Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Mahasiswa Bidikmisi ITS Pindah Kampus Gara-Gara Tak Betah di Surabaya, Lanjut Kuliah di Jogja Malah Terancam DO

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
8 April 2024
A A
Curhatan Mahasiswa D3 Unsoed, UKT Selangit tapi Cuma Dapat Kursi Majapahit: Kudu Rela Keluarin Belasan Juta per Semester Buat Jurusan Akreditasi B.mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dua tahun adalah jangka waktu Andi* (26) mampu bertahan di Surabaya. Mulai kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 2016, ia sudah harus meninggalkan kampus impiannya itu pada 2018.

Barangkali, keputusannya ini bakal dia sesali seumur hidup. Sebab, selain telah mengubur mimpinya kuliah di Kota Pahlawan, Andi juga menyia-nyiakan beasiswa Bidikmisinya. Pun, di tempat baru, tak ada jaminan buat hidup yang lebih baik ketimbang di Surabaya.

“Waktu itu memang mikirnya harus pergi aja. Cabut dulu dari Surabaya karena ngerasa udah enggak sehat buat mentalku,” kenang Andi, menceritakan keputusannya keluar dari ITS kepada Mojok, Sabtu (6/4/2024).

Memilih ITS karena kegocek omongan orang soal citra baik Surabaya

Pada 2016 lalu, Andi mantap mengklik salah satu program studi di Fakultas Teknologi Kelautan ITS pada pilihan pertama di SNBT (dulu SBMPTN). Kuliah di salah satu kampus paling elite Surabaya ini memang menjadi impian mahasiswa asal Jawa Barat ini.

Alasannya sederhana: selama ini, Surabaya punya citra yang cukup bagus. Setidaknya, dari yang disampaikan beberapa teman dan guru di sekolahnya semasa SMA, “Surabaya adalah kota serba ada”. Ia adalah miniatur Jakarta, dengan orang-orangnya yang lebih ramah.

“Kalau kata guruku, yang memang dulu lulusan sana [ITS], Surabaya ini Jakarta versi santun,” ujar eks mahasiswa ITS ini. 

Jika membandingkan kota asalnya dengan “Surabaya versi omongan orang”,  laiknya bumi dan langit. Di tempat tinggal Andi, semua serba susah. Tempat hiburan jauh, kalau ingin nge-mall kudu ke luar kota. Di sana juga enggak ada kampus negeri, sehingga nuansa kota pendidikan sangat kurang.

Sementara di Surabaya, ada banyak mal yang bisa dikunjungi. Tempat hiburan juga merata hampir ke penjuru kota. Adapun untuk nuansa kota pendidikan, kota ini sebelas dua belas lah dengan Jogja. 

“Doktrin-doktrin itu yang bikin aku mantap pilih Surabaya. Paling enggak kalau gagal ke ITS, cari kampus swasta di sana pun enggak apa-apa,” tegasnya.

Tak ada keramahan di Surabaya, nuansa Kota Pendidikan pun cuma omong kosong

Seperti yang ia Andi harapkan, ia berhasil lolos SNBT di ITS. Beruntungnya lagi, ia diterima dengan beasiswa Bidikmisi. Alhasil, uang kuliahnya selama 8 semester di ITS bakal ditanggung pemerintah. Tiap bulan, Andi juga masih bakal menerima uang saku Rp600 ribu.

Sebagai mahasiswa perantau, kuliah di PTN dengan beasiswa jelas menjadi privilese. Apalagi, ia juga berkuliah di kota yang lama diimpikan. “Rasanya enggak ada orang yang lebih bahagia dariku muncul pengumuman SBMPTN, ‘selamat Anda lolos ITS’,” kata Andi.

Sayangnya, kebahagian ini cuma bertahan beberapa bulan saja. Seiring berjalannya waktu, citra baik Surabaya seperti yang digembar-gemborkan di awal tadi, belum ia rasakan. 

Malahan, yang ada hanya Surabaya yang penuh dengan orang-orang pemarah, macet di mana-mana, dan semua hal yang serba mahal. “Benar-benar miniatur Jakarta, sih. Kalau siang macet, panas, kalau hujan tetap aja banjir. Mana orang-orangnya gampang banget ngomong kasar.”

Baca halaman selanjutnya…

Iklan

Budaya “mbacem” alias contek-menyontek di ITS sudah sangat parah. Bikin enggak betah.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 8 April 2024 oleh

Tags: ITSJogjamahasiswa bidikmisi itsmahasiswa itsmahasiswa ugmmahasiswa ugm terancam doSurabayaUGM
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.