Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Derita Orang Bandung Nyasar Kuliah di Padang, Tersiksa Nggak Bisa Makan Seblak hingga Badan Remuk karena Naik Bus

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
3 April 2024
A A
Orang Bandung Tersiksa Kuliah di Padang MOJOK.CO

Ilustrasi - Orang Bandung tersiksa kuliah di Padang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Berawal dari iseng-iseng, Rubaiah (20), wanita asal Bandung, Jawa Barat justru terlempar jauh ke Padang, Sumatera Barat. Kondisi yang membuatnya kerap kali merasa tersiksa. Semua barawal dari penolakan-penolakan yang Rubaiah terima saat mendaftar di beberapa PTN dan PTS di Bandung.

Saat lulus SMA pada 2022 lalu, Rubaiah sebenarnya berniat untuk kuliah di PTN di Bandung saja, seperti teman-temannya pada umumnya. Sayangnya, perjalanan Rubaiah tak semulus teman-temannya yang lain. Ia tak lolos satupun PTN di Bandung. Mencoba mendaftar PTS pun hasilnya sama. Alhasil, Rubaiah sempat tak berhasarat unuk lanjut kuliah.

Sampai akhirnya, seorang teman akrab Rubaiah mengajaknya mendaftar di salah satu PTN di Padang. Rubaiah sebenarnya mendaftarnya dengan ogah-ogahan. Penolakan demi penolakan membuatnya menjadi pesimis.

Namun, kata Rubaiah, nasib memang penuh dengan kejutan. Ia keterima di salah satu PTN di Padang tersebut. Ia keterima di program studi Sastra Indonesia.

“Aku sama sekali nggak tahu tentang Padang. Tapi setelah diskusi dengan keluarga dan pertimbangan daripada nggak kuliah, ya sudah aku akhirnya berangkat,” ujar Rubaiah saat Mojok hubungi, Selasa (2/3/2024) siang WIB.

Plonga-plongo kuliah di Padang

Sebagai orang Bandung yang kuliah di Padang, tentu tidak mudah bagi Rubaiah. Lebih-lebih ia sangat minim pengetahuan tentang Padang. Tak ada kerabat pula di sana. Ia benar-benar harus beradaptasi sendiri sejak awal menginjakkan kaki di kota tersebut.

Dalam perkuliahan kerap kali Rubaiah menjadi plonga-plongo lantaran banyak dosen yang membahas mengenai Sumatera Barat. Apalagi kalau ada teman atau dosen yang menggunakan bahasa Minang, Rubaiah jadi mempertanyakaan keputusannya untuk kuliah di Padang.

“Jujur, semester pertama sangat berat untuk dilalui. Perbedaan kultur di kampung halaman dan disini sangat terasa, sehingga saya harus ekstra untuk beradaptasi,” ujarnya.

Belum lagi perbedaan-perbedaan lain seperti cuaca, di mana Padang tentu lebih panas ketimbang di Bandung. Perbedaan tersebut jelas membuat Rubaiah agak tersiksa. Lalu soal makanan yang mana lidah Rubaiah masih sulit menerima makanan-makanan Padang.

“Mana selama empat semester ini nggak nemu seblak lagi,” ucap Rubaiah.

“Culture shcok juga dengan suara orang-orang yang cenderung pakai nada tinggi. Awalnya kupikir kasar dan emosian. Ternyata nada bicaranya memang seperti itu,” sambung perempuan asli Bandung tersebut.

Tersiksa setiap hendak pulang ke Bandung

Jarak yang membentang begitu jauh antara Bandung-Padang pun turut membuat Rubaiah merasa tersiksa. Sebab, dengan jarak tempuh sejauh itu, ia akhirnya tak bisa leluasa untuk pulang kampung.

Ia hanya bisa pulang di momen libur semester atau libur lebaran saja. Itu pun masih tak pasti karena mempertimbangkan ongkos yang cukup mahal.

Sekali bisa pulang, Rubaiah yang sering memilih jalur darat: naik bus dari Padang ke Bandung (juga sebaliknya) harus mengalami “siksaan perjalanan” yang membuatnya lagi-lagi menyalahkan keputusannya kuliah di Padang.

Iklan

“Perjalanan dua hari dalam bus membuat badanku terasa remuk,” keluh Rubaiah.

“Terus kalau sudah di kapal, rasanya nggak tahan. Kepala pusing, akhirnya muntah,” sambungnya.

Penderitaan pulang kampung dari Padang ke Bandung tersebut, kata Rubaiah, masih terus berlanjut. Sebab, setiba di Bandung pun ia masih harus melewati perjalanan panjang lagi untuk sampai di kampung halamannya di ujung Bandung Barat.

“Aku harus naik ojek dua kali untuk sampai di rumah,” jelas Rubaiah.

“Sudahlah badan remuk dua hari dalam bus, ditambah dua kali naik ojek dengan durasi dua jam. Jalanan yang aku lewati nggak mulus pula,” bebernya.

Tetap ingin tuntaskan kuliah di Padang

Hingga empat semester ini, sudah tak terhitung berapa kali Rubaiah menyesali keputusannya kuliah di Padang dan berpikir untuk berhenti saja; balik ke Bandung.

Ia sudah tidak tak tahan. Apalagi ia merasa jarak Padang-Bandung yang kelewat jauh itu membuatnya kehilangan banyak momen penting bersama keluarga dan orang-orang terdekat.

“Aku sangat sedih ketika harus melewatkan hari bahagia saudara dan teman misalnya ketika mereka menikah. Aku cuma bisa melihat foto aja,” gerutu Rubaiah.

Rubaiah akan merasa sangat-sangat sedih jika berkaitkan dengan sang adik. Rubaiah merasa nyesek karena harus berpisah dengan sang adik yang saat ini masih berusia dua tahun. Ia merasa kehilangan momen penting melihat sang adik tumbuh dan berkembang.

“Tetapi, mau bagaimana lagi, berhenti di tengah jalan malah membuat semakin rumit,” ungkap Rubaiah.

Oleh karena itu, Rubaiah saat ini masih terus mencoba membetah-betahkan diri kuliah di Padang. Ia bertekad akan menuntaskan apa yang ia pilih tersebut. Meski sesekali sambil menyesal dan menganggapnya sebagai keputusan yang salah.

Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Pembina Pramuka, Profesi Penyelamat dari Ngenesnya Jadi Guru Honorer tapi Terancam Bernasib Pahit Gara-Gara Pemerintah

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 3 April 2024 oleh

Tags: Bandungculture shock di padangkampus di bandungkampus di padangkuliah di padangPadangpilihan redaksiptn di bandungptn di padang
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.