Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

3 Kawasan di Jakarta Barat yang “Paling Keras” Bagi Perantau, Saksi Bisu Kuatnya Mental Para Pendatang Melawan Rasa Lapar dan Preman 

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
8 Agustus 2024
A A
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kebayoran Baru Jadi Saksi Para Sarjana “di-Prank” Kemewahan Jaksel: Nekat Merantau Bermodal Ijazah S1, Berakhir Jadi Tukang Parkir Liar (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada tiga kawasan di Jakarta Barat yang paling keras bagi para perantau asal luar daerah. Di tiga kawasan ini, mereka dikoyak, dicabik-cabik, dan dihantam oleh kerasnya kehidupan di perantauan. Ada yang sampai harus memulung, tinggal di lingkungan preman, bahkan berbagi tempat tidur dengan tikus dan kecoa.

***

Kalau menukil laporan BPS pada 2023 lalu, sebenarnya Jakarta Barat menjadi kabupaten/kota dengan persentase kemiskinan terendah kedua di Jakarta. Persentase kemiskinan 4 persen hanya kalah kecil dari Jakarta Selatan di urutan terbaik.

Sayangnya, itu hanyalah data di atas kertas. Adalah fakta bahwa Jakarta Barat menjadi kawasan terpadat kedua di bekas daerah khusus ibukota itu, setelah Kabupaten Pulau Seribu. Apalagi, di tengah kepadatan penduduk itu, beberapa titik di Jakarta Barat dinobatkan sebagai kawasan kumuh.

Di kawasan kumuh inilah orang-orang miskin yang disebut “cuma” 4 persen tadi, bergelut dengan nasib. Mereka hidup, berbagi ruang, dan bahkan saling sikut dengan perantau asal luar daerah untuk bertahan hidup.

Alhasil, kawasan-kawasan itu menjelma menjadi “arena adu nasib” yang keras. Bahkan, kata salah satu perantau yang sudah 7 tahun tinggal di Jakarta Barat, Oki (25), kawasan ini ibarat neraka rasa surga: “terlalu keras buat ditinggali, tapi terlalu sayang buat ditinggalkan”.

#1 Tambora, tempat perantau asal Jawa Barat 7 tahun berbagi ruang dengan tikus dan kecoa

Oki adalah satu dari banyak perantau yang kehidupannya jauh dari kata layak di Jakarta Barat. Pertama datang pada 2017 lalu buat kuliah, lelaki asal Cirebon langsung tinggal di salah satu gang paling sibuk di Tambora.

Tak cuma sibuk, gang ini juga terkenal kumuh. Lokasinya dekat perlintasan rel kereta. Tiap tahun ia juga jadi langganan banjir. Bermodalkan mahar Rp350 ribu, ia berhasil mendapatkan kos-kosan di Tambora.

Sebagaimana papatah “ada harga, ada rupa”; bentuk kos yang ia tempati pun cukup memprihatinkan. Ukurannya 2×3 meter, berlantai plesteran yang belum dihaluskan, dan asbes menjadi pembatas antarkamar kos.

“Kalau malam ASMR-ku ada dua. Kalau nggak suara kereta ya suara tetangga lagi bercinta. Karena memang sepadat dan sesempit itu,” ujarnya, saat diwawancarai Mojok, Minggu (22/7/2024) lalu.

Oki memang tak punya banyak pilihan. Selain murah, kosnya dekat dengan kampus. Di kawasan tersebut juga terkenal sebagai tempat tinggal perantau asal Sunda. Ia mendapatkan kos tersebut juga berkat rekomendasi saudaranya yang sudah lebih dulu merantau di Jakarta Barat.

Seburuk apapun kondisinya, Oki tetap legowo. Bahkan, menurut cerita dia yang pernah Mojok muat dalam artikel “Kerasnya Hidup di Tambora Jakarta Barat”, ia mengaku sudah biasa tidur kelonan bareng tikus dan kecoa.

“Makan dan tidur bareng mereka [tikus dan kecoa]. Tidur dihinggapi kecoa. Kaki digigitin tikus. Ah, itu sih biasa,” kelakarnya.

Setelah lulus kuliah, Oki memutuskan bekerja di Jakarta Barat. Ia pun belum meninggalkan kos kumuhnya. Sebab, selain murah, ia sudah terlanjur krasan.

Iklan

#2 Cengkareng menjadi saksi perantau asal Jawa Tengah bertahan hidup berkat jadi pemulung

Tak jauh dari Tambora, ada kawasan bernama Cengkareng. Memang kecamatan terluas kedua di Jakarta Barat ini tak sepadat dan sekumuh Tambora. Namun, di dalamnya juga ada kisah nyesek dari para perantaunya.

Salah satunya dialami Ridwan (26), perantau asal Jawa Tengah yang pernah tiga setengah tahun bekerja di Cengkareng. Awalnya, pada 2019 lalu, ia meninggalkan kampung halaman untuk bekerja di sebuah distribution center. Tawaran gaji Rp3,5 juta per bulan plus bonus jauh lebih besar ketimbang yang ia dapatkan sebelumnya, yakni Rp1,7 juta.

Pada mulanya, semua berjalan lancar. Namun, baru empat bulan kerja, pandemi melanda. Banyak perusahaan merumahkan pekerjanya, termasuk perusahaan tempat Ridwan bekerja.

Tak mau menyerah, ia berusaha bertahan di ibu kota. Namun apa daya, kerasnya kehidupan justru membawanya ke sebuah pekerjaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya: menjadi pemulung.

“Akhir 2020, pas pandemi kenceng-kencengnya, aku bareng ‘teman seperjuangan mutusin mulung. Saat itu kami ngekos bareng di Kapuk,” kata perantau ini, yang kisahnya pernah dimuat dalam liputan “Pahitnya Nasib Perantau di Cengkareng Jakarta Barat” pada Selasa (6/8/2024) kemarin.

Tentu, profesi ini tak diketahui oleh orang tuanya di desa. Kepada bapak-ibunya, ia mengaku masih kerja di perusahaan jasa ekspedisi tadi, hanya saja gajinya dipotong.

Meski pilu, nyatanya Ridwan tak pernah menyesali keputusannya memulung barang-barang bekas di jalanan Jakarta Barat itu. Sebab, berkat memulung, ia bisa bertahan hidup di kerasnya ibu kota sebelum akhirnya pulang kampung pada lebaran 2022 lalu–dan tak kembali sampai sekarang.

#3 Bertetangga dengan para kriminal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Cerita lain datang dari Febrian (23), perantau yang kini bekerja di salah satu pasar kawasan Jakarta Barat. Boleh dibilang, nasibnya masih jauh lebih baik ketimbang Oki dan Ridwan. Meski sama-sama ngekos di daerah kumuh, setidaknya ia masih berpenghasilan. Upah hariannya dari berdagang di pasar lebih dari cukup buat hidup.

Masalahnya hanya satu, Febrian tinggal di salah satu kawasan Kebon Jeruk yang terkenal keras. Kata keras di sini terasosiasi dengan masyarakatnya yang “bekerja di kegelapan”.

“Maaf kalau kurang sopan, tapi di kawasan kosku kalau mau bisa makan yang perempuan pada punya ‘bisnis sampingan’, Bang. Nggak semua, tapi banyak yang open BO,” ungkap Febrian.

“Sementara narkoboy udah bukan hal tabu lagi. Salah pergaulan kita bisa ikut nyebur,” imbuhnya.

Sebenarnya, ia cukup ngeri-ngeri sedap tinggal di lingkungan tersebut. Apalagi sejak pertama tinggal di sana pada 2021 lalu, Febrian menjumpai banyak preman di sana kena grebek karena mengedarkan narkoba.

“Tapi nggak punya banyak pilihan. Kos di sini murah, dekat tempat kerja. Jadi uang bisa disisihin buat nabung. Tinggal nguatin iman aja.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Nekat Merantau dari Jogja Cari Kerja di Jakarta, 6 Bulan Kirim 100 Lamaran Begitu Lolos Gedung Kantornya Ambruk

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 8 Agustus 2024 oleh

Tags: cengkarengjakartaJakarta Baratkebon jerukkerja di jakartaperantaupilihan redaksitambora
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.