Suara merosot bikin masalah
Setelah mereformasi partai, masalah baru justru menghampiri Golkar. Sejak reformasi, partai ini terus mengalami penurunan suara pada tiap pemilu.
Kendati masih termasuk tinggi, kursi yang diperoleh Golkar di parlemen makin menurun. Pada 1999, mereka meraup 29,5 persen suara (120 kursi), presentasenya kemudian terjun bebas menjadi 23,1 persen (2004), 18,9 persen (2009), 16,3 persen (2014), dan 14,8 persen pada 2019 lalu.
Masalah yang sama tiap pemilu inilah yang pada akhirnya bikin anggota partai lain yang punya power kemudian berusaha mengambil alih kepemimpinan. Mereka merasa ketum yang lama telah gagal memimpin partai dan harus diganti, meski masih di tengah jalan.
“Bahkan, mereka sampai mengalami dualisme partai pada 2014 hingga 2016 lalu,” jelas Arga.
Menurutnya, dualisme tersebut merupakan imbas dari banyaknya orang-orang powerfull di tubuh Golkar tadi. Dua “raja” saat itu, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono—yang berbeda visi—sama-sama menggelar munas yang akhirnya melahirkan dua Golkar.
Situasi itu sempat redam setelah pengusaha lain, Setyo Novanto, terpilih menjadi ketua umum via Munaslub (lagi). Namun, situasi itu tak bertahan lama karena Setyo Novanto tersandung kasus korupsi e-KTP. Ia pun diganti Airlangga Hartarto melalui Munaslub 2017, yang menjabat ketum hingga hari ini.
Golkar bisa balik ke Orba?
Arga menegaskan, dengan banyaknya desakan para politisi cum pengusaha Golkar untuk melengserkan Airlangga, potensi partai ini kembali era Orba makin besar.
Pasalnya, nama yang santer dihubungkan mengganti Airlangga adalah Luhut Binsar Pandjaitan, pengusaha yang punya latar belakang militer.
“Dalam sejarah pergantian ketum di Golkar, yang paling di luar dugaan itu ya sekarang ini, yang mana ada kemungkinan Golkar mengangkat ketum berlatar belakang TNI,” kata Arga.
“Setelah reformasi, Golkar ‘kan berusaha demokratis dengan membatasi peran militer dalam tubuh partai seperti pada saat Orba. Jika Luhut menjadi ketum, Golkar mungkin sedang gambling karena tak sesuai semangat reformasi,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Menurut 3 Tokoh Ini, Anies Jadi Capres yang Bisa Memajukan Bangsa Indonesia
Cek berita dan artikel lainnya di Google News