Sulitnya mencari pasokan iwak kali saat ini
Salah satu kebiasaan saya makan Warung Iwak Kali Bu Jasman adalah memberikan taburan udang kali goreng yang kecil-kecil ke sayur bobor atau sayur lembayung. Sayang, udang goreng itu tidak ada. Selain karena bukan musimnya, saat ini sulit mencari pasokan iwak kali.
“Sekarang susah cari pasokan iwak kali, apalagi kemarin pandemi, sekarang kami dalam posisi bertahan saja,” kata Suranto. Wader pari yang dulu mudah dicari sekarang juga bukan hal mudah untuk didapatkan.
“Ini ikan dari Waduk Gajah Mungkur, orang sana nyebutnya ikan lukas,” kata Suranto menunjukkan ikan di dalam piring yang digoreng kering. Awalnya saya mengira wader kali, tapi setelah saya amati memang sedikit berbeda.
Belut goreng atau mangut belut yang dulu saya ingat ada, juga tak tampak. Namun, untuk sayur-sayur terbilang komplit, dari brongkos, bobor, oseng pare, oseng dan bunga daun pepaya dan beberapa sayur lain.
“Pak Bondan Winarno itu kalau kesini suka sekali sama brongkos lauknya wader. Sudah beberapa kali kesini. Dulu juga artis-artis sering mampir ke warung kami,” kata Suranto.
Pesan dari Emha Ainun Najib yang terpaksa dilanggar
Saking larisnya, akhirnya dari yang semula ngontrak, Mbah Jasman membeli rumah dan tanah tempat Warung Iwak Kali Bu Jasman itu berdiri.
Dulu salah satu pelanggan setia warung ini adalah Emha Ainun Najib dan anggota Kiai Kanjeng. “Emha itu dulu kalau ke sini bawa rombongan, bisa sampai 50 orang,” kata Suranto. Selain datang dengan timnya, Suranto juga melihat saat Emha datang membawa mertua atau orang tua Novia Kolopaking.
Suranto lantas menceritakan, pesan dari Emha untuk keluarganya. Salah satu pesannya adalah jangan mengubah desain rumah tempat jualan. Saat itu, warung tempat jualan merupakan rumah zaman dulu.
Sayangnya karena terdesak kebutuhan karena anggota keluarga yang bertambah akhirnya warung sekaligus rumah itu dirombak menjadi dua lantai dan terlihat megah. “Waktu itu karena terdesak, nggak ada tempat tidur untuk anak-anak, sehingga warung dibongkar jadi bertingkat,” kata Suranto.
Rupanya entah kebetulan atau tidak, pelanggan Warung Iwak Kali Mbah Jasman berkurang. Suranto melihat, mungkin karena desain rumah jadi kelihatan megah orang jadi takut kalau mahal. “Tapi mungkin juga karena sekarang kan banyak juga warung-warung yang menjual iwak kali, selain itu mencari bahan baku sekarang juga tidak mudah,” kata Suranto.
Suranto mengaku sudah lama Emha tidak makan di tempatnya. Hanya adik-adiknya yang kadang makan di Warung Iwak Kali Bu Jasman.
Kondisi paling berat dirasakan keluarga Suranto tentu saja saat pandemi. Saat ini kondisi pengunjung belum seramai sebelum pandemi. Ia dan putrinya akan berusaha membuka warung tersebut, karena bagaimanapun ini adalah usaha warisan yang harus terus dipertahankan.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Mencari Kenyang di Baceman Pak Sukro Tepi Kali Progo
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News