Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Penderitaan Orang Tua Saat Anaknya Ikut PKKMB, Terpaksa Utang Tetangga karena Kebutuhan Banyak

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
6 Agustus 2025
A A
PKKMB, PTN.MOJOK.CO

Ilustrasi PKKMB (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di balik rasa bangga mahasiswa lolos PTN, ada orang yang nelangsa dibuatnya. Ya, mereka adalah orang tua yang harus rela pontang-panting cari duit hingga utang ke tetangga, demi memenuhi kebutuhan PKKMB yang sebenarnya tak penting-penting amat.

***

Sejak SMA, Hani* (21) memang terkenal sebagai anak yang pintar. Ranking kelasnya tak pernah keluar dari lima besar. Nilai ujiannya pun masuk 10 besar tertinggi di sekolahnya.

Oleh karena itu, saat pengumuman SNBT 2024 keluar, tak ada yang kaget nama Hani terpampang sebagai siswa yang lolos ke PTN. Baik teman-temannya, guru, hingga tetangga, sudah menduga kalau Hani bakal lolos.

“Tapi dari semua orang yang ngucapin selamat pas itu, nggak ada yang melebih kebahagiaan pas ibu sujud syukur,” ungkap perempuan asal Kebumen ini, yang dengan senang hati membagikan kisahnya kepada Mojok, Senin (6/8/2025) malam.

Hani lolos ke salah satu PTN ternama di Jogja. Kebanggan itu semakin besar karena ia juga lolos di pilihan pertama SNBT alias jurusan yang benar-benar diidam-idamkan.

Menikmati proses persiapan masuk kampus bersama teman-teman baru

Kebahagiaan Hani benar-benar tak terbendung. Apalagi saat ia mulai mengikuti rangkaian acara menjelang PKKMB. Saat itu, ia sudah sah menjadi perantau, karena selama persiapan agenda pengenalan kehidupan kampus, ia sudah ngekos.

Ia mengaku begitu menikmati setiap prosesnya. Bukan karena tugas-tugas yang diberikan, melainkan karena bertemu dengan banyak teman baru. 

“Teman-teman gugus [kelompok PKKMB] yang awalnya kami cuma guyonan di WA Group, akhirnya bertemu langsung. Senang rasanya punya teman-teman baru,” ujarnya.

Bersama kelompoknya itu, Hani menghabiskan waktu, baik di kampus maupun di luar kampus. Mereka semua mempersiapkan segala kebutuhan menjelang PKKMB, seperti bonding, bikin yel-yel, kerja kelompok bikin atribut, hingga latihan buat pentas seni.

“Rasanya nggak lelah karena memang menyenangkan,” ungkap Hani.

Setelah dipikir, PKKMB itu boros dan banyak atribut nggak berguna

Namun, di tengah euforia itu, Hani menyadari satu hal: ternyata persiapan PKKMB memakan banyak biaya. Itu pun baru persiapan, belum di hari H.

Beberapa hari sekali, ia dan teman-temannya harus patungan untuk membeli barang-barang saat membuat atribut buat kelompok. Dan, itu tidak murah.

“Hari Senin patungan 50, biasanya Rabu atau Kamis patungan lagi 50. Itu baru yang kehitung ya,” kata dia.

Iklan

Bahkan, bagi Hani, itu juga baru untuk kebutuhan kelompok di tingkat fakultas. Sementara ia juga punya kelompok PKKMB di tingkat jurusan yang kebutuhannya tak kalah banyak.

“Belum juga menghitung berapa kebutuhan pribadiku, kayak kewajiban membeli beberapa pasang pakaian baru, ikat pinggan baru, sepatu baru, dan banyak atribut lain.”

Lebih kaget lagi, saat ia melihat list kebutuhan di hari H PKKMB (total ada 5 hari), barang-barang yang harus dibeli makin banyak. Pengeluarannya pun semakin membengkak, meskipun ia tak sepenuhnya paham barang-barang itu dibeli untuk apa.

“Banyak barang aneh kayak lightstick, laser, itu buat apa?” tegasnya, dengan penuh kebingungan.

Membeli perlengkapan PKKMB dari hasil utang tetangga

Sebenarnya, ada perasaan tak enak bagi Hani tiap kali ia minta transferan ke orang tua. Ia paham bapak dan ibunya adalah pekerja keras. Namun, ia juga tahu kalau gaji mereka sebagai buruh pabrik itu amat pas-pasan.

Apalagi, ia bukan satu-satunya “beban” orang tua. Masih ada dua adiknya yang masing-masing kelas 4 SD dan SMP.

“Kayak aku merasa jadi beban sesungguhnya di keluarga,” katanya. “Dikit-dikit minta transfer, padahal mereka sudah nanggung uang saku dan kosku. Aku kayak cuma asal meras aja.”

Satu hal yang Hani ketahui: orang tuanya tak pernah bilang “tidak” saat ia sudah meminta. Tiap kali ia minta uang buat kebutuhan PKKMB, orang tuanya selalu bilang “aman kok”, “ada kok”, atau “udah, nggak usah dipikirin”.

Padahal, Hani juga tahu kalau orang tuanya kerap berada di posisi tak punya uang dan terpaksa utang ke tetangga untuk membeli kebutuhan PKKMB-nya.

“Di posisi itu aku merasa benar-benar kayak orang jahat. Kayak maksa orang tua utang cuma buat beli barang-barang nggak penting,” tegasnya.

Masih pentingkah PKKMB?

Alhasil, Hani pun makin overthinking: Apakah benar ia beban keluarga? Apakah benar kalau orang tuanya cuma pura-pura bangga padanya? Atau, lebih penting lagi, apakah memang PKKMB masih penting?

Hani berpendapat, PKKMB merupakan kegiatan yang penting dan krusial bagi mahasiswa baru. Sebab, mau tak mau, itu menjadi sarana bagi mahasiswa buat lebih mengenal lingkungan barunya.

Namun, yang ia kritisi adalah, atribut dan agenda tak berguna yang terkesan dipaksakan. Bagi orang yang mampu secara finansial, itu tak jadi masalah. Tapi bagi dirinya yang serba pas-pasan, tentu itu menjadi beban.

Dan, bagi Hani, yang lebih terbebani adalah orang tuanya.

“Ya, PKKMB itu penting, bahkan sangat penting. Tapi saranku sih, kurangi kegiatan nggak berguna dan memakan banyak duit. Nggak semua orang itu tajir soalnya,” pungkas Hani.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Mahasiswa PTN Bohong ke Orang Tua, Mengaku Dapat Beasiswa padahal Diam-Diam Kuliah Sambil Kerja demi Gelar Sarjana atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 7 Agustus 2025 oleh

Tags: kegiatan pkkmbMahasiswa Jogjamasuk ptnOspekpilihan redaksiPKKMBPTNPTN Jogja
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.