MOJOK.CO – Saya hampir selalu membeli hape Poco terbaru. Berdasarkan pengalaman itu, saya yakin mereka adalah brand yang bisa bikin Samsung cemas!
Sampai saat ini, saya tidak terlalu banyak menggunakan hape Poco. Dari seluruh produk mereka, saya menggunakan setidaknya 30% saja. Tidak banyak-banyak amat, tapi saya kira cukup untuk melihat progresivitas brand ini mengejar pasar di Indonesia.
Hape Poco pertama yang saya beli tentu adalah Poco F1. Sebuah produk yang menggemparkan jagat perponselan saat itu. Saat itu, harganya di bawah Rp4,5 juta tapi Poco sudah menghadirkan hape dengan chipset Android terbaik pada masanya, yaitu Snapdragon 845. Ini sebuah gebrakan mantap yang membuat brand lain pusing.
Poco F1 sendiri menjadikan performa sebagai jualan utama. Yah, mengingat pengalaman penggunaan saya terhadapnya cuma berkesan di sektor itu saja. Urusan kamera dan lainnya, ya terasa biasa saja. Benar-benar biasa. Untungnya, pada masa itu, saya hanya memainkan game PUBG Mobile.
Setelah itu, Poco merilis F2 Pro yang juga menarik dari sisi spesifikasi, tapi tidak terlalu menarik secara harga. Sebenarnya, secara harga, saya nggak bisa menyatakan mereka jelek. Harganya Rp7 jutaan dengan spek kelas tinggi. Sayangnya, saya tidak berminat membeli hape ketiga dengan harga di atas Rp5 juta. Saat itu, saya memilih menggunakan 2 hape saja dari Samsung dan Apple.
Hape Poco X3 NFC, mid range killer
Nah, ketika lahir hape Poco X3 NFC, saya kembali membeli produk mereka. Jika sebelumnya merilis ponsel dengan label flagship killer, kini Poco merilis ponsel mid range killer yang mantap. Berkat hape inilah publik bisa menikmati hape dengan jeroan Snapdragon 732G di harga Rp3,1 jutaan.
Namun, bukan performa saja yang menjadi andalan Poco X3 NFC ini. Seperti namanya, hape ini menjadikan NFC sebagai nilai jual. Soal kamera, ya lumayan, untuk multitasking lancar, layar sudah HDR10, speaker juga stereo. Dan yang the best, Poco X3 NFC menjadi hape midrange pertama yang menggunakan 120hz refresh rate. Sudah jeroan bagus, untuk main game sudah pasti lancar juga dengan refresh rate tinggi.
Satu-satunya kekurangan hape Poco ini adalah bobotnya. Saya merasa kurang nyaman ketika menggenggam hape ini. Alasannya, bentuknya yang gemuk dengan frame kamera yang menonjol. Lalu, ada satu hal lagi yang menyebalkan dari hape ini, yaitu gaib. Gila! Seri yang satu ini ini cepat sekali habis. Begitu produk masuk ke pasar, langsung habis terserap.
Entry level killer yang menjadi favorit banyak orang
Setelah merilis seri midrange killer, mereka membuat 1 seri baru lagi yang juga menjadi favorit banyak orang. Awalnya, banyak orang yang menyebut hape Poco satu ini sebagai entry level killer. Namun, pada akhirnya, Poco seri M (M3) menjadi salah 1 ponsel kelas 2 jutaan terbaik hingga saat ini.
Buktinya, saya hampir selalu membeli rilisan terbaru seri ini. Mulai dari Poco M3, M4 Pro, dan terakhir M5. Satu hal menarik dari seri ini adalah desainnya yang tergolong oke untuk harganya. Jika biasanya hape price to perform nggak peduli desain, Poco seri M ini beda. Bahkan awalnya saya membeli seri M3 ya karena desainnya unik dan warna kuningnya menggoda.
Meski begitu, Poco M3 tetaplah mengedepankan jeroan sebagai jagoan. Mereka membanderol hape ini di Rp1,9 juta dan sudah menggunakan Snapdragon 662. Sebenarnya ini chipset biasa saja. Namun, jika mempertimbangkan harganya, ya sudah bagus. Berdasarkan pengalaman saya, hape ini masuk kategori hape 2 jutaan yang bagus pada masanya.
Setelah M3, Poco mengeluarkan satu lagi midrange killer yang bagus, yakni Poco X3 Pro. Sayangnya, desain mirip dengan X3 NFC. Selain itu, kehadiran hape ini bareng dengan rilisnya hape Poco F3.
Satu nilai lebih F3, selain performa, tentu saja pengalaman penggunaan. Terbiasa menggunakan hape flagship, tentu kehadiran layar Dynamic Amoled dengan resolusi FHD+ jadi hal lebih ketimbang sekadar performa. Untungnya, F3 hadir dengan SoC Snapdragon 870 Plus yang powerful.
Desainnya juga menarik, apalagi untuk warna birunya. Kamera lumayan oke, dengan fitur lainnya juga mencukupi. Harganya yang hanya Rp5 juta menjadikannya terlalu over power untuk hape di kelas harga yang sama. Sayang, saya tidak lama menggunakan hape ini karena di saat yang hampir berbarengan muncul Samsung Galaxy A52S dan saya beralih padanya.
Baca halaman selanjutnya: Gebrakan “hape mendang-mending” yang bikin geger pasar hape Indonesia.