Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Nestapa Mahasiswa UNAIR Surabaya: Berhasil Lulus Kuliah di Detik Akhir Menjelang DO, Tapi Ibunya Meninggal Sebelum Dia Wisuda

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
4 April 2024
A A
Mahasiswa PTN Surabaya Lulus Sarjana di Semester 14, Berhasil Melawan Depresi Meski Wisuda Sendirian Karena Teman Seangkatan Sudah Habis.mojok.co

Ilustrasi Mahasiswa PTN Surabaya Lulus Sarjana di Semester 14, Berhasil Melawan Depresi Meski Wisuda Sendirian Karena Teman Seangkatan Sudah Habis (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kuliah hingga 14 semester membuat mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya berada dalam bayang-bayang drop out (DO). Demi membahagiakan sang ibu, ia harus berjuang mati-matian untuk bisa lulus kuliah. Sayangnya, saat sudah berhasil meraihnya, sang ibu meninggal dunia hanya sebulan sebelum dia wisuda.

***

Penyesalan memang selalu datang belakangan, termasuk dalam urusan perkuliahan. Seandainya saja Mahmud* (25) lebih serius, mungkin kuliahnya tak akan molor hingga tujuh tahun atau 14 semester.

Dengan begitu, ia bisa lulus lebih cepat. Sang ibu yang menjadi satu-satunya sumber kebahagiaannya pun bisa menyaksikan dengan bangga anaknya lulus kuliah, memakai toga, dan menyandang gelar sarjana.

“Tapi itu semua hancur gara-gara kebodohanku sendiri,” sesal Mahmud, saat Mojok hubungi pada Minggu (31/3/2024).

Mahmud sendiri merupakan mahasiswa UNAIR angkatan 2016. Ia lulus di tahun terakhir kuliah sebelum DO, yakni pada pertengahan 2023 lalu. Prosesi wisudanya pun rencananya akan berlangsung pada Desember 2023. Sayangnya, ia menolak mengikuti acara seremonial tersebut karena merasa tak ada lagi yang bisa dirayakan.

“Aku memutuskan buat enggak datang wisuda saja. Hambar rasanya perayaan kelulusan enggak ada ibu,” kisah Mahmud. “Semua itu udah enggak berarti lagi,” sambungnya.

Menyesal karena kuliah tak serius hingga telat lulus dari UNAIR

Mahmud mengaku sangat menyesal tak terlalu menganggap serius kuliah di UNAIR. Padahal, kalau boleh kita bilang, jalan masuknya ke salah satu PTN terbaik di Surabaya ini cukup lancar.

Mahasiswa asal Jawa Barat ini masuk UNAIR melalui SNMPTN 2016 (sekarang SNBP), alias jalur tanpa tes. Berbekal nilai rapot yang sebenarnya pas-pasan, peringkat 10 di kelas saat SMA, dan beberapa sertifikat keikutsertaan Olimpiade Siswa Nasional (OSN), Mahmud diterima di salah satu prodi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Sayangnya, kemudahan itu bikin dia terlena. Apalagi, kehidupan perkuliahan yang serba bebas dan pertama kali jauh dari rumah, membuat kehidupannya lebih banyak terisi dengan ngopi, mabar, dan nongkrong, alih-alih belajar.

“Padahal di prodiku ini terkenal asal isi presensi pasti dapat nilai B. Aman lah itu itungannya, jadi enggak perlu pinter-pinter banget, cukup rajin,” jelasnya. “Tapi aku seringnya bolos kuliah gara-gara terlena tongkrongan.”

Alhasil, Mahmud jadi sering mengulang mata kuliah di tahun berikutnya. Masalahnya, kebiasaan lama yang buruk tadi tak kunjung ia tinggalkan. Ujung-ujungnya ia harus kembali mengulang di tahun berikutnya dan begitupun seterusnya, hingga kuliahnya molor 14 semester.

Selalu bohong ke ibu kalau kuliah lancar

Orang tua Mahmud sudah bercerai sejak ia masih SMP. Meski hubungan dia dan kedua orang tuanya masih baik-baik saja, ia mengaku lebih dekat secara personal dengan ibunya. 

“Karena aku tinggal di rumah ibuku dan sejak remaja beliau merawatku. Kalau ayah jarang ketemu karena di luar kota, meski soal biaya kuliah dia masih ikut menafkahi,” jelasnya.

Iklan

Maka dari itu, Mahmud pun tak pernah sampai hati buat menceritakan kenyataan yang membuat ibunya sedih. Salah satunya soal kuliahnya yang molor. Mahmud selalu bercerita, alasan dia tak lulus-lulus karena alasan pandemi. Katanya, di UNAIR memang susah bagi mahasiswa buat lulus karena semua aktivitas dibatasi.

“Enggak mungkin aku cerita kalau kuliah molor gara-gara sering bolos. Bisa kecewa beliau,” ujarnya.

Namun, ia tak akan pernah menyangka, setelah pandemi kondisi kesehatan ibunya tak sama lagi. Ia jadi sering sakit-sakitan. Bahkan, kalau biasanya minum obat warung saja sudah sembuh, kini ibunya jadi sering bolak-balik rumah sakit.

“Ibuku dulu pernah Covid, tapi sembuh. Setelah Covid selesai, sejak awal 2023-an paman ngabarin kalau ibu memang sering masuk RS.”

Lulus saat ibunya sudah tak berdaya lagi

Sejak kondisi kesehatan ibunya memburuk, pikiran Mahmud terbagi. Antara cemas memikirkan kesehatan ibunya, dan bingung setengah mampus karena ia juga harus ngebut buat menyelesaikan studinya di UNAIR.

Kalau saja tahun tersebut Mahmud tak bisa lulus, sudah dipastikan dia bakal DO. Di jurusannya sendiri, beberapa kakak tingkat mengalaminya. Nasib mereka pun berujung jadi pengangguran, atau kalau beruntung keluarganya kaya bisa lanjut ke PTS.

Karena tak ada opsi selain lulus, Mahmud memfokuskan diri buat meraih kelulusannya. Ia jadi jarang pulang menengok ibunya. Hingga akhirnya, pada pertengahan 2023, pamannya mengabari kalau kondisi ibunya semakin memburuk.

“Itu nyaris barengan dengan Yudisium. Aku emang niatnya mau kasih kejutan ke ibu, makanya enggak ngabarin. Tapi baru bahagia sebentar, orang rumah ngasih kabar ibu lagi kritis.”

Mahmud pun memutuskan untuk pulang. Benar saja, ibunya sudah tak bisa diajak bicara. Memang, beberapa kali dokter memperbolehkan ibunya pulang, meski akhirnya harus balik lagi ke RS karena kondisinya kembali memburuk. Hingga akhirnya, sekitar November 2023, Tuhan mengambil ibunya.

“Aku belum sempat ngomong ke ibu, ‘Bu, anakmu dah jadi sarjana, nanti kalau ibu sehat, datang ke wisuda anakmu’. Tapi Tuhan memang sayang ibuku. Meski aku menyesal setengah mati,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Suara Hati Lulusan PGSD UNY, Jurusan Favorit Tapi Masa Depan Lulusannya Suram: Sudah Jadi Honorer, Masih Disikut PPPK

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 5 April 2024 oleh

Tags: DOdrop outmahasiswa surabayamahasiswa unairmeninggalSurabayaunair
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit MOJOK.CO
Ragam

Rela Patungan demi Ikut Kompetisi Futsal di Jogja, UBAYA Berikan Penampilan Terbaik meski Harus Menerima Kenyataan Pahit

10 November 2025
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Kampus

Kisah Wisudawan UNJ Nyaris Drop Out Kuliah karena Fakta Mengejutkan dari Sang Ayah soal Ibu yang Sudah Tiada

3 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.