Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Cerita Ibu Tunggal di Kota Semarang: Putus Kerja usai 14 Tahun Jadi Buruh, Kini Jadi Penyapu Jalan demi Sekolahkan Kedua Anak

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
4 November 2025
A A
Ibu tunggal kerja sebagai petugas kebersihan DLH di Semarang. MOJOK.CO

ilustrasi - petugas penyapu jalan di sekitar Simpang Lima, Kota Semarang. (Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Saya cuman lulusan SMK, jadi apa pun pekerjaannya, selama saya bisa, maka saya akan lakukan demi keluarga,” ujar seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai penyapu jalan di sekitar Simpang Lima, Kota Semarang.

Lulus SMK kerja jadi buruh, lalu berhenti karena kondisi tubuh

Kondisi tubuh yang mulai sering sakit-sakitan membuat Sri Martini (43) harus banting setir dari buruh pabrik garmen ke petugas kebersihan Kota Semarang. Saat bekerja menjadi buruk pabrik dulu, ia harus bolak-balik dari Ungaran ke Kota Semarang yang jaraknya sekitar 28 kilometer.

“Saya kerja di pabrik kurang lebih 14 tahun, lalu akhirnya keluar karena jauh. Lama-lama badan untuk laju dari Semarang ke Karangjati, Ungaran berasa lelah karena sering pulang sampai malam,” ujar Sri Martini kepada Mojok di sekitar Lapangan Pancasila, Kota Semarang, Rabu (29/11/2025).

Tak hanya bekerja, Sri Martini juga harus mengurus kedua anaknya di rumah. Sebagai seorang single mom, ia harus mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, ia mencari pekerjaan yang fleksibel agar bisa mengurus anak-anaknya sambil bekerja.

Setelah mencari-cari, Sri Martini akhirnya mendapat informasi dari teman-temannya jika ada lowongan untuk petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Hal yang pertama kali menarik minatnya saat itu adalah sistem jam kerja yang bisa shift tapi dengan gaji setara UMR Kota Semarang.

Petugas kebersihan di sekitar Simpang Lima. MOJOK.CO
Sri Martini menyusuri sekitar Simpang Lima, Kota Semarang. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Saya pikir kalau shift siang, paginya bisa mengantar anak dulu ke sekolah dan mengurus pekerjaan rumah, lalu lanjut bekerja,” ucap Sri.

Langit di Simpang Lima Semarang jadi saksi biksu perjuangan

Kini, Sri sudah 8 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan di Kota Semarang. Ia mulai bekerja dari pukul 12.00 WIB hingga 20.00 WIB. Menurut Sri, jangka waktu itu masih ideal dengan gaji UMR Kota Semarang dengan waktu 8 jam.

“Dari pekerjaan ini saya bisa menghidupi dua anak saya dan menyekolahkan mereka,” ucap Sri.

Selain itu, penempatan tugas Sri juga tak jauh dari rumah yakni sekitar Simpang Lima, Kota Semarang. Bersama beberapa orang petugas lainnya, Sri fokus menyapu baik di jalan maupun trotoar. Sementara, untuk sampah yang sudah menumpuk di tong-tong sampah akan diambil oleh tim armada DLH.

Sejauh ini, Sri mengaku tak menjumpai kendala yang berarti kecuali jika ada faktor cuaca, apalagi menjelang musim hujan di mana intensitas angin jadi lebih kencang. Sampah-sampah yang sudah ia kumpulkan dengan sapu dan cikrak bisa bertebaran kemana-mana. Kalau sudah begitu, ia mesti menyapu berulang-ulang.

Sri Martini. MOJOK.CO
Sri membersihkan selokan dengan sapunya. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Ketika hujan turun, Sri jauh lebih kelimpungan sebab tidak ada tempat untuk berteduh. Tak jarang pula ia menjumpai orang dengan gangguan jiwa atau gelandangan yang masih buang air sembarangan, sehingga menimbulkan bau yang menyengat. 

Ada pula hari-hari tertentu yang membuat kerjanya harus ekstra, misalnya saat perayaan Pertempuran Lima Hari di Semarang yang biasanya digelar di Simpang Lima. Selain masyarakat yang ikut menonton, banyak juga pedagang yang mangkal di sekitaran sana.

“Banyak pedagang dadakan yang datang, otomatis sampahnya banyak,” jelas Sri.

Menjaga kebersihan kota adalah tugas bersama

Namun, apa pun tantangannya, Sri tetap bersukur. Sejak bekerja di lapangan, ia jadi tahu bahwa setiap orang tentu punya tantangan pekerjaannya sendiri.

Iklan

“Selama kerja di lapangan saya jadi tahu cerita orang-orang, mulai dari orang kantoran sampai pengimis, tentang bagaimana mereka bertahan hidup,” kata Sri.

Sebagai petugas kebersihan Kota Semarang, Sri ingin warga bisa ikut menjaga kebersihan dengan tidak meninggalkan sampah tapi membuangnya ke tong-tong yang sudah tersedia. Upaya itu bukan hanya untuk meringankan tugasnya, tapi menjaga Kota Semarang agar tetap nyaman, bersih, nongkrong, bahkan sekadar jalan-jalan.

Sri, petugas penyapu jalan. MOJOK.CO
petugas penyapu jalan di sekitar Simpang Lima, Kota Semarang

“Karena masih ada orang yang duduk-duduk atau nongkrong sambil merokok, makan, atau minum tapi sampahnya ditinggal di tempat atau asal dilempar,” ujar Sri.

Sebagai informasi, masyarakat yang mengetahui aktivitas atau kondisi yang dianggap merusak atau mencemari lingkungan, dapat mengadu ke laman resmi dlhsemarang.id. Pengaduan ini biasanya mencakup isu seperti pencemaran air, udara, tanah, kebisingan, penebangan hutan secara ilegal, pembuangan limbah berbahaya, atau pembangunan yang tidak mematuhi aturan lingkungan.

“Pengaduan ini dapat diajukan kepada instansi pemerintah terkait, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, atau lembaga lainnya yang berwenang untuk menindaklanjuti dan mengambil tindakan yang diperlukan guna menjaga kelestarian lingkungan,” tulis DLH dikutip dari laman resmi DLH Semarang, Senin (3/11/2025).

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Di Balik Banjir yang Kerap Menghantui Semarang, Ada Sosok “Pasukan Bebek” yang Tidak Tidur Berhari-hari Bersama Hujan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 4 November 2025 oleh

Tags: kota semarangpenyapu jalanPetugas KebersihanSemarang
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Kafe Gethe di Kampung Sekayu Semarang. MOJOK.CO
Ragam

Rogoh Kantong Pribadi Sampai Ratusan Juta demi Bikin Kafe Bergaya Retro di Tengah Permukiman Padat Kota Semarang

14 November 2025
Pemkot Semarang kuatkan usulan gelar pahlawan nasional ke KH. Sholeh Darat MOJOK.CO
Kilas

KH. Sholeh Darat Semarang Harusnya Semat Gelar “Pahlawan”: Penyusun Tafisr Al-Qur’an Jawa Pegon-Guru bagi RA. Kartini hingga KH. Hasyim Asy’ari

12 November 2025
Pemkot dan Warga Kota Semarang Berduka atas Wafatnya V. Djoko Riyanto, Suami Wali Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

Pemkot dan Warga Kota Semarang Berduka atas Wafatnya V. Djoko Riyanto, Suami Wali Kota Semarang

10 November 2025
Seorang bapak di Semarang tak tega lihat anak stunting, hindari isu fatherless. MOJOK.CO
Ragam

Awalnya Tak Tega Lihat Anak Sakit hingga Dampingi Istri ke Puskesmas, Lalu Sadar Pentingnya Peran Seorang Bapak

7 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.