Rohman tampak masih bugar meski mengalami sedikit kesulitan ketika hendak mengunyah gorengan. Wajar saja, giginya sudah ompong. Namun, tubuh lansia Jogja yang saya taksir berusia 60-an tahun ini masih prima. Ia mengaku masih bisa melayani beberapa penumpang becaknya tiap hari tanpa merasa pegal atau ngilu otot.
“Masih bolak-balik dari kampung ke pasar. Saya seringnya ngantar dari (Pasar) Gading ke kampung-kampung sekitar, Mas. Setiap hari,” kata lansia Jogja ini ketika Mojok menjumpainya di sebuah angkringan kawasan Suryodiningratan, Selasa (6/5/2025).
Warga asli Kalurahan Suryadiningratan ini mengaku, mengayuh becak membuat kebugarannya tetap terjaga. Selain pundi-pundi nafkah, bagi Rohman, dengan menarik becak itu “menjaga kewarasannya”.
Kata dia, interaksi dengan penumpang, mengobrol bersama kawan seprofesi, dan memastikan kakinya selalu bergerak, adalah kunci mengapa di usia tua ia masih terlihat sehat walafiat.
“Tapi kan orang itu beda-beda ya, Mas. Apalagi kalau sudah sepuh. Cuma sedikit yang masih sehat,” ujar lelaki ini sambil sesekali menyeruput kopinya.
“Tapi ini, Mas, sebagai lansia saya itu tahu betul kalau mereka itu maunya cuma ketemu sama orang lain. Makanya ‘kan banyak orang-orang sepuh ngeyel, badan udah nggak sehat tapi masih pengen main keluar. Soalnya lansia itu bosan di rumah saja,” tukasnya, curhat.
Jogja, salah satu kota dengan lansia terbesar di Indonesia
Rohman, barangkali cuma menjadi gambaran kecil dari lansia yang hidup di perkotaan. Kebanyakan dari mereka memang masih ingin terlihat produktif–sesederhana apapun kegiatan yang mereka lakukan.
Di Indonesia sendiri, persentase penduduk usia di atas 60 tahun alias lansia–seperti Rahman–memang mengalami percepatan. Padahal, sejak era Orde Baru hingga Reformasi, laju percepatan kenaikannya cenderung melambat.
Sebagai misal, kalau menukil data Badan Pusat Statistik (BPS), pada masa Orde Baru kenaikan persentase proporsi penduduk lansia di Indonesia selalu berada di bawah 1 persen dalam kurun waktu lima tahun. Dari 5,4 persen (1980) menjadi 5,8 persen (1985), kemudian 6,3 persen (1990) ke (1995). Persentase ini nyaris tak berubah pada awal 2000-an.
Namun, sejak sepuluh tahun terakhir terjadi percepatan laju pertumbuhan penduduk lansia. Dari 7,6 persen (2010) menjadi 9,0 persen (2015). Dugaan BPS, selain karena meningkatnya usia harapan hidup seiring membaiknya akses layanan kesehatan, kondisi ini juga turut didorong oleh semakin kecilnya persentase penduduk pada usia balita yang mengalami tren penurunan sejak era Orde Baru hingga Reformasi.

Kondisi serupa juga dialami oleh Jogja. Sebagai informasi, Kota Jogja memiliki jumlah lansia terbesar di antara daerah lain di DIY. Porsi lansia di kota ini mencapai 9 persen dari total penduduk–dengan angka harapan hidup tinggi.
Secara spesifik, menurut data Bappeda Kota Jogja, jumlah lansia di kota ini pada tahun 2023 mencapai 60.750 jiwa. Menjadikannya salah satu kota dengan penduduk lansia terbesar se-Indonesia.
Pemkot Jogja berupaya membuat para sepuh lebih mandiri dan sejahtera
Melihat besarnya jumlah lansia di Kota Jogja, Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo pun melaunching Sekolah Lansia Sembada Padi kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) RW 08 di Kelurahan Suryodiningratan pada Senin (21/4/2025) lalu. Harapannya, dengan adanya sekolah lansia ini mampu menjadikan para lansia di Kota Jogja menjadi lebih mandiri, sejahtera, dan bahagia.

“Lansia ini jangan sampai menjadi beban, adanya sekolah ini sangat penting sekali karena di Kota Jogja ada sekitar 60.000 lansia, dan 1.068 di antaranya tidak bisa kemana-mana,” kata Hasto dalam sambutannya di Royal Brongto Hotel, saat melaunching sekolah lansia.
Sebagaimana dikatakan salah satu lansia di Suryadiningratan, Rohman, sejatinya para lansia itu masih ingin produktif. Mereka hanya akan bosan di rumah. Sayangnya, kegiatan yang bisa mereka lakukan memang sangat terbatas.
“Kalau kita tidak memberikan ilmu kepada lansia, mereka tidak bisa mandiri dan menjadi beban orang lain. Saya kira itu pentingnya kenapa lansia betul-betul diperhatikan di Kota Yogyakarta,” imbuh Hasto.
Jumlah lansia yang besar bisa jadi potensi, asalkan…
Sementara Kepala DP3AP2KB Kota Jogja, Retnoningtyas, berpendapat bahwa jumlah penduduk lansia yang besar berpotensi memberikan banyak benefit bagi suatu daerah. Asalkan, para lansia ini memang tetap dalam keadaan yang tangguh, sehat, dan tetap produktif.
Berkaca dari data BPS 2023, Usia Harapan Hidup (UHH) Kota Jogja adalah 73,2 tahun bagi laki-laki, sedangkan perempuan 76,8 tahun. Sehingga, rata-rata UHH Kota Jogja adalah 75 tahun, tertinggi secara nasional. Atas dasar inilah sekolah lansia dibentuk sebagai upaya komprehensif agar mereka tidak menjadi beban, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
“Oleh karena itu, dibutuhkan pembentukan dan pengembangan Sekolah Lansia di kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL),” ujarnya.

Sebagai informasi, BKL RW 08 Suryodiningratan Kemantren Mantrijeron, tempat sekolah lansia didirikan, merupakan salah satu kelompok bina keluarga lansia terbaik di Kota Jogja. Pada 2024 lalu, BKL RW 08 Suryodiningratan memperoleh peringkat satu dalam Lomba Bangga Kencana Kategori Stratifikasi Paripurna Unggul pada Kelompok Kegiatan BKL tingkat Kota Jogja.
Disambut baik banyak pihak
Meskipun baru mengetahuinya, Rohman sendiri mengaku senang dengan didirikannya sekolah lansia tersebut. Menurutnya, sekolah tersebut bakal menjadi wadah bagi para lansia, untuk setidaknya, dapat berkegiatan dan melakukan sesuatu yang produktif.
“Minimal orang-orang sepuh ini punya kegiatan, Mas. Biar mereka tidak bosan di rumah saja. Perlu juga ketemu orang lain,” ungkapnya.
Kepala Sekolah Lansia Sembada Padi, Siti Wahyuni, menjelaskan bahwa sekolah ini bakal diikuti oleh 50 peserta dengan usia tertua 85 tahun, dan yang termuda 61 tahun. Untuk proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) sendiri akan dilakukan satu kali dalam sebulan, dengan total 18 materi yang bakal diajarkan.
“Seluruh kegiatan dibiayai dari APBD. Hari ini materi yang diberikan adalah bagaimana menghadapi lansia, dan kami ingin semua peserta bisa merasa bahagia mengikuti pembelajaran ini.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Wisma Hartono Jogja Menyimpan Ruang Rahasia yang Menjadi Pelarian Anak Muda Zaman Dulu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.