Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Versus

Mengapresiasi Lidah Indonesia yang Fleksibel Berbahasa Inggris

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
28 Januari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Patut kita akui, lidah Indonesia jauh lebih fleksibel berbahasa asing. Bukan hanya bahasa Inggris—bahasa asing lainnya pun bisa kita lahap. Kenapa, ya?

Di kelas Pronunciation semasa kuliah, dosen saya pernah berkata mengenai bagaimana orang Indonesia berbicara bahasa Inggris dengan lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Beliau pernah tergabung dalam forum internasional dan menyadari bahwa beberapa negara tak bisa melepaskan aksennya sehingga membuat bahasa Inggris mereka tak semulus rencana jadianmu dengan gebetan.

“Orang Singapura, misalnya. Mereka sering menambahkan ‘lah’ dalam bahasa Inggris—sesuatu yang kita kenal dengan nama Singlish,” tambah si Dosen. Saya mengangguk-angguk. Benar juga: di Indonesia, tidak ada orang berbicara bahasa Inggris serupa Singlish.

Masyarakat Singapura berbahasa nasional bahasa Inggris. Pun demikian dengan Filipina yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa keduanya. Namun, keduanya masih menggunakan aksen. Kalau kita bergeser ke Asia Timur sekalipun, kita bisa melihat contoh yang lebih jelas mengenai aksen ini melalui cara para Oppa dan Unnie berbicara bahasa Inggris di Korea Selatan dan juga orang-orang yang berada di negara tetangganya, Jepang.

Usut punya usut, hal ini dipengaruhi dengan cara bahasa Inggris diajarkan selama bertahun-tahun di sana. Selain diajarkan dengan huruf asli di negara tersebut—huruf Korea dan Jepang—kebanyakan murid menghabiskan waktu hanya untuk mengingat daftar kata dan memeriksa grammar. Kemampuan praktis tidak terlalu ditekankan sehingga tidak banyak orang terdorong untuk berbicara bahasa Inggris.

Apakah lidah Indonesia yang fleksibel ini berarti bahwa orang Indonesia seluruhnya pasti bisa berbahasa Inggris tanpa aksen lokal sama sekali?

Jawabannya: tidak semua.

Proses pembentukan lidah dengan aksen ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pada titik tertentu, ia mungkin tak lagi bisa dilenturkan, seperti saya yang tanpa sadar berbicara bahasa Indonesia dengan sentuhan aksen ngapak Banyumasan pada huruf-huruf tertentu.

Yah, namanya juga sudah terbiasa. Situ juga kalau sudah terbiasa sama seseorang, pasti bakal sulit melupakannya, kan??? :(((

Lepas dari beberapa aksen lokal yang memang menghantui, saya rasa tetaplah patut kita akui bahwa lidah Indonesia jauh lebih fleksibel berbahasa asing. Bukan hanya bahasa Inggris—bahasa asing lainnya pun bisa kita lahap: bahasa Prancis, Jerman, hingga Arab. Padahal, kalau kita perhatikan, bule-bule di TV aja kalau ngomong bahasa Indonesia suka nggak mulus gitu! Kenapa, ya?

Padahal, kalau dipikir-pikir, kita-kita ini—orang Indonesia—nggak beruntung-beruntung amat saat harus belajar bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Pasalnya, dalam bahasa Indonesia sendiri, kita tidak mengenal konsep grammar seperti di bahasa asing lainnya.

[!!!!!!!!!11!!!!1!!]

Ya, kan? Ya, kan? YA, KAN??? Maksud saya, mana ada di bahasa Indonesia kita mengenal hukum tenses, plural, bahkan kata-kata maskulin dan feminim??? Kita hanya bicara “satu apel” dan “dua apel”, padahal di bahasa Inggris ditulis sebagai “an apple” dan “two apples”. Kita juga hanya menyebutkan “hari Senin” dan “menara”, padahal dalam bahasa Prancis mereka ditulis sebagai “le lundi” dan “la tour”. Ribet!

Namun begitu, harus diingat bahwa kita (hah, ki—IYA KITA!) tetap dinilai cukup baik dalam menggunakan bahasa. Banyak di antara orang Indonesia setidaknya mampu berbicara dua bahasa: bahasa Indonesia dan satu bahasa lokal, seperti bahasa Jawa atau bahasa Sunda. Bahkan, sebuah penelitian menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk paling banyak yang mampu berbicara tiga bahasa (bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa lokal Jawa).

Iklan

Bukti lain, komunitas poliglot (pembicara banyak bahasa) pun ber-flower, eh berkembang baik di Indonesia. Dalam komunitas daring, ia telah merangkul lebih dari 10.000 member—sebuah jumlah yang fantastis seandainya ini adalah bisnis MLM. Hehe.

Dari sisi bahasa, adanya konsonan letup alias konsonan plosif di bahasa Indonesia (bunyi /k/, /g/, /c/, /j/, /t/, /d/, /p/, dan /b/) membuat kita jauh lebih mudah beradaptasi dengan bahasa asing dalam proses pembelajaran. Hal inilah, Saudara-saudara, yang tak banyak ditemui di negara lainnya dan menjadikan lidah Indonesia jauh lebih fleksibel jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Sebagai perbandingan, dilansir dari Russia Beyond, masyarakat Rusia ternyata mengalami kesulitan berbahasa Inggris. Melalui penelitian, masalah ini timbul karena adanya bunyi huruf yang berbeda antara kedua bahasa. Salah satu problem yang paling sering muncul adalah pencampuradukkan bunyi “s” dan “th” saat orang Rusia berbicara bahasa Inggris.

Disebutkan, dalam masa-masa pembelajaran bahasa Inggris di Rusia, murid-murid mempelajari alfabet bahasa Inggris. Namun, bunyi-bunyi yang diminta nyatanya tidak pernah dilakukan di Rusia sehingga bunyi yang dihasilkan justru berbeda.

Lalu, bagaimana cara masyarakat Rusia menyiasati hal ini?

Yaaah, tak jarang, anak-anak di Rusia melakukan hal yang juga sering lidah Indonesia kita lakukan: menjadikan kata-kata bahasa Rusia terdengar seperti bahasa Inggris, persis kayak Cinta Laura ngomong, “Nggyak adya ojyek, becyek….”

Andalan!

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: bahasa inggriskata maskulin feminimlidah Indonesiapluralpoliglotpolyglottenses
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Kosakata Bahasa Indonesia Tidak Miskin, Bahasa Inggris Perampok MOJOK.CO
Esai

Bahasa Indonesia Miskin Kosakata Adalah Pandangan yang Terlalu Jauh di Tengah Pemujaan Bahasa Inggris yang “Merampok” Bahasa Lain

7 April 2024
Bahasa Campuran, Kemunculan dan Bentuk Kekerasan Simbolik Mojok.co
Kilas

Kemunculan Bahasa Campuran dan Bentuk Kekerasan Simbolik

6 September 2022
Menertawakan Kesalahan Ejaan Bahasa Inggris Orang Indonesia
Esai

Menertawakan Kesalahan Ejaan Bahasa Inggris Orang Indonesia

24 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.