Menerima uang beasiswa KIP Kuliah seharusnya menjadi kelegaan bagi Ando (21), bukan nama sebenarnya, seorang mahasiswa di sebuah universitas negeri di Surabaya. Sebab, bayangannya, dia bisa membiayai kuliah dan hidupnya sendiri dari uang tersebut. Namun, nyatanya tidak demikian.
***
Kalau hisapan rokoknya sudah dalam. Apalagi kalau sudah nyepur (nyambung terus berbatang-batang), mesti ada situasi atau kabar tak menyenangkan dari rumah.
“Nggak ikut berbuat, tapi harus ikut bertanggung jawab,” begitu Ando menggambarkan posisi dirinya.
Untuk gambaran umumnya, posisi Ando kurang lebih mirip dengan posisi Kaluna dalam novel dan film Home Sweet Loan.
Jalan terjal untuk kuliah di universitas Surabaya
Ando anak terakhir dari tiga bersaudara. Jalan Ando untuk kuliah benar-benar tidak mudah. Pasalnya, orangtua dan kedua kakaknya sempat tidak setuju kalau dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Sejak SMA di Nganjuk, Jawa Timur, Ando sudah mengincar kuliah di sebuah universitas negeri di Surabaya. Maka, meski tidak mendapat persetujuan, Ando tetap bertekad untuk kuliah di sana.
“Mereka khawatir aku akan membebani mereka. Karena dalam benak mereka, kuliah itu butuh biaya besar,” ungkapnya membagi ceritanya kepada Mojok, Oktober 2024 lalu.
Waktu itu, Ando tak mau banyak menjelaskan terlebih dulu. Dia mencoba mendaftar beasiswa KIP Kuliah. Jika keterima, Ando akan lanjut kuliah. Tapi kalau tidak, dia sudah mempersiapkan opsi untuk bekerja.
“Ternyata keterima. Baru kujelaskan ke mereka. Karena aku nggak bakal minta biaya sepeser pun dari mereka, akhirnya mereka tidak punya alasan untuk tidak setuju dengan mimpiku,” tutur Ando.
Tak bisa menikmati uang KIP Kuliah
Pada 2021, Ando mulai merantau ke Surabaya. Menjadi mahasiswa.
Awalnya, dia membayangkan bisa memanajemen uang dari KIP Kuliah dengan sebaik-baiknya. Menyisihkan sebagian untuk membeli hal-hal yang dulu ingin dia miliki tapi tak terbeli, seperti laptop, smartphone, dan lain-lain.
“Ternyata nggak begitu. Uangku sebagian banyak lari ke rumah,” terang Ando.
Sebab, setiap di rumahnya ada kekurangan biaya, maka orangtuanya akan menghutang uang dari Ando.
Sebenarnya dua kakak Ando sudah bekerja. Dari kedua kakak Ando, baginya, kakak pertamanya lah yang punya kepedulian besar untuk membantu kebutuhan rumah. Hanya saja, gaji kerjanya di Nganjuk tidak mencukupi. Terlalu kecil.
Sementara pekerjaan kakak keduanya serabutan. Tidak menentu. Malah lebih banyak nganggurnya. Alhasil, kakak kedua Ando masih sering minta uang ke orangtua.
“Aku udah nggak pernah minta uang lagi,” kata Ando.
“Kalau uang sudah diutang oleh orang rumah, ya mau nggak mau aku harus hidup prihatin di Surabaya. Nyari makan paling murah. Rokok beli yang ilegal. Bahkan sering makan sehari sekali untuk mensiasati agar uangku cukup,” sambung mahasiswa di sebuah universitas di Surabaya tersebut.
Kehabisan uang? Sudah tak terhitung. Dengan begitu, solusi Ando adalah utang ke beberapa teman baiknya.
Uang KIP Kuliah untuk nebus kakak di penjara
Situasi itu sebenarnya membuat Ando kesal. Maklum saja. Dulu dia mau kuliah sempat “dihalangi” karena ditakutkan jadi beban.
Kini ketika dia bisa kuliah dengan usaha sendiri, eh malah orang-orang rumahnya yang rasanya membebani dan nyerimpeti (merecoki) hidup Ando.
Namun, rasa kesal itu selalu bisa Ando atasi. Jika dia, sebagai anak bungsu, harus mengambil tanggung jawab itu, tidak masalah. Itu malah jadi pembuktian bagi Ando kalau dia bisa berguna.
Akan tetapi, ada dua momen yang membuatnya memendam amarah luar biasa. Dia sampai tidak bisa berkata-kata.
“2023, waktu aku semester 5, kakak keduaku terlibat mukuli orang. Dia ditahan. Ibu menelponku. Nggak cuma mengabari, tapi juga minta bantuan. Utang sebagian uang KIP Kuliah-ku buat nebus agar kakakku bebas.” Saat bercerita bagian ini, tampak betul Ando memendam amarah. Dia berkali-kali menghela nafas berat.
Pulang yang tak menyenangkan
Sialnya, kejadian serupa diulangi lagi oleh kakak keduanya pada pertengahan 2024.
Suatu hari di pertengahan 2024, Ando pulang untuk sekadar mengingatkan kalau dirinya masih punya keluarga yang utuh. Namun, dia malah menyesali keputusannya untuk pulang tersebut.
“Kakakku ditahan di kantor polisi lagi. Karena jadi kurir pil koplo. Kakakku ngomongnya dijebak. Entah betul atau nggak. Bagiku, ya bebal dan goblok aja dia. Dua kali, loh,” ujar Ando dengan dengus kesal.
Ando sebenarnya nyaris tidak mau peduli. Mendengar kabar itu, dia malah bersiap untuk langsung pergi dari rumah. Tapi ibunya memelas, meminta bantuan Ando, agar Ando merelakan sebagian uang KIP Kuliah-nya untuk menebus sang kakak. Karena angka tebusannya lumayan besar untuk ukuran keluarganya.
“Kakak keduaku itu entah kenapa jadi kesayangan ibuku. Padahal beban. Tapi ya sudah, aku nggak tega dengan ibuku. Kukasih sebagian uangku,” terang Ando.
Hari-hari setelahnya, pulang menjadi sesuatu yang akhirnya Ando hindari. Alasan terkuatnya, dia tak mau bersinggungan atau sekadar bertatap wajah dengan kakak keduanya.
Sesekali jika Ando pulang, sang kakak memang tampak mencoba akrab dengan Ando. Mungkin karena diselimuti rasa berutang budi pada Ando. Akan tetapi, Ando bergeming. Merespons sekadarnya. Sebab, Ando tahu, karena sudah terlanjur dimanja oleh ibunya, kakak keduanya sulit untuk berubah.
Pergi yang jauh, jangan sering pulang
Di penghujung 2024, Ando baru saja mengumpulkan uang dari proyek yang dia ikuti. Ditambah cairan uang KIP Kuliah. Dengan kata lain, Ando sedang pegang banyak uang.
Ando lantas menyusun beberapa list barang yang pengin dia beli. Sayangnya, list itu buyar seketika ketika dia menerima telepon dari ibunya.
“Kakakmu (kakak kedua Ando) akan lamaran, lalu menikah…,” pada bagian ketika sang ibu mengabarkan hal tersebut, Ando sudah menebak arahnya: Ando akan turut ambil bagian dalam mendanai lamaran hingga pernikahan sang kakak.
“Entah sampai kapan ibuku akan terus memanjakannya. Sementara dia, kakak keduaku, kerja saja nggak jelas. Nggak punya ijazah. Dulu sekolah cuma sampai SMP. Disuruh sampai SMA nggak mau,” gerutu Ando.
Lamaran sudah berlangsung. Kini tinggal menunggu hari pernikahan. Ando masih akan membantu biayanya. Hanya saja, dia mulai berpikir untuk lekas merampungkan kuliahnya di sebuah universitas Surabaya.
Setelahnya, Ando ingin pergi sejauh-jauhnya untuk mencari kerja. Pergi yang jauh, dan jangan sering pulang (plesetan dari film Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang).
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Teganya Mahasiswa KIP Kuliah di Kampus Surabaya, Setelah Bisa Hidup Hedon Malah Telantarkan Bapak Ibu yang Miskin, Balas Dendam karena Dulu Minta Apa-Apa Tak Pernah Dituruti atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan