“Kami, emak-emak, merasakan dampak nyata dari kebijakan pemerintah hari ini. Bukan menyejahterakan, tapi malah menyengsarakan,” kata Ida, dalam orasinya di aksi Jogja Memanggil di depan Gedung Agung, Malioboro, Kamis (20/2/2025).
Ida merupakan perwakilan dari Persatuan Emak-Emak Indonesia (Permindo) Jogja. Permindo sendiri merupakan organisasi yang berani, militan, dan mandiri.
Menurut Ida, organisasi yang terdiri dari emak-emak ini dibangun atas dasar kesamaan tujuan dan harapan rakyat Indonesia. Ia dideklarasikan tepat pada Hari Pahlawan, yakni 10 November 2021 lalu.
“Selama ini, mungkin peran emak-emak dianggap angin lalu,” imbuhnya. “Tapi kalau kami sudah bergerak, tandanya memang ada yang salah di negara ini.”
Korban dari rezim yang bikin gas elpiji langka
Dalam orasi di aksi Jogja Memanggil itu, Ida menegaskan ada banyak kebijakan pemerintah yang menyusahkan rakyat, khususnya emak-emak, akhir-akhir ini. Salah satunya adalah kebijakan ngawur yang bikin gas langka.

“Kami emak-emak paling terdampak. Sebab, kami yang paling dekat dengan dapur. Kalau nggak bisa masak, lantas keluarga kami mau makan apa,” teriaknya.
Ida menambahkan, kelangkaan gas elpiji semakin membuat emak-emak menderita karena mayoritas yang mengantre adalah kelompok mereka. Bahkan ada satu kasus di mana ada emak-emak meninggal karena kelelahan mengantre gas elpiji.
Ia pun meminta agar pihak para stakeholder mempertimbangkan matang-matang sebelum membuat kebijakan.
“Itu juga berlaku buat kalian-kalian ini,” sambil menunjuk ke arah barisan polisi yang menjaga aksi Jogja Memanggil. “Kalian kan digaji pakai uang rakyat, harusnya kalau ada demo seperti ini kalian harus di sisi rakyat, bukan oligarki.”
Jogja Memanggil diikuti berbagai elemen masyarakat
Selain emak-emak, aksi Jogja Memanggil diikuti berbagai elemen masyarakat. Termasuk mahasiswa, buruh, hingga paguyuban pedagang kaki lima Malioboro yang akhir-akhir ini mendapat perlakuan tak adil dari Pemda DIY.

Pantauan Mojok di lapangan, aksi tersebut dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Para demonstran berkumpul di tempat khusus parkir (TKP) Abu Bakar Ali, yang berlokasi di sebelah utara Jalan Malioboro.
Kemudian, massa aksi melakukan long march menyusuri kawasan Malioboro sambil membawa spanduk dan poster berisi aneka aspirasi. Beberapa poster kritis dan menggelitik antara lain: “Bersama Prabowo-Gibran Menuju Indonesia Gelap”, “Makan Gratis, Pendidikan Krisis”, “1 Presiden Berbagai Insiden”, dan lain sebagainya.
Di depan Gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, massa aksi sempat berhenti sejenak. Di sana, perwakilan aliansi menyampaikan orasi. Setelah itu, mereka lanjut berjalan kaki hingga berhenti di depan Istana Kepresidenan Jogja atau Gedung Agung.
Di tempat tersebut, para peserta aksi kembali berorasi menyuarakan berbagai masalah yang terjadi. Sempat terjadi aksi bakar ban, pukul 17.30 WIB, massa aksi terpantau membubarkan diri.
Aspirasi aksi Jogja Memanggil
Perwakilan peserta aksi Jogja Memanggil, Semanof, menyatakan, ada sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai tidak memihak kepada masyarakat. Contohnya adalah kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen serta larangan pengecer menjual gas elpiji tiga kilogram.

Meski dua kebijakan tersebut sudah dibatalkan, masyarakat sudah telanjur merasakan dampak negatif.
”Kebutuhan pokok tetap naik meskipun pemerintah menyatakan PPN 12 persen hanya untuk barang mewah. Kita juga melihat kelangkaan gas elpiji 3 kg karena komunikasi publik yang buruk,” ujar Semanof saat ditemui wartawan.
Semanof menambahkan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga harus dibatalkan. Sebab, program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran itu menyedot anggaran begitu besar. Akibatnya, pemerintah harus melakukan efisiensi anggaran.
”Makan siang gratis merupakan janji politik yang akhirnya memangkas anggaran kementerian yang penting, seperti pendidikan dan sosial. Bagaimana bisa anggaran pendidikan sebagai bidang yang paling penting bagi kehidupan rakyat Indonesia justru dipangkas hanya untuk makan siang gratis?” tutur Semanof.
Akhir, aliansi Jogja Memanggil menjelaskan bahwa pihaknya tak memiliki tuntutan khusus dalam aksi hari ini. Namun, atas berbagai kajian yang telah dibuat, aliansi menegaskan untuk melakukan perlawanan pada tiga hal. Antara lain:
1.Turunkan Prabowo-Gibran
2.Bubarkan Kabinet Merah Putih
3.Bangun Demokrasi Kerakyatan
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pahitnya Janji Pemerintah kepada Kelompok Tani Kampung Bayam, Usai Dipenjara kini Terpaksa Tinggal di Huntara atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.