Penolakan yang berujung rasa syukur: bisa keliling Indonesia, menemukan jati diri, hingga jodoh
Selepas lulus, ia pun masih merasa galau. Menganggur selama hampir enam bulan membuatnya banyak pikiran. Sampai akhirnya, ia dapat kerja di salah satu media besar di Jakarta.
Pekerjaan itu membuatnya bisa dapat kesempatan berkeliling Indonesia. Belum setahun bekerja, ia sudah terbang ke Maluku, NTB, dan beberapa daerah lain yang tak ia bayangkan sebelumnya.
“Kalau aku kuliah kedokteran, sampai sekarang masih berkutat di kelas dan belum lulus. Rasanya, memang bersyukur nggak jadi masuk UGM. Sudah takdirnya,” katanya.
“Bisa ketemu Jokowi dan orang penting lainnya. Ya tetangga dan saudara yang underestimate awalnya, jadi mengakui kalau pilihanku nggak salah juga,” imbuhnya tertawa.
Imam (24) juga mengaku tidak menyesal gagal masuk UGM. Terlebih, setelah menyadari bahwa kampus tersebut juga punya berbagai kekurangan seperti halnya perguruan tinggi lain.
Setelah akhirnya kuliah di kampus lain pascakegagalan berulang kali, ia akhirnya menyadari dulu ingin masuk UGM hanya karena kampusnya. Bukan karena jurusan studi yang ia rasa cocok dengannya.
“Kalau dipikir-pikir dulu inputnya juga jurusan yang nggak aku banget. Selain itu, UGM juga punya banyak kekurangan, beberapa kali ada kasus kekerasan seksual dan lainnya. Biasa saja,” katanya.
Kisah lain datang dari Mela (22), mahasiswa Fakultas Hukum di sebuah PTS Jogja. Dulunya, ia juga mimpi ke Fakultas Kedokteran UGM. Menurut perempuan asal luar Jawa ini, di daerahnya orang hanya mengenal UGM sebagai kampus bagus di Jogja.
“Aku tes tiga kali dari 2019-2021 dan gagal,” katanya.
Jalan takdir mempertemukan dengan jodoh di kampus lain
Namun, akhirnya ia sadar terlalu memaksakan diri. Justru di tempat kuliahnya sekarang yang awalnya jadi “tempat transir”, ia menemukan kenyamanan. Ia sadar, ternyata kampus lain di Jogja juga punya banyak keunggulan.
“Ya malah ketemu jodoh di sini,” kelakarnya. Meski masih pacaran, ia sudah menetapkan hati dengan kakak tingkat yang ia temui di kampus.
Terkadang, memang kegagalan membawa kepada kesadaran mendalam tentang apa yang sesungguhnya diinginkan. Hal itu juga dirasakan Akbar (24), dua tahun gagal menjajal UGM, ia justru akhirnya menemukan jurusan yang menurutnya tepat di PTN lain di Jogja.
“Dulu saat mengejar UGM itu ya memang utamanya melihat kampusnya. Tapi, setelah gagal aku jadi sadar bahwa paling utama adalah jurusannya. Bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita,” katanya.
Begitulah, UGM memang jadi daya tarik bagi calon mahasiswa. Namun, terkadang kegagalan untuk masuk ke sana adalah jalan yang tepat untuk hal baik dalam hidup.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Begitu Spesialnya UGM di Mata Banyak Orang, Ditolak Berkali-kali saat S1 Lanjut Mencoba Jenjang S2
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News