MOJOK.CO – Sering terjadi, pencari utang merasa dipermalukan. Biasanya, kejadian itu terjadi karena kamu salah strategi. Berikut tips utang yang perlu kamu catat.
Sahabat Celenger yang pingin utang tapi sudah keder duluan kalau dicurigai tidak mampu membayar, berikut saya kasih tips utang biar martabatmu nggak terluka.
Utang adalah hak segala bangsa. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang tidak menggunakan haknya. Tolong pahami dulu kalimat tersebut baik-baik. Setelah itu, renungkan sungguh-sungguh. Bagaimana bisa, hal yang adiluhung seperti itu sekarang bergeser menjadi utang adalah perusak silaturahmi?
Dulu, saya berpikir bahwa orang yang menyuarakan gerakan anti-riba adalah orang yang ingin enaknya saja. Utang enam juta untuk satu tahun ke depan tanpa mau mempertimbangkan nilai uang yang akan datang. Lihat saja sebagian dari mereka yang lantang bicara, pernah terjerat utang piutang yang memilukan, dari utang kartu kredit sampai rentenir.
Seiring perkembangannya, saya mencoba menghargai pendapat kaum anti-riba bahwa utang piutang adalah peristiwa tolong-menolong. Pihak yang membutuhkan bertemu dengan yang meminjamkan. Terjadi kesepakatan, meliputi jumlah dan waktu pelunasan.
“Terima kasih, Cuy. Jangan sampai ada bunga di antara kita eaaa….” Kata Si Pengutang sambil menggenggam erat tangan Si Pemberi Pinjaman yang mukanya pasrah.
Apakah yang dimaksud tolong-menolong harus bebas bunga? Bagaimana dengan prinsip bagi hasil (nisbah), yang kalau kita renungkan masak-masak, juga sebenarnya “bunga”? Bunga yang dipelajari dalam ilmu ekonomi sebenarnya merupakan imbal jasa. Kurang lebihnya, prediksi atas nilai uang tersebut di masa depan jika digunakan untuk usaha atau sekadar ditabung.
Eits, jangan dikira saya mau kampanye pro-riba, ya. Bicara ilmu ekonomi, baik konvensional maupun syariah, tak akan lepas dari sifat masa depan yang penuh ketidakpastian, uncertainty. Sistem syariah juga memungkinkan variabel itu untuk memprediksi (harga masa depan) yang diperhitungkan secara flat cicilannya sampai lunas, misalnya KPR. Tidak pernah ada jaminan “bunga” konvensional lebih besar dari syariah.
Prinsipnya, tidak ada pemberi pinjaman yang mau rugi di masa depan!
Seandainya kita bisa menyepakati bahwa nilai uang itu tidak tetap dan cenderung turun kalau “didiamkan” saja, seorang peminjam sebenarnya juga dapat berperan aktif mengembangkan uang tersebut. Misalnya dengan menambahkan sejumlah nilai tertentu ke pokok pinjaman, minimal senilai inflasi selama periode pinjaman.
Artinya, peminjam turut menjaga nilai uang tersebut. Ketika meminjam enam juta, sementara tingkat inflasi selama satu tahun sebesar tiga persen, setidaknya kalian harus mengembalikan senilai 6,18 juta.
Padahal, di keseharian kita, banyak pemberi pinjaman tidak mengharapkan ketentuan seperti itu. Selama bisa menjaga amanah untuk mengembalikan tepat waktu pun sudah cukup.
Artinya apa? Pada dasarnya, orang siap mempraktikkan berkeuangan tanpa riba, sampai kemudian si pengutang mencederainya dengan janji palsu. Hiks, padahal uang yang dipinjam asli. Yakin. Kamu butuh tips utang biar harga dirimu itu nggak cedera di masa depan.
Cermati tips utang ini baik-baik, ya
Nah, sekarang bagaimana membalikkan kecenderungan bahwa utang adalah uang hilang karena dipinjamkan. Adakah tips utang biar kamu dipercaya? Ada empat “jangan” di dalam tips utang ini. Bisa kamu gunakan ketika kepepet kebutuhan.
JANGAN meminjam ke orang yang sudah lama tidak bertemu
Praktik buruk yang terjadi: banyak orang yang meminjam uang hanya karena melihat unggahan “kemewahan” di media sosial. Proposal diajukan hanya karena terlihat punya rumah bagus, kendaraan keren, dan hobi piknik. Orang sering lupa bahwa pertemuan terakhir dengannya tanpa disadari sudah lebih dari 10 tahun silam.
Percakapan di antara keduanya pun, jika disurvei, bakal “SNI” sekali. Setelah mengucapkan salam dan cerita singkat, maka yang mau utang kemudian mulai masuk ke sesi curhat, “Bro, nggak enak, nih, sebenarnya mau ngomong. Tapi bagaimana lagi.” Sopan, tetapi secara adab sebenarnya sangat tidak elok.
Pihak yang ditarget biasanya juga akan membatin, “Nah kan, sudah kuduga. Tidak ada hal yang lebih menakutkan dari dihubungi teman lama yang berniat meminjam uang.”
Tips utang pertama: Jadilah pengutang yang bijak. Hanya mau pinjam kepada pihak yang intensitas pertemuannya tinggi. Bisa saudara, bisa teman sejawat. Mereka tahu kemampuan kita untuk melunasi, paham gaya hidup kita, dan juga keterbatasan kita.
Bagaimana jika ditolak? Terima saja, tanpa catatan dan “cacatan”. Bagaimana pun, kalian yang membutuhkan. Pahami seandainya mereka berhitung dengan risiko. Jangan karena tidak bersedia meminjamkan terus memilih menghindar.
JANGAN meminjam di luar kemampuan membayar
Tips utang kedua: jangan sekali pun meminjam uang kalau tidak punya kemampuan membayar yang baik. Ini penting ditekankan. Di dalam utang, melekat kewajiban untuk mengembalikannya. Ada trust yang harus dipelihara, ada akhlak yang dipertaruhkan, dan sadari juga utang adalah sesuatu yang mengikat dan menjerat.
Sampaikan kebutuhan kita secara jelas, juga soal keterbatasan. Termasuk di dalamnya besarnya penghasilan. Loh, perlu, ya, buka-buka itu semua? Penting dong, ah! Itu semua perlu untuk disampaikan agar pihak yang memberi pinjaman mengetahui rencana keuangan kita.
Bagaimana cara menghitung kemampuan mengembalikan? Tips utang kedua ini penting banget.
Untuk orang dengan penghasilan bulanan, hitung dari sisa penghasilan yang dapat kita sisihkan. Gunakan itu semua untuk melunasi. Kalau tidak cukup, sampaikan secara terbuka lama waktu nyicilnya. Kalau tidak ada sisa, bahkan nombok? Jawabannya mudah, Jangan berani utang!
Jauh lebih baik minta bantuan ke saudara atau kerabat yang bersedia menolong. Tapi, seumpama mau nekat ke situs kitabisa, ya silakan saja. Di negeri ini toh banyak dermawan yang mau melakukan verifikasi, nggak mikir apakah peristiwanya benar ada atau tidak.
JANGAN lupa memberi jaminan
Untuk membuktikan kita pengutang yang baik dan tau diri, maka perlu ada jaminan yang wajib disertakan. Ini tips utang ketiga.
Nilai barang untuk jaminan, sebaiknya, yang nilai pasarnya di atas nilai utang. Rugi dong yang utang? Ya memang sudah seharusnya. Lha kok mau enak, trus yang rugi harus yang minjemin?
Ingat, masa depan itu sifatnya tidak pasti. Iya kalau kita mampu terus membayarnya. Gimana kalau tiba-tiba terjadi sesuatu yang menghilangkan kemampuan kita melunasi utang? Tips utang nomor tiga ini tolong dicatat baik-baik.
JANGAN mau diberi cuma-cuma
Ini tips utang nomor empat. Karena marak bahwa “utang berarti uang yang dipinjamkan tidak akan kembali”, tidak jarang pemberi pinjaman memberikan sejumlah uang yang jika tidak dikembalikan pun dia sanggup ikhlas. Misal, kamu berniat pinjam lima juta, hanya mendapat 500 ribu.
Untuk hal seperti itu, kembali ke niat kita di awal. Mengapa angka tersebut kita butuhkan?
Jangan karena senang pegang duit dan merasa bakal dapat grant terus memutuskan menerimanya. Usahakan tolak dengan bahasa sehalus mungkin. Jangan lupa berterima kasih atas niat baiknya. Ini bukan berarti menolak rejeki, tetapi cara terbaik memutus stigma bahwa orang utang itu pihak yang tidak tahu diri.
Jadi, dalam perkara utang piutang, yang wajib dilakukan bukan mendoakan pemberi pinjamannya banyak mendapat berkah, selalu sehat, dan masuk surga. Apalagi dalam redaksinya menambahkan kalimat “lebih cepat lebih baik”.
Jauh lebih penting untuk sesegara mungkin melunasi utang. Ingat, utang itu mengikat dan menjerat. Jangan sampai kalian lewat depan hidungnya, yang memberi utang mbatin:
“Loh loh loh…aku ternyata diminta nyumbang beli Nmax.”
Sekian tips utang dari saya. Semoga usahamu mencari utangan berjalan dengan lancer. Ingat, mengembalikan adalah sebuah kewajiban.
BACA JUGA Pemberi Utang Itu Seperti Kasih Ibu: Tak Harap Kembali! atau tips keuangan lainnya dari Om Haryo di rubrik CELENGAN.