand.

Ritual biksu Thudong membawa misi perdamaian dunia

Menurut pantauan Mojok, para biksu Indonesia sudah berjejer rapi menyamping, menyambut puluhan biksu Thudong yang akan tiba sore itu. Suasana semakin syahdu diiringi dengan musik Buddham Saranam Gacchami yang artinya aku berlindung kepada Buddha.

Ketua Panitia Thudong 2025, Kevin Wu mengatakan sebanyak 36 bhikkhu Thudong telah menempuh perjalanan spiritual sepanjang 2.763 kilometer dari Thailand menuju Candi Borobudur, Magelang. Dalam perjalanan itu, mereka turut mengunjungi masjid, gereja, dan vihara.

Kevin berujar para biksu berasal dari Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Mereka berangkat dari bulan Februari 2025. Misinya adalah membawa semangat perdamaian dunia.

Perjalanan biksu Thudong dari Thailand ke Candi Borobudur. MOJOK.CO
36 biksu Thudong tiba di Candi Borobudur, Magelang pada Sabtu, 10 Mei 2025. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Semoga semangat Thudong bisa terus membara, membakar semangat kita untuk menjaga perdamaian dan toleransi. Semoga ini menjadi langkah menuju masa depan Indonesia, menjadi bangsa yang lebih hebat, yang lebih kuat,” ujar Kevin.

Pukul 16.25 WIB, puluhan bhikkhu Thudong akhirnya tiba di pintu kalpataru sekitar Candi Borobudur. Ada yang memakai sandal, sepatu dan kaos kaki hitam, atau berdiri tanpa alas. Wajahnya terlihat peluh tapi juga lega.

Saat para biksu Thudong berhenti sejenak dihadapan para biksu Indonesia, keduanya tangannya saling terkatup. Salah seorang biksu Indonesia menyampaikan selamat dengan bahasa Thailand. Keduanya langsung tersenyum ramah. 

Para biksu Thudong kemudian melanjutkan perjalanan hingga naik ke candi untuk beribadah. Mereka melewati jalan sepanjang Marga Utama Candi Borobudur yang beralaskan kain putih. Sejumlah pengunjung candi juga berjejer di tepian kain sambil menaburkan bunga melati dan bunga mawar.

Perayaan Waisak menjadi pemersatu antar umat beragama

Para pengunjung juga memberikan bunga sedap malam ke para biksu. Bunga itu mereka bawa sampai pelataran Candi Borobudur. Tati Kuswari (53) menjadi salah satu pengunjung yang mendapatkan bunga tersebut sebelum para biksu naik ke puncak untuk fokus beribadah.

Bunga sedap malam sendiri terkenal sebagai tanaman hias yang sering diburu saat perayaan agama, tak hanya Buddha tapi juga saat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain karena baunya yang harum, bunga sedap malam juga menyimbolkan kesucian.

Tati sendiri mengaku baru pertama kali mengikuti perayaan Waisak untuk umat Buddha di Candi Borobudur meski beragama Islam. Perempuan asal Magelang itu berujar ritual Thudong yang dilaksanakan oleh biksu mengingatkannya pada ibadah Haji umat Islam.

Waisak 2025.MOJOK.CO
Tati Kuswari menerima bunga sedap malam dari biksu di sekitaran Candi Borobudur. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Mereka ibaratnya ini kan kyai ya, melihat perjuangan mereka seperti itu saya jadi nggak mau kalah ibadahnya. Kalau orang Islam kan ada ibadah haji, saya juga pingin. Ya, semoga semangatnya nular,” ujar Tati di pelataran Candi Borobudur, Sabtu (10/5/2025).

Tati membayangkan betapa bahagianya biksu melihat Candi Borobudur sebagai tempat monumen keagamaan terbesar umat Buddha di dunia. Sementara ia sendiri belum pernah berangkat haji atau melihat kabah secara langsung. Oleh karenanya, dia berharap semangat para biksu dalam beribadah ikut terpancar kepada seluruh umat.

Tak hanya Tati, Karin (20) yang juga merupakan pengunjung berujar, acara Waisak 2025 di Candi Borobudur tidak terkesan eksklusif dirayakan oleh umat Buddha saja. Ia merasa kegiatan tersebut dapat menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama.

Iklan

“Aku sebagai umat muslim melihat adanya perbedaan sekaligus misi perdamaian itu kelihatan banget di sini. Aku jadi tahu bentuk ibadahnya umat Buddha saat mereka berdoa di puncak candi,” kata Karin. 

Pesan biksu kepada seluruh umat beragama

Mojok juga berkesempatan mewawancarai bante Andri Budianto yang seharusnya ikut dalam rombongan ritual biksu Thudong. Namun karena cidera, ia hanya bisa menyambut biksu dari Thailand. 

Meski begitu, semangat Andri dalam menyebarkan nilai-nilai Buddha tak padam. Pemuda asal Tangerang itu berujar perbedaan bahasa, warna kulit, negara, bahkan agama seharusnya tak membuat manusia terpecah belah. Sebab Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, punya kuasa. 

Waisak 2025, Candi Borobudur.MOJOK.CO
Persiapan Waisak 2025 di Candi Borobudur Sudah 80 Persen, Panitia Sediakan Layanan Kesehatan Gratis (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Bahkan sekalipun umat memiliki sebutan yang berbeda-beda seperti Allah SWT, Allah (dalam umat Kristen), God (dalam bahasa Inggris), Thien Ti Kong (dalam Konghucu), Tuhan selalu punya hukum yang pasti. 

“Nama lainnya, tabur tuai. Hukum sebab-akibat. Hukum karma. Siapapun dia, bahkan dari negara manapun. Ketika dia menanam bibit padi, tumbuh pohon padi. Kalau dia menanam bibit jagung, tumbuh pohon jagung. Tidak mungkin sebaliknya,” jelas Andri. 

“Maka dari itu, jika kita ingin bahagia, berbuatlah baik. Minimal tidak berbuat jahat. Andaikan tidak bisa bicara yang baik, minimal diam. Lebih baik lagi, mempelajari dan melaksanakan ajaran agama, sesuai dengan keyakinan dan agama kita masing-masing,” lanjutnya.

Andri berharap perjalanan biksu Thudong dapat menginspirasi seluruh umat di dunia. Ia juga berdoa semoga semua umat dapat hidup berbahagia. Selalu mejaga keharmonisan, saling menghormati, menyayangi, menolong, bekerjasama dalam kebaikan, serta memancarkan cinta dan kasih.

“Terakhir, kepada para pemimpin dari berbagai elemen, semoga bisa membimbing generasi muda dengan cara-cara yang bijaksana demi kebahagiaan bersama,” kata bante asal Indonesia tersebut.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Waisak 2025: Puluhan Biksu akan “Pekikan” Perdamaian Dunia di Tanah Magelang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2025 oleh

Tags: biksu thudongcandi borobudurthailandthudongUmat Islamwaisak 2025
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan
Pojokan

4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan

17 Oktober 2025
Kehidupan penuh ketidakpastian di balik hiruk-pikik wisatawan di kawasan Candi Borobubdur, Magelang MOJOK.CO
Catatan

Di Balik Hiruk-Pikuk Wisata Candi Borobudur Magelang: Wisatawan Bersenang-senang, Warga Setempat Hidup dalam “Kepiluan”

27 Agustus 2025
Festival Dolanan di Borobudur: Komitman Pemprov Jateng libatkan anak dalam pembangunan MOJOK.CO
Kilas

Komitmen Pemorov Jateng: Suara Anak-anak Jadi Pertimbangan Kebijakan untuk Pembangunan Ramah Anak

13 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.