Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Lihat Kakek-Kakek Jualan Kok Yang Muncul Rasa Iba, Ya Kagum Dong Harusnya

Inge August oleh Inge August
6 Oktober 2018
A A
kakek-kakek jualan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Beli dagangan kakek-kakek atau anak-anak di pinggir jalan kok jadi iba itu gimana sih? Mereka itu dagang woy, bukan ngemis dan sedang butuh rasa kasihanmu.

“Kasihan ya? Bapaknya udah tua gitu. Aku selalu nggak tega sama orang tua yang masih kerja gitu.”

Ujar teman kantor saya saat kita baru turun taksi dari makan siang. Taksi yang tadi kita tumpangi memang disupiri oleh seorang bapak-bapak yang mungkin dua jam lagi juga sudah berubah jadi kakek-kakek. Bapaknya sendiri tadi biasa saja sih, nggak yang sembari batuk-batuk menyupiri kami atau sambil bercerita tentang kehidupannya yang pilu di umur segitu masih harus kerja.

Tanpa bisa ditahan, saya merespons, “Lho, kok kasihan? Justru harusnya kagum ngelihat orang tua masih bisa kerja. Bapaknya kerja lho, bukannya kena musibah atau sakit.”

Dan teman saya itu terlihat cukup kaget. Mungkin kaget karena kalimat saya barusan ada benarnya atau kaget karena ternyata saya sejahat ini hatinya.

Jujur, saya sering mempertanyakan apakah saya ini segitu jahatnya karena sering dalam hati mencibir mereka yang mengasihani (bahkan mengajak orang lain untuk mengasihani) orang-orang yang sudah tua (atau masih kecil) tapi masih bekerja tapi sudah bekerja. Kalau boleh, saya ingin sedikit memberikan pembelaan untuk cibiran saya tersebut.

Pertama, mereka sedang bekerja. Terlepas dari apakah pantas orang yang sudah setua itu masih bekerja atau masih sekecil itu sudah bekerja, orang yang sedang berusaha keras mencari rezeki dengan cara yang baik tidak sepantasnya dikasihani.

Tentu, akan sangat ideal kalau semua anak-anak hanya fokus bersekolah dan bermain dan semua senior bisa beristirahat menikmati usia lanjut mereka. Tapi sistem dunia ini sudah tidak memberi ruang untuk kemungkinan semua orang bisa hidup dengan standar hidup yang sama.

Jadi situasi orang-orang yang harus bekerja keras lebih awal atau lebih lama akan selalu ada di dunia ini. Perasaan iba ke orang yang sedang bekerja seperti ini berpotensi menciptakan bisnis iba.

Pasti banyak yang sudah mendengar betapa kaya rayanya para pengemis dan calonya di Jakarta tempat saya tinggal ini. Di mana ada yang sampai mampu membeli mobil Honda CR-V dan rumah hanya dari rasa kasihan para kelas menengah di Jakarta.

Selentingan yang saya dengar namanya sebagai “bisnis iba”. Tentu tidak ada tujuan untuk membandingkan bapak taksi dengan pengemis, sama sekali tidak. Poin saya adalah tidak ada baiknya mengasihani orang yang sedang bekerja karena setelah “ditolong” pun, besok dan besoknya lagi mereka akan kembali bekerja seperti itu.

Ambil contoh anak penjual di wilayah Jogja yang terakhir diviralkan yang ternyata sebelumnya pun pernah viral dan masuk artikel media daring. Coba, harus berapa kali adik ini dikasihani sama orang-orang?

Dan jujur, saya sedikit sedih saat si adiknya ditanya apa boleh difoto dan dijawab—kurang lebih; “Ya terserah dong, kan udah beli.” Hal yang malah jadi semacam “souvenir” orang-orang kelas menengah yang berwisata ke daerah berekonomi rendah.

Apalagi mengingat si adik ini sebelumnya juga sudah pernah difoto-foto dan ditanya-tanya untuk topik yang sama. Saya berharap si adik tidak pernah kepikiran: “Apa aku semiskin itu ya?”

Iklan

Saya sih berharap si adik ini tidak menjadi rendah diri karena dijadikan objek kasihan orang lain yang salah tempat.

Kedua, saya meyakini rasa mengasihani orang seperti ini lebih ke sisi egois orang-orang yang merasa mereka lebih “beruntung” (karena tentu saja, jumlah harta adalah cara paling mudah mengukur keberuntungan seseorang dalam hidup).

Dalil “yang penting niatnya baik” selalu jadi senjata pamungkas membenarkan rasa iba ke orang yang sedang bekerja. Dan seperti yang selalu saya katakan ke orang-orang yang memberikan alasan ini: Hitler itu juga niatnya baik.

Alasan niat baik ini juga semakin mempertegas motif egois mengasihani orang. Saya bisa melihat bahwa mayoritas kelas menengah adalah orang-orang yang sebenarnya baik dan punya keinginan yang besar untuk membantu orang lain namun tidak punya (tidak mau?) waktu dan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang lebih riil akan mengubah kehidupan warga kelas bawah.

Adanya sosok-sosok adik atau bapak tua penjual ini menjadi alternatif bagi mereka untuk (merasa) berbuat baik. Mereka mendapat perasaan; “Ah, gue baik banget jadi orang,” saat memberikan uang (receh) ke orang-orang “susah” itu.

Ketiga, rasa iba macam itu akan menjadi ketidakadilan untuk orang-orang yang bekerja serupa. Apa mereka yang berada di umur produktif kerja pun tidak membutuhkan uang untuk keperluan mereka sehari-hari? Bisa jadi yang muda-muda itu juga memiliki cerita yang menyentuh tentang keluarga mereka tapi karena mereka tidak memenuhi standar dikasihani atau tidak ada yang tertarik menanyakan kisah hidup mereka. Masa seseorang harus jadi tua atau anak kecil dulu baru bisa dapat pelanggan?

Saya percaya orang-orang yang membagi cerita anak kecil penjual makanan kecil atau cerita pedagang-pedagang tua lainnya adalah orang-orang yang sebenarnya baik hatinya, tidak tegaan ke orang yang tampak memiliki hidup lebih sulit dari mereka.

Tetapi saya tetap percaya lebih baik untuk mengubah cara pikir kita tentang iba karena mereka sedang bekerja dengan penuh harga diri dan tidak pantas menerima rasa iba. Saya tidak lebih tinggi dari mereka. Tidak ada yang salah dengan bekerja keras, tidak ada yang harus dikasihani dari mereka yang begitu kuat menghidupi diri mereka dan keluarganya.

Jadi sebaiknya yang muncul justru bukan rasa iba, tapi rasa kagum. Yang satu muncul karena kita merasa lebih tinggi, yang satu muncul karena kita terinspirasi. Dua hal yang sangat jauh berbeda meski bentuknya sama-sama mau beli dagangannya.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2018 oleh

Tags: Hitlerhonda cr-vibajakartaJogjakasihani orangmedia daringmiskinngemisobjekpengemissakitSehatsouvenirviral
Inge August

Inge August

Artikel Terkait

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.