Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Pahitnya Jadi Cowok Penyuka Seblak: Cuma Mau Makan Pedes tapi Dipandang Aneh dan Dipertanyakan Kejantanannya, Bingung Salahnya di Mana?

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
17 April 2025
A A
Cowok makan kuliner pedas khas Sunda (seblak) diolok-olok. Salahnya di mana? MOJOK.CO

Ilustrasi - Cowok makan kuliner pedas khas Sunda (seblak) diolok-olok. Salahnya di mana? (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Entah bagaimana mulanya, seblak—kuliner pedas khas Sunda itu—identik sebagai kuliner untuk perempuan. Secara natural, hal itu membuat laki-laki yang juga doyan seblak jadi dipandang “aneh”. Begitulah yang dua narasumber Mojok rasakan.

Laki-laki suka seblak, salahnya di mana?

Zikrul (26) dan beberapa temannya penyuka kuliner pedas. Maka, seblak pun menjadi salah satu jenis kuliner pedas yang kerap mereka santap.

Beberapa kali Zikrul turut mengantre di warung-warung seblak. Beli untuk dirinya sendiri (membungkus), bahkan sering juga makan di tempat bareng beberapa temannya sesama laki-laki.

“Ya dengan sadar ikut ngantre bareng cewek-cewek. Nggak dalam rangka nganter atau diajak pacar,” tutur pemuda asal Rembang, Jawa Tengah itu, Rabu (16/4/2025).

Dari antre hingga duduk menikmati pesanannya dari warung ke warung, Zikrul merasa sering mendapat lirikan penuh tanda tanya dari cewek-cewek yang juga sedang menikmati seblak. Seolah ada yang salah dari dirinya.

Hingga akhirnya, suatu waktu, Zikrul iseng bertanya pada teman-teman perempuannya saat sedang nongkrong: Kenapa cowok makan seblak dipandang aneh?

“Nggak ada yang bisa memberi argumen. Cuma bisa jawab, ‘Ya aneh aja. Seblak kan identik dengan cewek. Warung-warung seblak juga kebanyakan yang antre cewek. Jadi kesannya cowok yang suka kuliner pedas khas Sunda itu kayak cowok yang kecewek-cewekan aja’. Argumen macam apa itu,” kata Zikrul.

Pertanyaan selanjutnya dari Zikrul: Emang sejak kapan dan kenapa kuliner pedas khas Sunda itu diidentikan sebagai kuliner untuk cewek? Tidak ada yang bisa menjawab. Pokoknya seblak itu ya identik cewek. Itu saja.

Sejak kapan identik sebagai kuliner cewek?

Zikrul mengajak Mojok melakukan penelusuran di mesin pencari: mencari muasal seblak identik dengan cewek. Namun, tidak ada jawaban. Kecerdasan buatan pun tidak bisa menjawab.

Tulisan-tulisan yang muncul kebanyakan soal asal mula terciptanya kuliner pedas khas Sunda tersebut. Seorang penulis di sebuah UGC dari salah satu media online nasional pun bahkan juga sama-sama mempertanyakan identifikasi gender pada seblak.

“Dari sejarahnya, itu kan awalnya makanan tradisional untuk semua kalangan. Bahkan ada unsur ekonomisnya juga: orang Sunda mencoba membuat makanan dari bahan seadanya. Ada krupuk, lalu direbus, lalu dicampur bumbu-bumbu dapur seperti cabai rawit hingga kunir. Lantas jadilah seblak,” beber Zikrul.

Hanya saja seiring waktu, seblak lalu dimodifikasi sehingga tidak hanya terkesan sebagai kuliner tradisional yang seadanya. Mulailah diperkaya dengan aneka macam topping. Ada aneka varian bakso, simoay, hingga bermacam-macam jenis frozen food.

“Penemunya juga kan nggak teridentifikasi, laki-laki atau perempuan? Tapi sepengalamanku, kalau ini kuliner buat cewek, nyatanya beberapa warung seblak juru masaknya justru cowok. Dan para cewek enjoy-enjoy aja dengan itu. Masa cowok hanya boleh masak, tapi kalau ikut makan dipandang aneh?” Gerutunya.

Masak sendiri paling aman

Pandangan aneh terhadap cowok yang makan seblak membuat Zikrul dan beberapa teman laki-lakinya agak “malu” kalau mau makan kuliner khas Sunda itu di warung. Maka, pilihan paling aman baginya adalah masak sendiri di rumah.

Iklan

Zikrul dan beberapa teman rumahnya memang kerap masak-masak bersama. Biasanya dua minggu sekali.

Menunya pun beragam. Kadang bakar ikan, bakar ayam, nyeblak pun cukup sering. Atau sesekali kalau sedang ingin makan kuliner pedas khas Sunda itu, dia akan mengumpulkan saudara-saudaranya perempuannya.

“Kusuruh belanja, terus masak-masak seblak. Kalau di rumah itu jadi santapan bersama. Tanpa unsur diskriminasi gender. Butuhnya makan ya makan,” ungkap Zikrul. “Belajar ngolahnya ya dari YouTube. Memang nggak seenak di warung. Tapi nggak apa-apa lah. Daripada ke warung terus dipandang aneh.”

Cowok suka seblak: lanangan opo iku?

“Urusan makan loh, kok sampai mendegradasi gender. Keji sekali itu.” Kalau mau serius, begitulah jawaban Irawan (22), salah seorang mahasiswa di Jogja.

Di lingkungan teman-teman kampusnya, bukan cewek yang “mengolok-ngolok” kebiasaan Irawan membeli seblak. Tapi justru para teman laki-lakinya.

“Lanangan opo e, su! Lanang kok mangane seblak (Cowok apaan e, su! Cowok kok makan seblak),” begitu olok-olok yang Irawan sering dengar. Karena Irawan sering beberapa kali membungkus seblak untuk disantap saat nongkrong bareng teman-temannya itu.

Awalnya, tentu saja Irawan merasa tersinggung. Pertanyaannya sama dengan Zikrul: salahnya di mana? Tapi seiring waktu, Irawan memilih tutup telinga.

“Satu, aku beli pakai uang sendiri. Maksudnya nggak ngutang apalagi minta mereka. Dua, masa kita mau menahan diri untuk membeli apa yang kita emang suka hanya karena omongan orang? Kalau kayak gitu, ya nggak bisa nikmatin hidup,” katanya.

“Masa cowok itu makannya harus nasi orek telur Warmindo terus? Itu bukan indikator laki-laki sungguhan, tapi miskin aja.” Jika diceng-cengin temannya, Irawan jawab saja begitu dengan nada bercanda. Dibawa santai aja.

Mereka yang mengolok-olok tak punya jawaban

Mojok juga mencoba mewawancara dua laki-laki dan dua perempuan yang memandang aneh jika ada laki-laki kedapatan menikmati seblak. Kenapa?

Jawaban mereka intinya sama: sebatas aneh saja. Tapi tidak ada penjelasan anehnya di mana?

Hanya karena selama ini para penikmat seblak mayoritas adalah perempuan, maka kemudian menjadi identik dengan perempuan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Nekat Merantau ke Jogja Gara-gara Medsos, Baru 3 Bulan Sudah Terasa Nelangsa karena Banyak Tertipu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 17 April 2025 oleh

Tags: asal mula seblakkuliner khas Sundakuliner pedasresep seblakseblakwarung seblak
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

chef renatta mojok.co
Kilas

Cara Terbaik Menikmati Mangut Lele Mbah Marto ala Chef Renatta

10 November 2022
oseng mercon bu narti mojok.co
Kuliner

Oseng Mercon Bu Narti: Kuliner Super Pedas yang Masuk Istana

18 Oktober 2022
6 Kuliner Paling Nggak Masuk Akal
Video

6 Kuliner Paling Nggak Masuk Akal

23 Juli 2022
Sleman Punya Entok Slenget Kang Tanir, Kuliner Pedas di Jogja Utara
Kuliner

Sleman Punya Entok Slenget Kang Tanir, Kuliner Pedas di Jogja Utara

20 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.