MOJOK.CO – Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi UGM Nyarwi Ahmad melihat pidato Megawati dalam acara HUT PDIP ke-50 sebagai bentuk kelugasan dan penegasan kehebatan perempuan. Ia menganggap improvisasi Ketum PDIP tersebut merupakan hal yang wajar bahkan patut diapresiasi.
“Beliau ini boleh dibilang lugas dan blak-blakan. Bagian yang menjadi perhatian juga membahas dirinya sendiri dan dalam konteks acara internal beliau mencontohkan bahwa perempuan itu hebat,” terang Nyarwi.
Penggalan pidato Megawati dalam acara yang digelar di JI Expo Kemayoran, Jakarta pada Selasa (10/1) itu menyita perhatian publik. Hal itu lantaran sang ketum dengan nada bercanda menyebut sejumlah pencapaiannya.
“Kalau aku mau selfie, pasti pengikutku akeh (banyak). Kenapa? Satu perempuan, dua cantik, baru dua aja udah ditepokin. Tiga, kharismatik, empat opo meneh, pintar,” ujar Mega.
“Aku tau-tau ketiban professor aja dua. Doktor honoris causa ada sembilan,” sambungnya dengan nada bercanda.
Nyarwi melihat ungkapan itu sebagai bentuk komunikasi yang menarik dari sang ketum. Baginya, ucapan itu menjadi bentuk penekanan Mega bagi para kadernya yang masih meragukan kapabilitas dan kehebatan perempuan sebagai pemimpin politik.
“Mungkin itu sebagai bentuk sindiran bagi para kadernya. Selain itu, ini juga momen publik menunggu pengumuman capres yang akan diajukan PDIP. Ternyata tidak dikeluarkan,” paparnya.
Apa yang disampaikan Mega, menurut Nyarwi, juga merupakan hal yang wajar karena semua berdasarkan evidence yang nyata. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dari komunikasi politik seorang tokoh publik adalah kebenaran dari pesannya.
Cara yang dilakukan Mega dianggap sebagai bentuk internal political market yang penting untuk membangun militansi para kader. Nyarwi melihat PDIP termasuk salah satu partai yang dengan identitas politik yang paling kuat, salah satunya berkat kekuatan mesin politik internal yang dibangun sang ketum selama bertahun-tahun.
Selain itu, Nyarwi melihat transformasi gaya bicara Megawati kepada publik yang telah banyak berubah dari masa ke masa. Pada era awal reformasi, Mega dikenal sebagai sosok yang kaku dan tidak bisa luwes saat melakukan komunikasi dengan media. Namun hal itu sudah berubah dalam beberapa tahun belakangan.
Megawati dianggap sebagai perempuan paling berpengaruh dalam konstelasi politik Indonesia beberapa dekade belakangan. Di akhir era orde baru, ia merupakan ketua umum partai sekaligus oposisi utama pemerintah. Pengaruhnya berlanjut di masa-masa awal pascareformasi, saat ia berhasil menduduki posisi Presiden RI kelima.
“Dalam konteks hari ini, ketum partai kan tidak ada yang perempuan selain PDIP. Selain di antara sesama ketum partai, pengaruh kekuasaan Bu Mega di PDIP bisa dibilang lebih besar ketimbang ketum partai lain,” jelasnya.
Putri dari Presiden Pertama RI ini, melalui partainya, juga dianggap telah melahirkan sejumlah elite penting di politik Indonesia belakangan. Mulai dari Presiden Jokowi, Ganjar Pranowo, dan sejumlah figur di kursi eksekutif.
“Terlepas dari kontroversi dianggap kurang demokratis karena punya hak veto yang sangat besar dalam pencalonan capres, kalau kita pilah ya ada sisi positifnya. Seperti yang sudah dijelaskan di tadi,” pungkas Nyarwi.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi